🐳Kosong

1K 56 9
                                    

Nada mengitari setiap sudut rumah ini. Namun ia tidak menemukan keberadaan Rachel.

Semalam Nada tidak bisa tertidur. Dalam keadaan sedang berperut besar, sulit rasanya mencari posisi tidur yang nyaman. Begini salah begitupun salah. Akhirnya Nada tidak bisa tidur. Dan saat jam menunjukan pukul 4 pagi, barulah mata itu bisa terpejam.

Nada terbangun pada pukul delapan pagi. Dan ia sudah mendapati rumah dalam keadaan kosong. Tidak ada siapapun selain dirinya.

Nada melangkah menuju dapur untuk mengambil air. Tidak sengaja Nada melirik ke arah meja makan, di meja makan sudah tersedia banyak makanan.

Nada melangkah mendekati meja makan tersebut. Ia menemukan sebuah Stick note di atas meja.

Jelang udah berangkat kerja tadi pagi, gue harus ke rumah ayah. Soalnya Aileen lagi sakit. Maaf ya, lo jadi sendirian di rumah. Gue janji gak akan lama, jangan lupa sarapan. Minum juga susunya, keponakan gue harus baik-baik aja.

Nada tersenyum setelah membaca coretan hasil tangan Rachel. Wanita itu pun segera mengambil duduk, menyendokan nasi dan lauk pauk ke atas piring. Sudah lama sekali Nada tidak merasakan enaknya masakan Rachel. Seingatnya, terakhir ia memakan masakan Rachel adalah ketika mereka masih duduk di bangku sekolah.

Sedang asik-asiknya menikmati sarapan pagi. Tiba-tiba muncul seseorang yang nampak begitu tergesa-gesa berlari menuju kamarnya. Nada menatap bingung ke arah Jelang.

"Ngapain lo? Katanya kerja?" Tanya Nada setelah sosok Jelang muncul kembali.

Jelang mengangkat sebuah map yang ada di tangannya.

"Berkas penting ketinggalan," jawab Jelang.

"Cuma kerja di Caffe sok sibuk lo," cibir Nada.

Jelang memutar bola mata malas. Lantas melangkah mendekati wanita itu.

Tiba-tiba Jelang menjitak kepala Nada. membuat Nada meringis kesakitan.

"Congor Lo tuh ya!"

"Udah sana pergi. Kehadiran Lo tuh mengganggu tau gak!" Nada mendorong keras tubuh Jelang. Membuat Jelang sedikit terhuyung ke belakang.

Jelang memilih untuk segera pergi. Pekerjaannya di caffe cukup menumpuk, ia pulang pun hanya untuk mengambil data penting saja. Namun baru dua langkah, tiba-tiba Jelang dikejutkan dengan ambruknya tubuh Nada ke lantai.

Nada meringis kesakitan sambil menyentuh perut buncitnya. Saking terkejutnya, Jelang sampai menjatuhkan berkas penting yang ada di tangannya sampai isinya berceceran. Jelang berjongkok di hadapan Nada, mengguncang tubuh Nada yang perlahan kehilangan pergerakan.

Jelang tentu panik. Jelang tak lagi membuang waktu, ia segera membopong tubuh Nada yang beratnya bukan main. Ia harus segera membawa wanita itu ke rumah sakit, Jelang takut terjadi sesuatu pada Nada dan juga bayinya. Bagaimanapun, saat ini Nada sedang mengandung anak Jelang. Meskipun Jelang tidak mencintai Nada, namun Jelang harus tetap bertanggung jawab.

Jelang tidak perduli jika aksinya ini mengganggu para pengguna jalan yang lain, dengan mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi. Jelang berusaha agar ia bisa segera sampai di rumah sakit.

Jelang melirik ke arah Nada yang berada di sampingnya. Keadaan wanita itu terlihat tidak baik-baik saja, wajahnya terlihat semakin pucat.

Jelang benar-benar takut terjadi sesuatu pada wanita itu.

Sesampainya di rumah sakit. Jelang segera membopong tubuh Nada. Beruntungnya ada beberapa perawat yang begitu sigap langsung menyediakan brankar kosong untuk Nada.

Jelang merebahkan tubuh Nada di atas brankar, Jelang pun membantu para perawat mendorong brankar tersebut.

Sungguh. Jelang bisa merasakan sendiri bagaimana takutnya ia sekarang, tidak hanya itu. Napas Jelang terdengar begitu memburu seperti habis lari maraton, detak jantung Jelang berdetak tidak normal, keringat nampak membasahi pakaian yang Jelang kenakan. Bahkan kini kedua kaki Jelang bergetar begitu hebat, Jelang sampai tidak bisa menahan berat tubuhnya. Hingga akhirnya tubuhnya pun merosot ke lantai.

Bahkan untuk sekedar meronggoh saku celananya saja Jelang tidak mampu. Keadaannya begitu kacau saat ini.

Sampai tak terasa. Tetesan air mata mulai membasahi pipi Jelang, entah bagaimana ini bisa terjadi. Tapi yang jelas, Jelang terlihat begitu sangat ketakutan.

Pikiran Jelang tidak hanya tertuju pada Nada yang saat ini sedang ditangani oleh Dokter, namun bayangan Rachel pun ikut memenuhi kepala Jelang. Jelang takut Rachel mengalami hal serupa dengan Nada. Mengingat, kedua wanita itu sedang hamil besar.

****

"Ko pintunya kebuka?"

Rachel melangkah masuk ke dalam rumahnya. Ia pikir sedang ada tamu karena pintu rumah dalam keadaan terbuka lebar, namun nyatanya rumah dalam keadaan kosong. Rachel tidak menemukan keberadaan Nada dimana pun. Ia hanya menemukan makanan yang belum habis di atas meja.

"Kebiasaan deh. Kalau ada maling gimana coba?" Rachel segera membereskan piring dan gelas kosong yang ada di meja makan.

Namun tiba-tiba pergerakan tangan Rachel terhenti ketika ia merasakan telapak kakinya menginjak sesuatu.

Rachel terkejut mendapati banyak sekali kertas-kertas yang berserakan di lantai.

Rachel menyentuh dadanya. Jantungnya berdetak tidak normal.

Kepala Rachel mendadak pusing.

Rachel segera meraih tas selempang miliknya.

Rachel mengigit bibir bawahnya. Berharap Nada menjawab panggilan Rachel, namun tidak kunjung ada jawaban di sebrang sana.

Pikiran Rachel mulai berkecamuk kemana-mana.

Karena terbiasa hidup enak. Yang Rachel tahu, Nada sulit mengurus dirinya sendiri. Wanita itu selalu mengandalkan orang lain untuk mengurusi hidupnya.

Rachel takut terjadi sesuatu pada sahabatnya itu. Mengingat Nada sedang hamil besar, bisa saja Nada melakukan kesalahan yang berpengaruh pada kandungannya. Keadaan rumah yang berantakan seperti ini membuat Rachel tidak bisa untuk berpikir positif.

Rachel meletakan dengan kasar ponselnya ke atas meja. Sudah berkali-kali menghubungi Nada, namun tetap tidak ada jawaban. Hal itu tentu membuat Rachel frustasi.

Meskipun kehadiran Nada membawa pengaruh buruk untuk rumah tangganya, namun tetap saja. Nada adalah sahabatnya. Apalagi kini wanita itu sedang mengandung anak Jelang. Rachel takut Nada melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

Sampai akhirnya, suara getaran terdengar dari ponsel Rachel. Rachel segera meraih ponselnya, menggeser ikon hijau untuk mengangkat panggilan masuk dari Jelang.

"Ha--"

"Lo bisa ke rumah sakit sekarang?"

Rachel tidak menjawab. Pandangannya menatap kosong ke arah depan.

Ketika sudah mendengar kabar seperti ini sulit bagi Rachel untuk berpikir positif. Ponselnya masih menyala, suara Jelang pun masih terdengar di sebrang sana. Rachel tidak lagi menjawab, ia segera mematikan sambungan lantas bergegas menuju ke luar.

Selama di perjalanan menuju ke rumah sakit. Rachel terus merapalkan doa untuk Nada ataupun Jelang, karena hanya mereka berdua yang kini memenuhi isi kepala Rachel.

Rachel berharap tidak terjadi sesuatu kepada kedua orang itu.

-
-
-

16 September 2020

Will Be Fine ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora