Papan mading

98 15 1
                                    

Pagi ini seluruh siswa siswi angkatan kelas XI SMA Angkasa sudah berbaris rapih setiap kelasnya dilapangan sekolah yang luasnya hampir setengah dari luas tanah sekolah ini. Guru guru sengaja mengumpulkan mereka ditengah lapangan setelah istirahat pertama.

Dibawah terik matahari yang seakan akan menjemur mereka ditengah lapangan mulai terdengar suara keluh kesah siswa siswi yang ada ditengah lapangan, sedang berbaris. Malas sekali rasanya harus dikumpulkan ditengah lapangan yang mataharinya saja bisa mereka rasakan sekitar lima jengkal tangan.

Kalau begini cerita dan keadaannya lebih baik mereka semua diam dikelas dan menerima pembelajaran dari guru guru walau malas tetapi harus menerima dengan lapang dada, daripada harus berjemur diterik matahari yang khasiatnya sudah tidak ada, bukannya khasiat yang mereka dapatkan justru yang mereka dapatkan adalah kulit hitam dan gosong.

"selamat siang anak anak!" sapa bu vivi yang pertama membuka suara ditengah terik matahari seperti ini.

"siang bu" jawab seluruh siswa siswi angkatan XI dengan malas dan serentak.

"kok malas gitu jawabnya, semangat dong!" ujar bu vivi menyemangati mereka, tetapi tak bisa membuat semangat mereka kembali, justru semakin membuat semangat mereka tambah pudar dengan kehadiran bu vivi, dan kedua guru disampingnya yang semakin membuat semangat mereka tambah pudar.

"hari ini ibu mau kasih kalian tugas" ucap bu hevy dengan ketus dan tatapan tajamnya itu membuat seluruh siswa siswi disana takut melihatnya, tetapi tidak untuk regaza.

"tugas mulu bu, nggak cape apa tangannya?" ujar angga kesal kenapa guru yang ada dihadapan seluruh siswa siswi kelas XI selalu memberikan tugas yang tak karuan jumlahnya. Memangnya guru itu mempunyai kapasitas tenaga berapa banyak sebenarnya.

"kamu bisanya ngeluh terus, cape ibu dengarnya" jawab bu vivi kesal mendengar ocehan angga yang hampir setiap guru memberikan tugas pasti ia yang beroceh duluan.

"namanya juga mulut mercon bu, makanya suka oceh mulu" sahut allena senang ketika angga diejek oleh satu angkatannya.

"apa sih kembaran seaghan!" jawab angga tak terima.

"mulut mercon!" ejek allena kembali.

"kembaran seaghan!"

"mulut mercon!"

"kembaran seaghan!"

"heh! Yang mau bicara disini itu kalian atau ibu?" tanya bu nurma kesal mendengarnya, siapa yang ingin memberikan informasi tetapi siapa yang beroceh dilapangan sekolah dibawah terik matahari siang pula.

"kita!" jawab mereka berdua serempak membuat mereka yang disana tertawa mendengarnya, jarang sekali rasanya ketika allena dan angga berbicara dengan kompak.

"diam kalian!" bentak bu hevy yang mulai kesal dengan tingkah mereka berdua, sangat memalukan sekali.

"ibu yang diam!" bentak mereka berdua lagi dengan serempak membuat mereka semua tertawa lagi, bahkan lebih puas karena baru kali ini ada yang berani membentak bu hevy selain Arthur, ya walapun Arthur hanya membentak pelan tidak seperti mereka berdua ini.

Tetapi bu hevy yang mendengarnya justru semakin kesal dengan mereka, bahkan lebih kesal dari sebelumnya. "diam atau kalian ibu cap merah?!" bentak guru itu membuat mereka berdua terdiam dan lebih baik meruntukkan diri mereka masing masing kesal, terutama untuk allena.

Bu nurma merapihkan sedikit seragam guru yang ia kenakan bersamaan dengan guru guru yang lainnya. Ia segera merapihkan kerah seragam itu. "baik anak anakku sekalian, ibu mau kasih informasi kalau bulan depan angkatan kalian akan mengadakan lomba memasak, baik untuk siswa maupun siswi diikut sertakan" jelas bu nurma yang langsung membuat para siswa siswi riuh dan berisik sekali ditempat.

FRIENDSHIP : LOVE [END]Where stories live. Discover now