Teman segalanya.

95 12 1
                                    


Hidup tanpa teman itu,
Bagaikan hidup tanpa suasana.
Hampa rasanya.
-regaza-

Saat ini kenzo sedang berada dipekarangan rumah sakit jiwa. Ia meletakkan motor ninja berwarna biru putih itu tepat didepan gedung rumah sakit jiwa dengan nuansa tembok yang bercat putih dengan tulisan papan besar didepannya bertuliskan ‘rumah sakit jiwa’.

Ia segera turun dari motor ninjanya lalu berjalan menuju ruangan tempat dimana ibunya berada didalam sana dan dirawat oleh perawat khusus. Ia memggerakkan langkah kakinya dengan cepat berjalan menuju ruangan ibunya. Dan akhirnya ia tiba didepan pintu ruangan ibunya.

Dengan rasa ragu dan perlahan ia membuka kenop pintu itu lalu segera masuk kedalam ruangan itu untuk melihat kondisi ibunya yang sudah lama sekali tidak ia kunjungi karena terlalu sibuk dengan urusan sekolahnya. Saat masuk ia langsung mendapat sosok wanita paruh baya duduk ditas kursi roda bersama dengan seorang perawat yang sedang menemani wanita itu, siapa lagi kalau bukan ibunya.

Ia berusaha menguatkan dirinya untuk berjalan menghampiri ibunya, padahal baru saja melihat keadaan ibunya dari jauh membuat dadanya terasa sesak sekali melihatnya, setega ini kah ayahnya dengan ibunya. Ingat, suatu saat nanti ia akan membalas perbuatah ayahnya pada ibunya yang satu satunya keluarga yang ia punya saat ini.

“bu” sapa kenzo dengan lembut sambil meraih tangan kanan ibunya itu lalu mengelusnya perlahan dengan penuh kasih sayang.

Ibunya yang merasakan bahwa sosok yang ia cari selama ini tiba tiba meraih tangannya ia menoleh sangat lambat dan perlahan, bahkan perawatnya ikut membantu ketika ibunya ingin menoleh pada kenzo. “kenzo?” tanya ibunya sambil meraih kepala putra tunggalnya itu lalu mengelusnya pelan.

Dengan sekuat tenaga kenzo berusaha untuk menahan isakan tangisnya yang saat ini air matanya sudah membendung pada kedua bola matanya dan saat ini juga dadanya kembali merasakan kesesakan ketika ibunya memanggil namanya, baru kali ini ibunya memanggil namanya dengan sangat lembut.

“mana ayah nak?” tanya ibunya membuat kenzo memberhentikan elusan tangannya diatas tangan ibunya lalu menjauhkan tangannya dari tangan ibunya. Sementara dengan ibunya bingung melihat kenzo seperti ini.

“jangan bilang kamu belum ketemu ayah” ucap ibunya itu yang perlaha air matanya mulai menurun. Sementara kenzo hanya diam ditempat.

“sudah berapa kali ibu bicara sama kamu, cari ayah kamu!” bentak ibunya tiba tiba membuat kenzo memundurkan tubuhnya dari ibunya, sekarang ia tahu ibunya memanggil namanya hanya untuk menanyakan soal ayahnya. Tak mungkin jika ibunya terang terangan memanggil namanya dengan mudah.

“sadar bu, ayah udah pergi ninggalin kita” jawab kenzo yang saat ini dadanya semakin sesak mendengar pertanyaan ibunya yang sudah bertahun tahun selalu menanyakan tentang ayahnya. Selalu ayahnya saja yang berada dipikiran ibunya ini, tidak ada satu pun namanya yang terlintas dipikiran ibunya.

“DIAM KAMU!” bentak ibunya bahkan lebih kencang dan terdengar sangat kasar sekali.

“udah berapa kali kenzo jelasin sama ibu, ayah udah pergi. Buat apa ibu mikirin ayah yang nggak berguna kayak dia?” tanya kenzo yang langsung mendapat lemparan hiasan yang ada diruangan itu.

Hiasan itu membuat air mata yang sudah kenzo bending sejak lama akhirnya keluar menetes dengan sangat deras, ketika melihat hiasan yang ibunya lempar barusan, bingkai foto dirinya sewaktu kecil bersama dengan ibunya.

“ibu nggak mau tahu, kamu harus bawa ayah didepan mata ibu!” bentak ibunya kesekian kalinya.

Kenzo menarik nafasnya pelan lalu mengeluarkannya. “ibu dengarkan kenzo baik baik, sampai kapan pun kenzo nggak akan cari cowo brengsek itu!” bentak kenzo lalu segera keluar dari ruangan ibunya. Datang keruangan ibunya memang harus menerima resiko yang seberat ini tetapi yang pasti dirinya sudah tahu bagaimana keadaan ibunya saat ini.

FRIENDSHIP : LOVE [END]Where stories live. Discover now