Permulaan.

82 10 1
                                    

Malam ini ketiga teman si gadis berponi masih berinap dirumahnya, ini adalah hari terakhir mereka bertiga menginap karena besok orang tua gadis berponi itu akan kembali dari luar kota ke ibu kota ini.

Berkumpul diruangan atas, yang sangat privasi dikunjungi orang orang, ruang tidur. Ruang tidur yang penuh dengan warna biru langit dimana mana, bahkan sampai ranjang atau pun meja belajarnya atau cat dindingnya juga berwarna biru langit. Tal usah heran kenapa pemilik kamar ini penuh dengan biru lamgit.

Duduk diberbagai tempat, ranjang, karpet tebal dan lembut, kursi meja belajar milik kamar bernuansa biru langit dan disamping jendela kamarnya yang dapat langsung melihat indahnya pusat kota walau kecil.

Hanya melamun dan sibuk dengan aktivitas mereka masing masing, terkadang terdengar suara lantunan musik yang berbunyi dari ponsel mereka, terkadang terdengar bunyi cemilan yang dikunyah oleh mereka bahkan tiba tiba tertawa meledak dari salah satu antara mereka.

Suhu penyejuk ruangan ini seolah mendukung mereka bersantai ria seperti ini, tidak perlu rumit dengan tugas atau bahkan belajar karena rasanya penyejuk ruangan itu memaksa mereka berempat untuk selalu bersantai.

Sunyi dan hening masih saja terjadi, hanya terdengar suara suara yang berasal dari mereka masing masing, terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri. tapi beberapa menit setelahnya keheningan diantara mereka pecah karena suara cempreng ketua mereka.

“woi!” teriak xanna membuat mereka semua menoleh.

“bikin samyang kuy!” ajak xanna tapi tidak mendapat respon dari mereka bertiga, justru mereka hanya diam berpikir.

“pasti karena lo nonton asmr tadi ya?” tanya allena memastikan. Memang sedari tadi suara ponsel milik xanna itu selalu berisik karena suara asmr itu.

“pakai data siapa lo? Jangan jangan wifi rumah gue lagi” ujar vioreen pada xanna sementara xanna gadis itu hanya cengengesan mendengar ujaran vioreen.

“hati hati data internet dirumah lo habis” sahut ghesha dingin.

“ayolah kita bikin samyang” ajak xanna berusaha membujuk kawan kawannya.

“beli dimana sayang ku?” tanya allena mulai gemas. Percuma kalau xanna yang mengajak tetapi dirinya tidak ingin berkorban untuk membeli sesuatu yang ingin dimasak. Dasar cuman mau untung saja.

“rumah vioreen kan banyak. Ambil aja dikulkasnya” ujar xanna tak berdosa. Beginilah terlalu dekat dengan keluarga teman jadi semua milik teman milik dirinya juga. Salah? Tidak. Lalu apa artinya kata ‘anggap saja rumah sendiri’?.

“dasar nggak tau malu lo” celetuk allena mendengar ujaran xanna yang amat spontan.

“heh! gue punya malu kali! Buktinya gue sekarang pakai baju kan?” jawab xanna membuat emosi mereka bertiga mulai muncul mendengar ucapan itu.

“udah lah, nggak usah sok jaim kalian. Kalau ujung ujungnya minta makanan dikulkas vioreen juga, hayo?” ujar xanna membuat tiga lemparan benda berbeda jenis mendarat pada tubuhnya semua.

“banyak ngomong lo!” bentak vioreen kesal. “ambil aja empat samyang sama empat minuman kaleng dikulkas gue” ujar vioreen meredakan emosinya.

Dramatis katanya.

“tuh kan apa gue bilang. Pasti kulkas rumah vioreen itu selalu siap sedia! Secara kan putri sulungnya rakus” ucap xanna membuat mereka tertawa sementara vioreen sudah menatap xanna tak bersahabat.

“lo mau makan atau nggak?!” tanya vioreen yang nada bicaranya naik satu oktaf. Xanna hanya cengengesan lalu segera beranjak dari ruang kamar vioreen dengan allena yang ia tarik tadi menuju ke bawah, ruang dapur.

FRIENDSHIP : LOVE [END]Where stories live. Discover now