Calon Ibu Negara

88 8 3
                                    

Pagi ini vioreen baru saja menginjakkan kakinya diruang BK bersama Bu Hevy, sendirian. Ia gadis itu hanya sendirian didepan pintu ruang BK, menatap Bu Hevy yang sedang mengambil formulir lomba menulis ceria untuk vioreen nanti.

Gadis ini sudah datang sepagi dari hari biasanya, hari ini dirinya terlalu malas untuk berangkat bersama ketiga temannya, jangankan berangkat untuk melihat dan berbicara juga mood nya tidak enak.

Gadis itu duduk didepan kursi yang menempel dengan tembok ruang BK dan menatap sepatunya dengan tatapan sendu. Tatapan yang tidak bisa diartikan, pikirannya juga saat ini melamun entah kenapa. Seketika suara dari guru membuat lamunannya berhenti.

“ini formulir kamu vioreen, bisa kamu baca dulu. Nanti sepulang sekolah kalau benar benar mau ikut kamu bisa datang ke ruangan ibu” jelas Bu Hevy yang baru saja keluar ruang BK dan menghampiri vioreen.

“oke bu”

“kalau begitu ibu tinggal dulu” ucap guru itu ramah dan lembut. Sementara vioreen hanya membalas dengan anggukan dan senyuman lebar.

Vioreen menatap kertas lembar berwarna putih bernoda tinta hitam itu dengam lekat. Ia membaca setiap kata dan tulisan yang berada dikertas lembar itu. Membaca dengan teliti agar tidak ada yang terlewat.

“temanya kehidupan ya?” gumam vioreen setelah membaca tema cerita yang akan dibuat untuk lomba nanti.

Seketika imajinasinya tentang kehidupan muncul dengan cepat dan mulai menjabar didalam otaknya. Dengan cepat ia menggerangkan langkah kakinya menuju ruangan yang selalu ia kunjungi ketika bosan atau sedang tidak enak mood.

Ruangan yang sejuk dan dingin itu, dan sangat sunyi membuat pikiran vioreen semakin bebas membayangkannya dan semakin lancar mengetik ceritanya. Ia tidak ingin kembali ke kelas pagi ini, karena pasti ketiga temannya sudah berada didalam kelas.

Ia menyusuri tiap ruangan yang berada disekolah ini, hanya tinggal koridor bagian barat saja yang ia lewati untuk sampai ke tujuannya. Hanya saja tiba tiba pikirannya tentang koridor ini kembali teringat, ingin memutar tetapi malas harus melewati ruang kelasnya. Ya sudahlah.

Ia berjalan dengan sangat cepat dan tergesa gesa, takut bertemu dengan sosok orang yang ada dipikirannya, takut jika itu terjadi.

“woi!” teriak salah satu cowo yang membuat langkah kakinya mendadak terhenti, pikirannya semakin kemana mana saat ini. Tanpa menoleh ia melanjutkan langkah kakinya lebih cepat.

“sombong amat lo mahkluk astral!” teriak sosok cowo itu membuat langkah vioreen berhenti lagi. Ia seperti mengenal siapa orang yang memanggilnya barusan dengan sebutan nama ejekannya.

“kenapa sih lo? Kayak dikejar preman aja” celetuk Arthur yang tiba tiba sudah berada disamping tubuh vioreen membuat vioreen terkejut.

“kaget banget kayaknya! Tenang, gue itu tampan dan comel” ucap Arthur membuat vioreen malas mendengarnya.

“gue buru buru” balas vioreen ketus.

“mau kemana sih? Diliat dari muka lo kayaknya nggak mood banget” jelas Arthur lalu menatap wajah vioreen lekat.

“gue tebak lo mau ke ruang komputer ya?” tebak Arthur mebuat vioreen terkejut lagi. Bagaimana cowo ini tahu kalau vioreen ingin ke ruang komputer. Untuk meluapkan rasa kesalnya dan emosinya disana.

“kok lo tahu?” tanya vioreen bingung.

“kan gue cenayang tampan!”

“cenayang aja bangga!”

“yang penting tampan kan?” tanya Arthur percaya diri dan narsisnya kembali lagi.

“terserah lo lah! Gue mau kesana, duluan” pamit vioreen tetapi pergelangan tangannya sudah ditahan lebih dulu oleh Arthur dari belakang.

FRIENDSHIP : LOVE [END]Where stories live. Discover now