Latha Ryne Decalcom.

71 10 3
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaa :)

Let's Go!
----------------------------------------

Allena baru saja datang dari arah utara membawakan satu nampan besar berisikan minuman dingin dan makanan ringan disana. “bukti sama sekali belum dapet?” tanya Allena membuka pembicaraan.

Xanna menggeleng, lalu mengambil minuman dinginnya. “lo liat kan, waktu di fotocopy deket rumah Bintang. Nggak ada sama sekali dokumen yang sama kayak kertas berwarna ini” katanya.

“dirumah Cantika gimana?” tanya Allena pada Bulan yang kebagian tugas disana, bersama dengan Ghesha juga.

“sama,” ucap Bulan sedikit lesu. “kita juga nggak dapet apa apa, seolah ini udah di rencanain sama mereka juga kayaknya,”

“lo gimana Ren?” tanya Ghesha pada Vioreen yang sedari tadi sibuk mendengarkan musik milik Ghesha disini. Samping Ghesha.

“hah?” tanya Vioreen tidak mendengar ucapan Ghesha, lalu melepas headshet milik Ghesha sebentar. “kenapa sih?” tanyanya bingung.

“lo gimana sama Gilang? Dapet infomasi nggak?” tanya Ghesha geram. “lagi pula kayaknya lo belum ada cerita tentang tugas lo sama Gilang,” katanya lagi membuat yang lain mengangguk.

Vioreen menghela nafas sebentar. “gue waktu itu udah kasih tau bodoh!” ketusnya. “makanya kalau orang ngomong itu di pake telinganya, Ghesha Elvarette!” katanya lagi.

“gue udah kasih tau kalau gue sama Gilang emang bisa dapet alih cctvnya, tapi di rumah Bintang atau pun Cantika nggak ada sama sekali mesin cetak disana,” jelas Vioreen mengulang penjelasannya di telfon kemarin sore.

“biasa aja” tegur Ghesha. “nggak usah ngatain gue bodoh juga. Inget gue jauh lebih pinter dari lo, jadi lo yang bodoh disini” ucapnya membenarkan.

“yayaya” dumel Vioreen jengkel. “yang pinter mah beda, aku yang bodoh bisa apa?” tanya nya.

Sungguh, Allena, Xanna dan Bulan juga menatap mereka berdua sangat bosan. Pasalnya akhir akhir ini mereka berdua selalu berdebat, walau masalahnya pun kecil tapi mereka perbesar sampai seperti ini.

“udah napa!” sela Bulan kesal. “debat mulu lo berdua dari kemarin, bikin pusing aja” ujar Bulan.

“nggak di kelas, di kantin, di bus debat ge trus kayak Tom and Jerry sekalian sana” ketus Allena menyerah. “nggak sekalian di dalam mimpi lo berdua debat juga? Sekalian di alam berbeda juga gih” saran Allena muak.

“eh?” ucap Vioreen. “jangan di alam yang berbeda juga dong, males banget dong gue tiap saat ketemu nih marmut satu” cibirnya tidak suka.

“apalagi nama ejekan gue selain itu Ren?” tanya Ghesha menantang. “bukannya banyak? Masa cuman marmut doang?” tanya nya lagi.

“mau gue sebutin semua?” tanya Vioreen merasa direndahkan oleh pertanyaan tantangan Ghesha barusan. Namun Ghesha mengangguk singkat.

“lo itu marmut, flat, manusia jutek, galak, cewe jenius tapi menurut gue lo cewe gila, pantung berjalan, muka datar, tatapan tajem kayak pisau, mulut pedes kayak cabe pengkolan, cewe ketus, dingin, kata orang pendiem padahal mah pecicilan kayak cacing kedinginan—“

“tunggu,” potong Allena ditengah rapper milik Vioreen yang susah payah ia rangkai. “sejak kapan ada cacing kedinginan?” tanya Allena bingung.

“setau gue cacing kepanasan lho, bukan kedinginan” katanya lagi, membuat Vioreen jengkel.

“bodo amat lah! Mau kedinginan kek, kepanasan kek terserah!” bentak Vioreen kesal. “ayo gue lanjut,” katanya yang kembali menoleh kearah Ghesha.

FRIENDSHIP : LOVE [END]Where stories live. Discover now