Wardang.

98 10 5
                                    


Bukan geng namanya kalau nggak
meraskaan suka dan duka bersama.
-ghesha elvarette-

Seorang gadis berambut hitam lekat sepanjang bahu baru saja turun keluar dari ruang kamarnya dengan pakaian yang simpel. Kaos putih bercorak bunga disamping kanan dengan open shoulder itu menambah keserasian dengan celana levis hitam yang gadis itu kenakan.

Tak lupa dengan tas ransel kecilnya yang ia taruh dipunggu belakangnya. Tas yang berisikan barang barang penting ketika ia sedang berpergian, apalagi kalau bukan ponsel, liptint berwarna merah muda, dompet hitam mininya dan satu buah headshet siapa tau dirinya bosan.

Suara deringan telepon baru saja berbunyi dan muncul dari ponsel gadis itu, dengan cepat ia meraih ponselnya yang berada didalam ranselnya lalu segera menutup resleting ransel mini hitamnya.

Gadis itu segera menekan tombol berwarna hijau yang artinya menerima panggilannya.

“halo” ucap gadis itu membuka suara terlebih dahulu sebelum yang diseberang membuka suaranya.

“…”

“iya pak, saya segera kesana” ucap gadis itu ramah dan lembut lalu segera mematikan panggilannya sepihak dan menaruh ponselnya kedalam saku celananya.

Bergerak menuju pintu depan rumahnya lalu menutupnya kembali tanpa berpamitan, toh dirumahnya juga tidak ada orang. Jangankan ada ia tidak akan berpamitan juga pada orang yang berada didam rumah.

Bukan gadis itu banget rasanya.

Ia menunggu bang gojek yang ia pesan didalam rumahnya beberapa menit yang lalu, sembari ia menunggu sesekali dirinya meraih ponselnya untuk melihat sudah dimana kah gojeknya ini.

“atas nama allena?” tanya bang gojek itu setelah sampai dipekarangan rumah allena, gadis berambut hitam lekat sepanjang bahu.

Allena hanya mengangguk lalu gojek itu memberikan allena helm motor untuk menjaga keamanan pastinya, allena dengan senang hati akan menerima pastinya. Ia memakainya lalu naik kedalam jok kosong yang berada di belakang bang gojeknya.

***

Allena baru saja melepas helm yang diberikan oleh bang gojek tadi sebelum berangkat lalu mengucapkan terima kasih dan meninggalkan bang gojek itu. Dengan langkah yang lumayan gugup gadis itu masuk kedalam kantor yang sudah lama sekali tidak ia injak semenjak—

“woi!” panggil salah satu lelaki yang tiba tiba mendekat pada allena membuat allena menatap lelaki itu kebingungan. Memangnya allena mengenalinya?

Allena hanya mengkerutkan keningnya dan mengangkat salah satu alisnya. “siapa ya?” tanya allena tanpa mempedulikan lelaki yang berada didepannya ini sudah memasang raut wajah kecewa.

“udah tua, wajar kali ya pikun” ujar lelaki itu membuat allena menoleh cepat dan menatap lelaki itu tajam.

“kalau bicara itu yang sopan” ujar allena ketus lalu pergi menuju resepsionis kantor ini, meninggalkan lelaki itu tentunya.

Lelaki itu hanya menggeleng sambil tersenyum tipis melihat allena dari belakang. “dari dulu sama aja sifatnya” gumam lelaki itu.

Allena baru saja sampai didepan meja resepsionis, rasanya berbeda sekali dengan lima tahun yang lalu. Dulu ia melihat ruangan resepsionis ini kecil, namun unik. Tempat yang selalu ia kunjungi ketika ke kantor ini karena penjaga resepsionis dulu sangat ramah sekali.

Tapi penjaga nya saat ini terlihat lebih tua, tidak ada mudanya sama sekali. Ia meletakkan kedua tangannya diatas meja resepsionis itu lalu mengucapkan kata  ‘permisi’ yang membuat mereka yang menjadi penjaga resepsionis menoleh ke sumber suara.

FRIENDSHIP : LOVE [END]Where stories live. Discover now