Tak ada persetujuan•-

6.1K 252 2
                                    

______

Sadarkan diriku, katakan bahwa semesta memang tidak mendukungku

________________

"Apa-apaan sih, kenapa semua gak pernah ada yang dukung gue kalau gue emang beneran serius mau balik sama Refal" degus Alasya menahan emosi.

"Ini itu salah, giliran Athala udah mulai mau nerima kenyataan orang-orang justru nolak bahkan pake segala nyuruh gue jauhin Refal buat alesan yang gak masuk akal"

"Apa mereka gak marah kalau disuruh jauhin sosok yang dikejar buat balik? apa semua gak tau pengorbanan gue dapetin dia buat balik sama gue? ah bangs*t" Alasya semakin meremas celananya.

Kini ia menyederkan kepalanya dipunggung kursi mobilnya, mobilnya masih terpakir diparkiran restoran yang ia datangi tadi.

Hatinya terasa sesak, rasa malas juga menjalar ketika ia ingin pergi dari sini, ekspetasi untuk mendapatkan kabar baik dari sosok yang mendukung justru berbanding berbalik dengan kenyataan.

Matanya memanas, menahan untuk tidak menumpahkannya disini, dan berharap otaknya mampu memunculkan bayangan sosok yang bisa membuatnya sedikit lega, berbagi kisah.

Namun yang pasti sosok itu bukan Refal, jelas tidak, karena sepenuhnya yang ingin Alasya ceritakan adalau Refal.

Dia sangat mencintai lelaki itu, hingga sikap ingin mundur selalu datang karena takut jika Refal justru semakin benci melihat kelakuannya, Alasya sadar betul jika Refal risih dengannya.

Namun yang masih menjadi faktor kedua setelah cinta adalah alasan dari Refal yang membuatnya bingung.

Alasan memutuskan, menjauh dan berubah.

Alasya menghela nafas, ia menemukan bayangan Athala diotak nya, apa bisa mantan kekasih sekaligus seseorang yang sudah ia anggap menjadi kakak itu bisa mendengarkan keluhannya?

Alasya menyalakan mobilnya, ia menuju kearah hatinya berkata, rumah Athala.

* * *

Refal menatap beberapa temannya yang mulai meneguk habis minuman itu dengan wajah yang membuat Refal ingin menutup wajahnya.

"Lo gak mau Fal?" tanya Reno menawarkan.

Refal menggeleng, dulu minuman itu memang seperti sebuah kenikmatan baginya, namun kini memandang saja tak berminat.

Refal meluruskan kakinya disofa panjang itu, lalu menyenderkan kepalanya sisi sofa, menatap langit-langit apartemennya.

"Abis kecelakaan gara-gara ulah Ginastra, lo gak ada niatan bales dendam?" ucap Reno menepuk bahunya.

Fadil yang berbaring dikasur pun tertawa, "Woe gue anak Ginastra, gak sadar apa ya?"

Reno menatapnya tajam, lalu berbalik kearah Refal yang diam menatap, mereka memang sudah biasa dengan Fadil, sekalipun dia anak Ginastra, ia tak berbeda jauh dengan para penggemar Refal yang selalu mendukung bahkan membela Refal, sekalipun mereka anak Ginastra, beruntung sekali Refal.

"Kalo lo butuh bantuan buat ngabisin si anak-anak brengsek itu gue bisa" Reno berbaring dengan cepat dikasur dengan wajah geleng-geleng.

"Mabok lo" ucap Refal cepat.

"Emang" jawab Fadil memainkan ponselnya.

"Kenapa lo nolak balapan minggu kemaren Fal? lo udah denger belum gosip kecelakaan lo yang ada kaitannya sama Alasya?"

Refal masih diam, mulutnya terlalu sulit untuk membahas sesuatu tentang gadis itu semenjak melihat Deva, Deva yang selalu bersama Alasya.

Lawan balapan yang selalu menjauh dari teamnya dan memilih mendekat dengan Alasya? Refal benci itu.

"Woi kam.." teriak Calvin membuka pintu.

Calvin menghela nafas, ada teman balapan Refal, apa sesuatu yang ingin disampaikannya malam ini akan tersampaikan dengan baik kepada Refal?

Refal menoleh kearah sumber suara, begitu juga yang lain.

"Wow, sahabat sejati ketua kita dateng juga" ucap Fadil menatap.

"Kok tumben cuma segini? Daffa? Bagas? Putra? Fero? Jery mana?" tanya Calvin mendudukan dirinya disofa tempat Refal berbaring.

"Mabok juga" sahut Refal.

"Siapa mabok?"

Fadil menatap sosok yang tergeletak dikasur itu, Reno.

"Wedyan, parah gila tuh anak, yang lain mabok di.."

"Gak usah disebut" ucap Refal mendudukan dirinya, kesal dengan tingkah teman-temannya yang selalu membuatnya naik darah.

"Dulu kan lo ketuanya dalam hal ini, mau ketawa gue sekarang lo udah alergi sama yang begituan" ucap Calvin bergedik.

Fadil tertawa, "Palingan nurutin apa kata Alasya, ya gak"

Refal menghela nafas, "Bukan Alasya, Jessy tepatnya" ucap Calvin memancing.

Refal semakin muak, tapi ia masih diam menyimak apapun perkataan temannya, "Jessy? si anak baru yang banyak heaters karna belagu itu? jelas jauh beda sama Alasya lah" jelas Fadil.

"Bagus pinter juga lo dapet informasi, tapi jelas banget kalo Jessy udah didukung sama nyokap bokap Refal, sampe berani tuh nampar Alasya, parah gak?" Calvin menatap Refal.

Refal menoleh kearah Calvin yang terlihat serius, "Kapan bokap gue nampar tuh cewek?"

"Yang bener lo, terus Alasya nangis? Vin tolong jelasin, gue sebagai penggemar berat tuh cewek mohon banget!" ucap Fadil ikut duduk disofa itu.

"Cie, pada kepo" ucap Calvin membuat keduanya saling menatap geram.

"Cepet elah, parah bokap lo" Fadil memukul bahu Refal.

TBC

My cold Ex Boyfriend [Completed]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant