ADH 29 ✓

22.7K 1.6K 504
                                    

Terimakasih untuk 293 vote dan 152 komen di bab sebelumnya! 🙏

Maaf telat update dikarenakan banyak pekerjaan + feel nya hilang 😭😭🙏🙏

Beneran guys aku stuck ide sama feel nulis hilang huhu, makannya satu bulan gak update😭😭

Minggu Minggu ini, aku berusaha ngerefresh pikiran biar bisa nulis lagi😭

Makasih banyak selama ini untuk dukungan dan supportnya😍😘

Aku juga seneng banget, bacain DM dan komen kalian tentang cerita Antara Dua Hati, itu kayak vitamin penyemangat buat update🙏🤗

😁 I'm really happy for that❤️

So, Happy Reading Guys!❤️

🌼🌼🌼

Scheming

Kecantikan tanpa kebaikan sama saja seperti bunga mawar yang kehilangan harumnya.

(Ustazah Syarifah Aminah Al Attas)

***

Hadid menatap Mahdia yang terbaring pucat, lantas melangkah mendekati Mahdia tanpa memedulikan Meidina yang berada di belakangnya.

"Mas ngapain ke sini?"

"Jadi Mas nggak boleh ke sini?" Cara bicara Hadid terdengar kesal.

"Astagfirullah, bukan seperti itu, Mas," ucap Mahdia sembari meringis karena merasa bersalah.

Meidina memilih duduk di sofa ketimbang mendengarkan percakapan suaminya dan selingkuhan yang membuatnya muak.

"Mas datang sama Mbak Meidina?" tanya Mahdia seraya melirik Meidina yang duduk di sofa.

"Iya, kamu gimana keadaannya? Khalisya mana?" tanya Hadid beruntun, terdapat nada khawatir pada perkataan Hadid.

"Khalisya ada di rumah sama Jida, Yummah, dan Mima-nya," kata Mahdia langsung disambut anggukan dari Hadid.


***

Flashback.

Meidina masih terpaku mendengarkan perkataan dari suaminya.

"Mas jahat banget!" ungkap Meidina menggeleng tak perca

"Ini enggak seperti yang kamu pikirkan, Sayang. Jadi kalau Mas bercerai dengan Mahdia, Mas tetap akan menafkahinya, walau anak-anak kita atau sama dia," jelas Hadid santai.

"Lalu, dia akan tinggal di mana?" Meidina hanya ingin memastikan lebih dulu.

"Mas sudah membelikan rumah untuk Khalisya di kompleks yang sama dengan keluarganya. Tapi mungkin, karena sekarang dia lagi hamil bagaimana jika dia tinggal bersama kita?" tanya Hadid pada Meidina sekaligus meminta izin.

Wajah Meidina berubah sedikit terkejut. "Dia ... tinggal sama kita?"

"Iya. Kamu enggak keberatan kan, Sayang? Kami tetap nomor satu bagi aku. Lagi pula hanya sampai dia melahirkan," ujar Hadid membuat Meidina bingung tak tahu harus menjawab apa.

"Kenapa diam aja? Kamu cemburu?"

"Ak ...."

"Kamu enggak pantes kalau cemburu sama dia. Dia hanya ibu dari anak-anakku, tetapi kamu adalah istriku dan orang yang paling aku cintai," potong Hadid, kembali membungkam Meidina.

Antara Dua HatiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora