ADH 1 ✓

50.6K 3.3K 146
                                    

Who is She?

Hadid memijat keningnya yang terasa pusing. Dia menatap Meidiana yang duduk di sampingnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Setelah kejadian di restoran tadi, Meidina meminta pulang dan mengajak Mahdia bersama anak kecil yang memanggil 'abi' kepada suaminya, Hadid. Walau begitu, Mahdia dan anaknya tak serta-merta menaiki mobil yang sama dengan Meidina dan Hadid. Ya, perasaan Meidina kini tak tentu lagi, bahkan dia kecewa karena perayaan anniversary harus berakhir seperti ini.

"Cintaku," panggil Hadid, tetapi Meidina tak memedulikan panggilan suaminya. Wanita ini memilih melihat ke arah jalan yang mereka lewati.

Sikap yang ditunjukkan oleh Meidina ini membuat Hadid bingung harus menjelaskan bagaimana dan mulai dari mana. Dia tahu telah bersalah karena menyembunyikan semuanya. Akan tetapi, semuanya terjadi bergitu saja seakan takdir telah menggariskannya.

***

Mobil yang ditumpangi Hadid dan Meidina memasuki kompleks Pesantren Nurul Qur'an. Salah satu pondok pesantren ternama milik keluarga Meidina. Selain itu, keluarga Hadid pun memiliki pondok pesantren yang tak kalah ternamanya, yaitu Pesantren Nurul Tauhid.

Meidina segera turun dari mobil dengan waja begitu menunjukkan kekesalan. Tanpa berkata apa-apa pada Hadid, dia langsung masuk ke rumah seraya diikuti oleh Hadid dan keluarga yang lainnya.

"Di mana dia?" tanya Meidina pada mereka saat semuanya sudah berada di dalam rumah.

"Loh, bukannya di belakang mobil kalian?" Kali ini Nadia-kakaknya Hadid-yang menyahut.

Di sisi lain, Hadid hanya bisa menghela napas panjang. Baru beberapa jam yang lalu mereka tertawa bahagia merayakan anniversary, sekarang keadaannya malah berkebalikan.

"Ya Allah." Meidina mendesah kasar, lalu duduk di samping kakak iparnya, Nadia. Mereka semua duduk bersamaan dengan menyimpan begitu banyak pertanyaan di hati masing-masing.

***

Tok! Tok!

Suara pintu yang diketuk, membuat adik Hadid bernama Syifa itu beranjak membukakan pintu. Pada saat pintu terbuka, ternyata dua orang wanita dan seorang anak kecil yang sudah mereka tunggu sejak tadi.

"As-salāmu'alaikum," ucap kedua wanita tersebut secara bersamaan.

"Wa'alaikumus-salām," sahut mereka dari posisi duduk masing-masing.

"Silakan masuk." Syifa tersenyum dan mempersilakan mereka masuk.

Seorang wanita memakai abaya cokelat masuk terlebih dahulu, disusul seorang wanita memakai abaya hitam dan cadar, serta menggendong anak kecil. Tatapan semua orang yang berada di sana tak lepas dari ketiga tamu yang baru saja datang.

"Silakan perkenalkan diri dulu, Kak." Ucapan Syifa membuat Nadia memelotot pada adiknya yang satu ini. Syifa yang mendapat lirikan seperti itu hanya mendengkus. Apa salahnya? Kan benar, kalau belum tahu nama, pasti mengobrol pun akan kurang nyaman.

"Emm, perkenalkan nama saya Mahdia Nadzhira Al Hasyim," Wanita yang mengenakan cadar itu mulai bersuara.

"Kalau saya Naima, panggil saja Ima," sahut wanita yang memakai abaya cokelat.

Antara Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang