ADH 15 ✓

24.7K 1.6K 35
                                    

Holla all sebelumnya maaf bgt blm update lama karena lagi ada pekerjaan mendadak dan lagi ujian juga heheh

So selamat membaca! Jangan lupa vote dan komen ya🥰

****

Kronogis

Jika kita tidak bisa menangis karena Allah, maka menangislah atas ketidakmampuan itu.

(Ustazah Gamar Alkaff)

***

"Kenapa, Mei?” tanya Nadia, duduk di samping adik iparnya yang sejak tadi mengetuk-ngetuk jidat, pertanda dirinya sedang banyak memikirkan sesuatu.

“Enggak apa-apa, Mbak.” Meidina hanya bisa menjawab pelan tanpa menceritakan apa yang baru saja diketahuinya.

“Mbak, kapan polisinya dateng? Dan cerita tentang kecelakaan Mas Hadid,” tanyanya, sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

“Sabar, Mei, paling sebentar lagi mereka datang.” Nadia mengelus lengan Meidina untuk menenangkan wanita itu.

Tidak berangsur lama, dua orang polisi datang menghampiri Meidina dan keluarga Hadid. Mereka sudah siap mendengarkan kronologis kecelakaan yang membuat Hadid terbaring di rumah sakit.

“Jadi begini, Pak Ustaz, setelah melakukan penyelidikan, kami mendapatkan informasi dari berbagai pihak bahwa Pak Hadid sebelum kecelakaan berada di rumah sakit.”

“Rumah sakit?” tanya Syifa pelan.

“Pasti gara-gara wanita itu!” ujar Nadia kesal.

“Mama tahu kalau Khalisya sakit, tapi Mama tidak diberi tahu dirawat di rumah sakit mana.” Khadijah ikut berbicara untuk memperjelas maksud polisi.

“Sudahlah, tolong dengarkan penjelasan Pak Polisi terlebih dahulu,” ucap Baba menenangkan suasana.

“Kami mendapatkan informasi dari rumah sakit kalau Pak Hadid terlihat syok tentang sesuatu, Pak.” Perkataan polisi kali ini membuat Meidina teringat sesuatu. Dia sudah bisa menebak, hal apa yang menyebabkan Hadid syok.

“Dan saat di jalan, baik mobil yang dikendarai Pak Hadid maupun truk sama-sama melaju dengan kencang. Saat di tikungan, terjadilah kecelakaan.”

“Lalu, bagaimana dengan sopir truknya, Pak?” Kali ini Baba yang bertanya.

“Keadaannya sama seperti Pak Hadid, dan kami sudah menengoknya,” jelas anggota kepolisian tersebut.

“Baik, Pak. Terima kasih banyak atas penjelasannya.” Nadia sedikit tersenyum dengan perasaan kesal.

“Sama-sama, Bu. Kami pamit dahulu, as-salāmu‘alaikum.”

“Wa’alaikumus-salām,” jawab mereka serempak.

***

Meidina memilih duduk menyendiri di sudut ruangan sembari bibirnya terus berzikir. Dia memikirkan tentang Hadid yang syok dan penyebab Hadid kehilangan kendali saat menyetir mobil. Selama bertahun-tahun hidup bersama Hadid, Meidina tak menyangka akan terjadi seperti ini.

“Ya Allah,” kata Meidina lirih.

Bagaimana caranya agar aku bisa bertemu mereka? tanya Meidina dalam hati.

“Syifa,” panggil Meidina pada adik ipar sekaligus saudaranya.

“Kenapa, Mbak?” Syifa menoleh, lalu menghampiri Meidina.

“Kalau kita mau bertemu seseorang yang belum pernah kita kenal, bagaimana caranya?” Pertanyaan Meidina membuat Syifa mengerutkan kening. Bagi Syifa, pertanyaan ini sangatlah aneh.

Ehm, gimana, ya? Mungkin kita harus menghubunginya terlebih dahulu, Mbak.”

Kening Meidina mengernyit. “Menghubungi? Ehm, ide yang bagus.”

“Emangnya kenapa sih, Mbak? Ada apa, Mbak? Aku kepo,” pekik Syifa penasaran.

“Nanti Mbak kasih tahu. Kamu tahu di mana handphone kakak kamu?” Wajah Meidiana terlihat begitu serius.

“Maksud Mbak, handphone Kak Hadid, ya? Duh, Syifa enggak tahu, Mbak. Sebentar, Syifa tanyain dulu sama Mama, Baba, atau Mbak Nad.” Saat itu juga, Syifa berlari menuju keluarganya.

***


Meidina dan Syifa berdiri di depan bangunan kantor polisi. Setelah tahu kalau handphone Hadid masih ada di pihak kepolisian, Meidina meminta Syifa untuk menemani dirinya mengambil handphone Hadid.

“Mbak, kita pulang aja, yuk, takut.” Syifa menarik kakak iparnya yang ingin masuk kantor polisi.

“Hei, kenapa takut? Udah, kita masuk aja,” kata Meidina menarik Syifa agar tetap bersamanya.

Setelah masuk, mereka pun bertemu dengan salah seorang polisi yang menanyakan tujuan kedatangan keduanya. Tanpa membuang waktu, Meidina segera menjelaskan maksud kedatangannya ke sana, lalu polisi tersebut menyuruhnya agar menunggu sebentar.

Selama menunggu, Syifa kembali bertanya, “Mbak, emang handphone-nya Kak Hadid buat apa?”

“Ada sesuatu. Nanti kamu juga paham,” ujar Meidina tersenyum menggoda.

“Ishh, Mbak ini, tinggal beri tahu saja, lah,” timpal Syifa menirukan logat kartun berkepala botak asal negara tetangga itu. Mendengar jawaban Syifa, Meidina hanya terkekeh pelan menanggapi.

***


Meidina menarik napasnya berat. Sudah berkali-kali mencoba menghubungi nomor Mahdia, tetapi tidak diangkat juga.

Matanya menatap kosong pada layar handphone yang diberi nama ‘Ummu Khalisya’. Meidina sebenernya bingung dengan dirinya sendiri saat ini. Mengapa dia kembali peduli pada Hadid yang jelas-jelas telah mengkhianatinya?

“Mbak, are you okay?” tanya Syifa khawatir.

“Mbak enggak apa-apa kok, Syif. Mbak Cuma bingung harus gimana,” lirih Meidina mulai putus asa.

Secara hukum dan agama, Meidiana memang masih sah sebagai istri dari Mohammed Hadid Al Hakam, tetapi sudah hampir dua bulan mereka pisah rumah.

“Bingung gimana, Mbak?”

“Mbak bingung dan ragu, apakah Mbak harus bertahan lebih lama lagi dengan rasa sakit, atau pergi meninggalkannya walau Mbak harus merasa kehilangan setengah jiwa,” ucap Meidina, membuat Syifa terdiam bingung. “Syif, kamu punya saran enggak biar telepon Mbak diangkat sama dia?”

“Gimana kalau Mbak teleponnya pakai nomor Mbak? Barangkali saja diangkat.” Kalau dipikir-pikir saran Syifa ini ada benarnya. Meidina pun tersenyum senang dan meminta Syifa untuk menyebutkan nomor Mahdia.

“Assalamualaikum,” ujar Meidina saat teleponnya diangkat oleh Mahdia.

“Wa’alaikumussalam. Maaf ini dengan siapa?” Suara lembut itu terdengar dari seberang sana.

“Ini saya, Meidina, istrinya Hadid, Mahdia.”


Holla comeback!
Terimakasih banyak untuk yang vote dan komen di bab sebelumnya, terus dukung aku ya! Biar Cepet update.
.
.
.
FYI, kalau ada Quotes diatas terus ada tulisan misalkan kayak diatas tadi tulisannya  Ustazah Gamar Alkaff  berarti itu orang yang buat Quotesnya ya. Ada orangnya kok.
.
.
Jadi kalian pilih tim mana nih?
Hadid - Meidina
Atau
Hadid - Mahdia
.
.

Jangan lupa untuk tekan tombol pojok kiri bawah ⭐ dan komen Yap! Biar Cepet update:)
.
.
50 VOTES UPDATE LAGI❤️😋
.
.

Salam Sayang
Pelita Manda❤️

Antara Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang