ADH 27 ✓

23.1K 1.6K 260
                                    

Terimakasih untuk 200 vote dan 140 komen di bab sebelumnya! 🙏

Maaf telat update dikarenakan sedang ujian + banyak pekerjaan + kondisi badan kurang stabil.😭😭🙏🙏

Aku juga seneng banget, bacain DM dan komen kalian tentang cerita Antara Dua Hati, itu kayak vitamin penyemangat buat update🙏🤗

😁 I'm really happy for that❤️😍

So, Happy Reading Guys!❤️

🌼🌼🌼

Gundah

Yang paling mengerti dirimu adalah Allah Swt. dan yang paling paham isi hatimu pun Allah. Jadi, jangan ragu untuk mengadu kepada-Nya.

(Syarifah Farhan Asshofie Al Jufri)

***


Aunty,” panggil Naura membuat Meidina membuyarkan lamunannya.

Aunty main, Naura ikut,” ujar Naura berusaha memakai bahasa Indonesia yang diajarkan Meidina, walau terbalik-balik.

Meidina mencubit pipi Naura, kemudian bertanya, “Emangnya Naura mau pergi ke mana?”

“Ancol!” pekik Naura.

“Naura mau ke Ancol?” tanya Salim pada putrinya.

“Iya, Daddy. Naura mau main di Ancol sama Aunty,” rengek Naura pada Salim.

“Mei, gimana kalau sebelum kamu pulang, kita main dulu sama Naura ke Ancol?” Pandangan Salim beralih pada Meidina yang duduk di dekat Naura. Meidina pun menyambut ajakan Salim dan Naura dengan anggukan.

***


Hadid duduk di ruang tunggu untuk menunggu Meidina di bandara.
Kemarin malam, Walid meminta dirinya menjemput Meidina ke sini.

Sudah beberapa kali Hadid mencoba menghubungi nomor Meidina, tetapi selalu tidak mendapatkan jawaban atau balasan. Hadid khawatir Meidina lepas dari genggamannya.

“Meidina,” panggil Hadid.

Meidina langsung menengok ke belakang saat menyadari ada yang memanggilnya. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Hadid. Dia lupa, pasti Walid yang menyuruh Hadid hingga ada di sini.

Hadid melangkah menuju Meidina, dan sudah tidak sabar ingin memeluk istrinya itu.

“Mei, Mas kangen,” bisik Hadid lalu mendekap tubuh Meidina erat.

“Mas, lepas,” ujar Meidina sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Hadid.

“Aduh!” Hadid meringis ketika lengan tangannya dicubit oleh Meidina.
Cepat-cepat dia melepaskan pelukan.

“Mei?” Hadid berusaha menyentuh wajah Meidina, tetapi segera ditepis oleh tangan wanita itu.

“Menjauh dan pergilah!” tegas Meidina membelakangi Hadid.

Antara Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang