ADH 12 ✓

26.8K 1.7K 215
                                    

Pergi

Ketika kamu berada pada titik yang sangat rapuh, maka mintalah kekuatan hanya kepada Allah.

(Ustazah Syarifah Binti Alhabsyi)

***

“Baik, terima kasih, Dok. Jadi Khalisya sudah boleh pulang besok ya, Dok?” tanya Mahdia sekali lagi untuk memastikannya.

“Iya Bu.” Sang dokter tersenyum menanggapi pertanyaan Mahdia.

“Terima kasih, Dok. Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu.” Cepat-cepat Mahdia berdiri dan menyalami dokter yang menangani Khalisya.

***

“As-salāmu‘alaikum.” Mahdia mengucapkan salam sambil masuk ke kamar inap Khalisya. Dia melihat Hadid tertidur pulas di samping Khalisya.

“Umi,” panggil Khalisya pelan.

Mahdia menoleh dan menjawab, “Iya, Sayang?”

Bersamaan dengan itu, Hadid terlihat menggeliat dan terbangun.

“Mas, tidur saja di sofa. Biar aku yang jagain Khalisya.” Walau hatinya sakit, Mahdia tetap berusaha bersikap baik pada Hadid, suaminya.

“Enggak, Dek, Mas habis ini harus ngajar lagi. Mas pulang aja,” ujar Hadid bangun dan bersiap, lalu mencium kening putrinya.

“Tapi Mas belum makan. Aku bawain aja, ya?” Sebuah kotak makan hendak diserahkan kepada Hadid, tetapi pria itu menggeleng.

“Enggak usah. Buat kamu dan Khalisya saja,” tolak Hadid begitu serius.

***

Hadid menatap jam yang menunjukkan pukul satu siang. Rasanya dia rindu sekali pada Khalisya, padahal baru saja kemarin sore dia bersama putrinya. Pada saat membuka ruang inap Khalisya, Hadid terkejut karena ruangan itu kosong.

“Khalisya, Mahdia?” panggil Hadid sekali lagi sembari membuka pintu toilet, tetapi tidak ada siapa pun.

“Khalisya, Mahdia, kalian di mana?” gumam Hadid mulai khawatir.

Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.

“Ahh!” Pria itu kesal karena nomor Mahdia tidak bisa dihubungi. Hadid pun memicingkan mata saat melihat sebuah surat yang terletak di bawah vas bunga.

“Surat apa ini?” tanya Hadid pada diri sendiri dan mengambil surat tersebut, kemudian mulai membacanya.

As-salāmu‘alaikum, Mas.

Ini aku, Mahdia. Mas, sebelumnya aku minta maaf karena pergi bersama Khalisya tanpa izin dari Mas.

Mas, aku tahu dari awal pernikahan kita memang salah dan seharusnya tidak boleh terjadi. Bagaimanapun, kamu adalah seorang pria yang sudah memiliki istri.

Mas, kemarin saat aku mengambil handphone Mas di mobil, maaf aku tak sengaja menjatuhkan berkas dari map di sana. Aku tak sengaja membacanya, termasuk surat dari Mbak Meidina untuk Mas.

Antara Dua HatiWhere stories live. Discover now