ADH 13 ✓

24.9K 1.6K 144
                                    

Duka

Jangan biarkan hatimu dikuasai oleh hawa nafsu, karena itu akan membuatmu hancur binasa. Penuhilah hatimu dengan rasa cinta dan takwa pada Allah, maka kau akan bahagia dunia akhirat.

(Syarifah Berlian Bafagih)

***

Meidina memejamkan matanya yang lelah menangis. Bohong kalau dia ingin berpisah dari Hadid!

“Kak Mei,” ujar Haikal masuk ke kamar kakaknya tanpa permisi terlebih dahulu.

“Iya kenapa, Dek?” Meidina berusaha memalingkan wajah karena tak ingin sang adik melihatnya menangis dan ikut bersedih.

“Bantuin aku ngerjain tugas.” Haikal tersenyum penuh arti kepada kakaknya itu.

“Kamu ini, Ya Allah!” ucap Meidina terkekeh pelan sembari menghadap ke arah adiknya.

Meidina tahu Haikal termasuk anak pintar dan biasanya selalu mengerjakan tugas sendiri. Namun, tujuan Haikal sebenarnya bukan untuk mengerjakan tugas, melainkan menghibur kakaknya agar tidak bersedih.

***


Hadid mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia tidak ingin kehilangan Mahdia, Khalisya, dan calon anak kembar mereka. Rasa senang, marah, khawatir, dan takut kehilangan kini bercampur menjadi satu, membuat Hadid lupa sedang diselimuti hawa nafsu.

Hadid tak sadar jika di depannya ada mobil truk berlawanan arah yang melaju kencang dan kehilangan kendali. Truk itu oleng hingga menabrak mobilnya.

Brak!

“Khalisya, Mahdia,” ujar Hadid sebelum menutup matanya. Seketika orang-orang mulai berdatangan untuk menyelamatkan.

***

Drrtt ...!

Handphone Meidina bergetar, dia melihat panggilan telepon dari nomor tidak dikenal.

“Siapa, Kak?” Haikal bertanya penuh penasaran.

Meidina menggeleng dan berkata, “Nggak tahu, Dek. Nggak ada namanya.”

“Angkat aja, Kak, barangkali penting.”

Sesuai saran dari Haikal, Meidina pun menerima panggilan dari nomor tidak dikenal itu.

“As-salāmu‘alaikum. Apakah ini dengan istri dari Pak Mohammed Hadid?” tanya orang di seberang sana.

“Wa’alaikumus-salām. Iya, benar, Pak. Ini siapa, ya?” Tentu saja Meidina terkejut karena orang itu menyebut nama suaminya.

“Kami dari kepolisian ingin memberi tahu bahwa suami Ibu mengalami kecelakaan lalu lintas.” Perkataan polisi tersebut membuat Meidina syok.

“Saat ini kami sedang berada di tempat kejadian dan menemukan dompet serta handphone Pak Hadid,” jelasnya lagi.

“Bagaimana keadaan suami saya, Pak?” tanya Meidina berusaha tetap tegak, walau hatinya runtuh.

“Pak Hadid sudah dibawa ke RSUD.”

Setelah menerima telepon itu, Meidina sontak berdiri meninggalkan kamar. Haikal yang sedari tadi menyimak telepon kakaknya pun ikut terkejut dan mengejar Meidina.

“Meidina, Haikal. Mau ke mana?” Hamad, kakak Meidina dan Haikal mencegah keduanya.

Meidina terus berlari menuju rumah mertuanya untuk memberi tahu tentang Hadid. Sementara itu, Haikal sedang kesal karena kakaknya, Hamad sudah dijelaskan berkali-kali masih tidak paham juga.

***

“As-salāmu‘alaikum.” Meidina menyelonong masuk ke rumah mertuanya.

“Wa’alaikumus-salām. Loh, Meidina. Ada apa? Kok muka kamu pucet banget?” Nadia yang ada di sana pun menatap penuh tanya.

“Mbak Nad, tadi aku dapat kabar kalau Mas Hadid kecelakaan. Ayo kita ke rumah sakit, Mbak!” Tangis Meidina yang sedari tadi ditahan, akhirnya runtuh juga di hadapan kakak ipar dan ibu mertuanya.

“Kecelakaan?” seru Khadijah syok sembari memegangi dadanya.

***


Mahdia merasa gelisah dan tidak enak hati. Entah kenapa, dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya, tetapi seperti ada yang mengganjal di hatinya.

“Kak Mahdia kenapa?”

“Enggak kenapa-kenapa kok, Dek. Cuma enggak enak perasaan aja,” ungkap Mahdia jujur pada saudaranya.

“Kak Mahdia mungkin kangen sama suami, bawaan bayinya,” ujar Sabrina sedikit menggoda Mahdia.

“Mungkin kali, ya, Bina.” Sejak tadi, Mahdia terus-menerus mengelus perutnya yang masih rata.

“Duh, bentar lagi aku punya keponakan kembar.” Sabrina ikut mengelus perut Mahdia dengan perasaan bahagia.

Mereka pun tertawa bersama dan saling memberikan doa terbaik untuk kandungan Mahdia.

***

“Ibu istri dari Pak Hadid?” tanya salah seorang polisi saat melihat ada keluarga yang terlihat panik.

“Iya, Pak, suami saya di mana?” Meidina sudah tak sabar ingin mengetahui kabar Hadid.

“Ada di ruang UGD, Bu, sedang ditangani oleh Dokter.”

Nadia mengusap wajahnya kasar, lalu bertanya, “Pak, kronologis kejadiannya bagaimana?”

“Menurut saksi mata, kedua mobil melaju dengan kecepatan tinggi, tetapi mobil truk kehilangan kendali. Untuk info selanjutnya akan kita kabari, karena kita harus melakukan olah TKP,” terang polisi tersebut menatap Nadia dan yang lainnya bergantian.

Tiba-tiba saja teriakan membuat semua orang yang ada di sana mengalihkan pandangan. Nadia panik karena Meidina jatuh pingsan.

Holla comeback!
Terimakasih banyak untuk yang vote dan komen di bab sebelumnya, terus dukung aku ya! Biar Cepet update.
.
.
.
FYI, kalau ada Quotes diatas terus ada tulisan misalkan kayak diatas tadi tulisannya  Syarifah Berlian Bafagih berarti itu orang yang buat Quotesnya ya. Ada orangnya kok.
.
.
Jadi kalian pilih tim mana nih?
Hadid - Meidina
Atau
Hadid - Mahdia
.
.

Jangan lupa untuk tekan tombol pojok kiri bawah ⭐ dan komen Yap! Biar Cepet update:)
.
.
Ini double update yang kmrn Yash! Seneng bangetttt kemarin banyak yang komen😘
.
.

Salam Sayang
Pelita Manda❤️

Antara Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang