ADH 16 ✓

23.2K 1.6K 114
                                    


Terimakasih untuk 50 vote di bab sebelumnya! I'm so happy😍

So, happy reading guys!

🌼🌼🌼

Terguncang

"Jangan lupa ada Allah dalam hidupmu yang siap menampung segala keluh. Ada Allah dalam harimu, sumber kekuatan penuh. Ada Allah dalam hatimu jika kau serahkan segala sesuatu, Ia akan menjaganya hingga utuh.”

(Ustazah Halimah Alaydrus)

***


“Mbak Meidina?” ujar Mahdia agak gagap di telepon.

“Iya.” Meidina hanya menyahut singkat tanpa ada basi-basi.

“Ada apa, Mbak?” Mahdia bertanya pelan seraya melirik putrinya yang sedang bermain di halaman. Selain itu, di sana juga ada bibinya. Mahdia memutuskan untuk menjauh dari mereka dan pergi ke kamarnya.

“Aku ingin berbicara dengan kamu, tapi tidak di telepon. Karena ada yang lebih penting,” ucap Meidina, membuat langkah Mahdia terhenti.

Setelah mengatakan itu, Meidina segera menutup teleponnya. Dia yakin sudah melakukan yang tepat. Sementara itu, Syifa hanya menatap kakak iparnya bingung.

Apa yang akan dilakukan Mbak Meidina kepada Mbak Mahdia? batin Syifa bertanya-tanya.

“Ayo, Syif, kita ke rumah sakit lagi,” ajak Meidina, tetapi Syifa hanya bergeming saja.

“Syif?” panggil Meidina lagi, membuyarkan lamunan Syifa.

“Eh? Ayo, Mbak!” Syifa bergegas bangun dari duduknya.

***

Mahdia duduk terdiam di pinggir ranjang, nanti lusa dia akan bertemu Meidina. Mahdia masih ingat akan awal pertemuan mereka yang kurang mengenakkan. Hal yang membuat Mahdia bingung, apa yang ingin Meidina sampaikan padanya? Apakah itu sesuatu hal yang benar-benar penting?

***

“Nak, kamu mau ke mana?” Khadijah menatap penuh tanya melihat Meidina bersiap-siap seperti akan pergi.

“Ma, aku ada keperluan yang penting menyangkut Mas Hadid. Aku pergi dulu, Ma. Kalau ada sesuatu sama Mas Hadid, segera telepon aku ya, Ma,” ujar Meidina, menghadap ke arah ibu mertuanya.

“Menyangkut Hadid?” tanya Khadijah lagi. “Tapi kamu ke Hadid dulu, kan?” Kali ini pertanyaan Khadijah hanya dibalas anggukan dari Meidina.

“Baiklah, nanti hati-hati di jalan,” lanjut wanita paruh baya itu mempersilakan Meidina pergi.

Sudah 4 hari pascakecelakaan, tetapi belum ada perubahan yang signifikan pada Hadid. Hal ini semakin membulatkan tekad Meidina untuk membawa Mahdia dan putrinya bertemu Hadid.

***

Mahdia memilih duduk di area yang sedikit lebih private sambil menunggu Meidina datang. Tadinya Mahdia tidak ingin mengajak Khalisya dan berniat menitipkan anaknya pada Soraya. Namun, mengingat jarak kafe ini dan rumah Soraya lumayan jauh, Mahdia memutuskan untuk sekalian pulang ke Surakarta.

Antara Dua HatiWhere stories live. Discover now