ADH 37 ✓

29.3K 2K 721
                                    

Terimakasih untuk 756 vote dan 565 komen di bab sebelumnya!
🙏🙏🙏😘

Maaf ya guys kalau Updatenya malem bangetttt. Semoga kalian suka ya😉🤗

Guys kalau cerita Antara Dua Hati menurut kalian di terbitkan atau di taruh di platform berbayar?🙏🤗

Aku juga seneng banget, bacain DM dan komen kalian tentang cerita Antara Dua Hati, itu kayak vitamin penyemangat buat update🙏🤗

😁 I'm really happy for that❤️😍

So, Happy Reading Guys!❤️

🌼🌼🌼

Bimbang

Jangan melayang dengan ujian. Sungguh tidaklah ada artinya pujian seribu manusia, tetapi kau terhina di hadapan Allah. Jangan tumbang dengan hinaan. Sungguh tidak ada artinya hinaan seribu manusia asal engkau terpuji di hadapan Allah.

(Ustazah Ummu Salim bin Jindan)

***

Meidina menatap orang-orang di bawah sana dari gerbong kereta. Banyak orang berlalu lalang sembari membawa barang.

Hmm, wangi,” gumamnya ketika menghirup masakan yang dibawakan oleh Mahdia. Nasi briyani rupanya.

Menghadap jendela sembari memakan bekal menjadi pilihan terbaik baginya. Meidina teringat dulu ketika masih di Maroko lebih sering makan masakan khas Timur Tengah dan kini dia memakannya lagi.

***

Hadid menatap Mahdia yang sedang mencuci piring. Dia bersama Khalisya masih berada di meja makan.

“Jamnya Khalisya tidur, Mas,” ucap Mahdia singkat.

“Kamu kenapa?” Hadid bertanya heran karena Mahdia tak terlihat seperti biasanya.

“Aku enggak kenapa-kenapa, Mas. Cuma capek saja.” Mahdia memilih mengajak anaknya tidur daripada bersama suaminya.

Hadid menatap punggung Mahdia, sebenarnya ada apa dengan Mahdia? Mengapa sikapnya berubah? Apakah dia melakukan kesalahan?

Fyuhh,” desah Hadid berat. Entah kenapa dadanya merasa sedikit sesak.

Apa karena ditinggalkan Meidina atau karena Mahdia yang mengabaikan dia?

“Loh, kok ke sini?” ucap Hadid saat melihat Khalisya menghampiri dirinya. Bukannya tadi Khalisya akan tidur siang bersama uminya?

“Ada apa putri kesayangannya Abi?”

Ndak mau bobo.” Khalisya memanyunkan bibirnya. Wajahnya terlihat kesal dan lucu bersamaan.

“Khalisya harus bobo,” ucap Mahdia tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua.

Ndak, Umi. Ndak mau,” rengek Khalisya.

“Ya sudah, Khalisya biar sama Mas saja. Kamu istirahat.” Tanpa menjawab perkataan Hadid, Mahdia langsung pergi ke kamar. Hadid menggeleng, merasa bingung dengan tingkah laku Mahdia yang berbeda dari biasanya.

Antara Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang