ADH 39

43.6K 2.5K 1.4K
                                    

Terimakasih untuk 866 vote dan 439 komen di bab sebelumnya!
🙏🙏🙏😘

Maaf ya guys kalau Updatenya malem bangetttt. Semoga kalian suka ya😉🤗

ATTENTION
Untuk para pembaca cerita Antara Dua Hati terimakasih banyak❤️ untuk dukungan kalian, hingga saat ini🌻

KABAR BAIK UNTUK SELURUH PEMBACA CERITA ANTARA DUA HATI

ANTARA DUA HATI akan tetap tayang di Wattpad saja insyaallah sampai ending {kalau enggak diterbitkan (semoga dipinang penerbit mayor yaa, aamiin hehe)}

Antara Dua Hati only in Wattpad, oleh karena itu aku minta tolong banget buat semua para pembaca setia bantuin aku yuk penuhin komen dan vote tiap bab minimal 1000 vote dan 1000 komen bantuin yukk:)

Aku gak bakal pindah ke apk lain kalau itu terpenuhi insyaallah...

Aku juga seneng banget, bacain DM dan komen kalian tentang cerita Antara Dua Hati, itu kayak vitamin penyemangat buat update🙏🤗

😁 I'm really happy for that❤️😍

So, Happy Reading Guys!❤️

🌼🌼🌼

'Mulai Menerima'

“Terkadang kita merasa sok pintar dan sok kuat. Padahal tak apa sesekali tak tahu dan merasa lemah.”

(Ustadzah Ummu Hasan Alkaff)

***

Hadid menatap jam tangan berkali kali, ini sudah 2 jam sejak mereka masuk ke supermarket tapi belum saja selesai.

"Abi capek," kata Khalisya memanyunkan bibirnya.

"Masih lama?" tanya Hadid pada Mahdia yang masih sibuk memilih milih.

"Enggak Mas, bentar lagi selesai. Terus abis itu ke Mothercare," jawab Mahdia sembari terus memasukkan barang belanjaan ke troli.

"Sabar ya Allah," gumam Hadid pelan, dirinya menyesal menemani Mahdia belanja kalau tahu akan lama seperti ini.

***


"Fadli kita mau ke kafe mana?" tanya Meidina sembari mengeluarkan ponsel dari tas.

"Kafe Zigi di Mall. Dia juga dalam perjalanan katanya," ucap Fadli menengok ke arah Meidina.

"Okay, semoga dia enggak telat." Fadli mengangguk mendengar perkataan Meidina. Meidina termasuk orang yang disiplin dalam hal apapun termasuk waktu.

***

"Mas ayo ke Mothercare," ucap Mahdia sembari menggandeng putrinya. Sementara Hadid membawa barang belanjaannya.

"Hmm..." Hadid menanggapi Mahdia malas, baru kali ini Hadid menemani perempuan belanja tetapi super lama. Biasanya Meidina jika ingin membeli sesuatu, sudah di buat daftar belanjaan sejak awal jadi tidak begitu lama.

"Mas, itu bukannya Mbak Meidina ya?" ucap Mahdia sembari melirik kearah kafe.

"Iya," jawab Hadid singkat, dia tau Meidina bersama Fadli dan perempuan lain yang entah namanya siapa.

Antara Dua HatiWhere stories live. Discover now