ADH 17 ✓

23.2K 1.5K 119
                                    

Terimakasih untuk 50 vote di bab sebelumnya! Aku enggak nyangka cepet banget 50 Vote, padahal kemarin pagi baru update😁 I'm So Happy❤️😍

So, happy reading guys! ❤️

🌼🌼🌼🌼

Rasa Bersalah

Tak harus mengerti makna dari setiap takdir yang kita jalani. Kita hanya perlu percaya bahwa Allah begitu menyayangi hamba-hamba-Nya. Setiap takdir Allah itu baik.

(Ustazah Halimah Alaydrus)

***

Mahdia masih syok dengan apa yang dikatakan oleh Meidina. Dia tak menyangka kepergiannya membuat Hadid mencarinya dan terjadi musibah kecelakaan. Cepat-cepat Mahdia menghapus air mata, lalu membaca kertas yang diberikan Meidina.

Jika kamu masih peduli dan sayang kepada suami kamu, tolong jenguk dia di RS. Harapan Bakti Ruang ICU, sedari kemarin kemarin Mas Hadid terus menyebutkan namamu dan putrimu.

Itu tulisan dari kertas yang diberikan Meidina. Mahdia tak menyangka jika Hadid menyebut namanya dan Khalisya, putri mereka.

Setelah membayar di kasir, Mahdia hampir saja berlari menuju mobilnya karena tak ingat sedang hamil. Untung saja saudaranya sudah berteriak dari mobil agar dia tak lari.

“Jadi udah ketemuannya? Ketemu sama siapa, sih? Ngomongin apa?” tanya Zaveera beruntun membuat Mahdia menggeleng tak kuat menghadapi saudaranya yang satu dua seperti Wafa, sang adik.

“Ceritanya panjang banget. Udah, anterin Kakak ke Rumah Sakit Harapan Bakti dulu. Jangan langsung masuk tol ke Surakarta,” titah Mahdia yang mau tak mau dituruti oleh Zaveera walau diliputi rasa penasaran akut.

“Kak, ceritain dong. Kan dari sini ke runah sakit jauh, dua jam setengah kayaknya.” Zaveera sedikit memelas karena ingin tahu apa yang baru saja terjadi.

Mahdia menarik napas panjang. “Kalau Kakak cerita, kamu tetap harus konsentrasi, ya! Jangan bilang-bilang ke yang lainnya juga,” katanya.

“Iya, insyaallah.” Zaveera menanggapi penuh ceria.

***

Meidina mengendarai mobilnya cukup mengebut, meluapkan rasa amarah dan emosi yang ada di dalam hati. Saat di kafe, dia sudah mencoba untuk tidak emosi ketika berbicara dengan Mahdia, tetapi hatinya berkata lain.

Jika mengingat kalau wanita itu penyebab rumah tangganya di ambang kehancuran, bukankah wajar jika dia emosi? Perempuan mana yang tidak sakit hati ketika ada di posisi Meidina?

Meidina memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia menelungkupkan wajahnya pada setir mobil. Tidak berselang lama, handphone Meidina bergetar. Ada panggilan telepon dari sahabatnya, Nayla.

“As-salāmu‘alaikum,  Nay,” salam Meidina.

“Meidina, are you okay?” tanya Nayla di seberang sana, tetapi Meidina malah menangis.

“Aku udah enggak kuat, Nay. Hati aku rasanya sakit banget,” ungkap Meidina sambil menangis.

“Tarik napas, lalu buang. Coba kamu ulangin itu tiga sampai lima kali itu akan membuat kamu lebih baik.” Kata-kata Nayla ini langsung dipraktikkan oleh Meidina.

“Udah mendingan?” tanya Nayla ingin memastikan.

“Alhamdulillah, udah. Makasih, Nay.”

“Maafin aku, Mei, aku enggak bisa nemuin kamu. Jarak memisahkan kita. Aku cuma bisa telepon kamu. Jadi selanjutnya bagaimana?”

“Aku pikir, aku nyerah aja, Nay. Enggak ada yang bisa aku pertahankan, apalagi sejak aku tahu kalau Mas Hadid dan dia sudah punya anak dan sekarang dia lagi hamil.”
Lagi-lagi Meidina menangis.

Nayla mendesah, lalu bertanya, “Mei, tapi kamu masih sayang dan cinta sama suami kamu, ‘kan?”

“Iya, masih. Dan semakin aku menjauhinya entah kenapa semakin sayang. Aku benci sama rasa ini!” Meidina berdecak sebal. “Dan aku juga kesel sama diri aku sendiri Nay,” lanjutnya, mengundang tanda tanya bagi Nayla.

“Aku benci sama diri aku sendiri karena belum bisa ngasih Mas Hadid keturunan, seperti wanita itu. Padahal aku tahu kalau Mas Hadid sangat menginginkan memiliki anak. Aku memang sudah dua kali hamil, tetapi keguguran,” ujar Meidina melemah.

Laa tahzan innallaha ma’ana. Jangan kayak gitu, Mei, enggak baik. Allah Mahaadil. Mungkin sekarang kamu ngerasa kecewa, tetapi jangan berlebihan. Allah sedang menguji kamu dan suami kamu, Mei. Ingat apa diucapkan guru kita dulu?”

“Apa itu, Nay? Yang mana? Aku lupa,” jawab Meidina.

“Seorang laki-laki akan diuji jika dia mempunyai segalanya dan seorang perempuan akan diuji ketika laki-laki memiliki kekurangan sesuatu. Tapi, yang pasti satu hal. Allah tidak akan menguji di luar kemampuan hamba-Nya.” Kata-kata Nayla sedikit banyaknya bisa menenangkan perasaan Meidina.

“Iya, Nay. Jadi menurut kamu aku harus gimana?”

“Bertahanlah selagi kamu bisa. Ingatlah dulu janji pernikahan kamu dan suami kamu. Jika merasa bertambah sakit, maka lepaskanlah. Yang penting kamu sudah berusaha mempertahankan apa yang kamu miliki,” kata Nayla, membuat Meidina tertegun.

“Jadi, menurut kamu aku harus bertahan dan mempertahankan hubungan aku sama Mas Hadid?” tanya Meidina memastikan saran dari sahabatnya.

“Iya, kamu harus mencoba bertahan. Emangnya kamu mau kalah dari pelakor itu? Kamu dan suami kamu sama-sama saling mencintai dan pernikahan kalian juga udah lama. Sayang banget kalau kamu nyerah begitu aja tanpa usaha!”

“Iya, Nay. Aku akan berusaha.”

“Harus, dong! Kalau perlu kamu buat si pelakor itu mundur. Jangan terlalu baik dan lembut sama pelakor itu, Mei! Semangat! kamu pasti bisa! Ya udah, ini anak aku mau makan dulu. As-salāmu‘alaikum.” Nayla mengakhiri panggilan telepon secara sepihak.

“Kebiasaan, deh, kalau telepo
asal matiin aja,” gerutu Meidina kesal. Walau begitu, Nayla memang sahabat terbaiknya yang selalu ada dalam suka dan duka.

***

“Kak, kita udah nyampe.” Zaveera membelokkan mobilnya ke arah parkiran rumah sakit.

“Kak?” panggil Zaveera mengajak Mahdia turun, tetapi kakaknya itu malah terlihat ragu.




Holla comeback!
Terimakasih banyak untuk yang vote dan komen di bab sebelumnya, terus dukung aku ya! Biar Cepet update.
.
.
.
FYI, kalau ada Quotes diatas terus ada tulisan misalkan kayak diatas tadi tulisannya  Ustazah Halimah Alaydrus  berarti itu orang yang buat Quotesnya ya. Ada orangnya kok.
.
.
Jadi kalian pilih tim mana nih?
Hadid - Meidina
Atau
Hadid - Mahdia
.
.

Jangan lupa untuk tekan tombol pojok kiri bawah ⭐ dan komen Yap! Biar Cepet update:)
.
.
65 VOTES + 20 KOMEN UPDATE LAGI❤️😋
.
.

Salam Sayang
Pelita Manda❤️

Antara Dua HatiWhere stories live. Discover now