ADH 21 ✓

23.2K 1.5K 138
                                    

Terimakasih untuk 95 vote dan 50 komen di bab sebelumnya! 🙏

Btw, disini ada yang mau cerita Antara Dua Hati versi cetak gak? Kalau aku terbitkan.

Aku juga seneng banget, bacain DM dan komen kalian tentang cerita Antara Dua Hati, itu kayak vitamin penyemangat buat cepet update😂

😁 I'm really happy for that❤️😍

So, happy reading guys! ❤️

🌼🌼🌼

Cemburu

Tak akan ada penyesalan jika mencintai-Nya. Serahkan saja seluruh hatimu pada-Nya. Maka hatimu terbebas dari segala sakit.

(Ustazah Syarifah Mufidah Saggaf Al-Jufri)

***

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu membuat Hadid dan Meidina bertukar pandangan. Saat ini memang hanya mereka berdua saja yang berada di kamar. Khadijah sendiri berada di ruang Mahdia beserta Syifa, sedangkan Nadia sedang membeli makanan untuk mereka semua.

“Silakan masuk,” ucap Meidina.
Tampaklah seorang wanita memakai abaya dan cadar sambil menggendong anak kecil.

“Khalisya,” panggil Hadid saat mengetahui anak kecil tersebut merupakan putrinya.

“Apakah benar ini ruangan Pak Hadid?” tanya wanita tersebut.

“Iya, nama saya Hadid.”

“Kak Mahdia di mana?” Wanita itu kembali bertanya.

Meidina terkejut dan bertanya, “Kamu siapa?”

“Perkenalkan nama saya Putri Zaveera, saya saudaranya Kak Mahdia Al Hasyim.” Zaveera memperkenalkan diri dengan sopan.

“Kak Mahdia di mana, ya?” ulang Zaveera sekali lagi. Meidina dan Hadid saling melirik satu sama lain. Mereka bingung cara menyampaikan kepada Zaveera.

“Loh, ini siapa?” Khadijah datang dan masuk ke kamar Hadid.

Em, saya saudaranya Kak Mahdia, Bu,” jawab Zaveera sedikit membungkukkan badan.

“Kalau boleh tahu, di mana Kak Mahdia?” Sekarang giliran Zaveera yang bertanya pada Khadijah, karena dia tak kunjung mendapatkan jawaban dari Hadid dan Meidina.

“Mahdia tadi pingsan, Nak. Sekarang sedang dirawat di ruang B.” Seulas senyum tersungging di wajah Khadijah.

“Astagfirullah, Ya Allah, saya mau ke sana saja.” Zaveera bergegas meninggalkan ruangan itu, sampai akhirnya suara seseorang menahan langkah Zaveera.

“Khalisya tidur ya, Nak?” Nada bicara Khadijah terdengar kecewa.

“Iya, Bu, karena sudah kenyang jadi tidur lagi,” kata Zaveera terkekeh.

“Baringkanlah di sofa, Nak. Pasti berat.”

“Enggak usah, Bu, saya mau ke ruangan Kak Mahdia saja.” Zaveera menolak halus dan sesopan mungkin.

Tadinya Khadijah akan mengantarkan Zaveera ke ruangan Mahdia, tetapi Nadia mengajukan diri hingga akhirnya Zaveera mengikuti langkah Nadia tanpa banyak bertanya.

***


“As-salāmu‘alaikum.” Nadia membuka pintu. Mata mereka tertuju pada Syifa dan Mahdia yang sama-sama tertidur lelap.

Antara Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang