ADH 30 ✓

25.8K 1.7K 1.3K
                                    

Terimakasih untuk vote dan komen di bab sebelumnya! 🙏

Maaf telat update dikarenakan draft Wattpad enggak bisa dibuka loading terus 😭😭🙏🙏

Aku juga seneng banget, bacain DM dan komen kalian tentang cerita Antara Dua Hati, itu kayak vitamin penyemangat buat update🙏🤗

😁 I'm really happy for that❤️😍

So, Happy Reading Guys!❤️

🌺🌺🌺

Hurt

Berbaik hatilah, bahkan pada dia yang buruk. Lembutkan ucapanmu, bahkan pada dia yang kasar. Santunkan perilakumu, bahkan pada dia yang tak sopan.

(Syarifah Rugayah Alaydrus)

***

“Mas, kok lama banget?” tanya Mahdia manja.

Hadid menatap cuek, mengabaikan Mahdia dan masuk ke toilet.

“Mas?” panggil Mahdia setelah Hadid keluar.

“Mas, jangan cuek-cuek, dong. Emangnya enggak kangen sama aku?” tanya Mahdia sembari menatap Hadid yang terus mengabaikannya.

“Oke, fix. Kita musuhan.” Mahdia berucap lalu membalikkan badannya, tak lagi menghadap Hadid.

"Kenapa sih, My Queen? Jangan marah dong. Nanti jelek loh, mukanya,” ucap Hadid mendekap Mahdia yang mulai merajuk.

Hmm.”

“Kenapa? Jangan ngambek.” Hadid mencubit pipi Mahdia yang saat ini tak terhalangi cadar. Sejak Hadid datang sendirian, Mahdia langsung membuka cadarnya.

“Pokoknya, sekarang Mas harus jelasin semuanya dari awal. Dari mulai Mas kenapa kecelakaan sampai Mas saat ini berada di depanku!” titah Mahdia tak tertahan.

“Oke, baiklah. Jad–” Belum selesai Hadid berbicara, Mahdia sudah memotongnya.

Eitss, tunggu dulu! Aku belum selesai, loh.” Ucapan Mahdia membuat Hadid mengerutkan dahinya, bingung.

“Apa?” tanya Hadid curiga.

My Twins and Umi lapar, Abi. Mau martabak melon sama rujak dulu, ya.” Tatapan Mahdia penuh harap sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit.

“Heem. Abi harus cari di mana nih, Dede? Umi kamu ngidamnya bikin migrain Abi kambuh. Ditunda besok aja ya, My Queen?” Perkataan Hadid membuat Mahdia kecewa, padahal dia sudah berharap Hadid akan mengabulkan permintaannya.

Seketika tangis Mahdia pecah, hingga Hadid yang tadinya mengelus-elus perut Mahdia beralih menatap wajah Mahdia yang memerah.

“Eh, kenapa nangis?” tanya Hadid mulai menghapus air mata Mahdia yang terus berjatuhan.

“Mas, aku jarang dan hampir nggak pernah minta sama kamu. Kok kamu nggak mau mengabulkan permintaan anak kamu? Gimana kalau nanti anak kita ileran terus?” Mahdia berucap dan terus menangis, sampai-sampai Hadid kelabakan untuk menenangkannya.

“Aku mau martabak melon sama rujak,” rengek Mahdia manja. Hadid sendiri dibuat takjub dengan perubahan sikap Mahdia. Mungkin efek hormonal, pikirnya.

Antara Dua HatiWhere stories live. Discover now