ADH 24 ✓

22.9K 1.6K 247
                                    

Terimakasih untuk 145 vote dan 80 komen di bab sebelumnya! 🙏 Maaf telat update😭🙏

Aku juga seneng banget, bacain DM dan komen kalian tentang cerita Antara Dua Hati, itu kayak vitamin penyemangat buat update🙏🤗

😁 I'm really happy for that❤️😍

So, Happy Reading Guys!❤️

🌼🌼🌼

Sendiri

Tak ada yang sulit, jika Allah memudahkan. Tak ada yang berat, jika Allah yang meringankan. Tak ada yang mampu melawan, jika Allah yang berkehendak.

(Umi Syarifah Nur Najmiyah Alkaff)

***

“Hei!” kata seseorang menepuk pundak Meidina, sehingga wanita itu mendongak.

“Kenapa, lu?”

“Fad, bawa aku ke pantai.” Meidina berkata pada Fadli. Ternyata orang yang Meidina telepon adalah Fadli, sahabatnya.

“Jawab dulu pertanyaan gue!” tegas Fadli. “Kenapa lo nangis? Sebenernya ada apa, sih, antara lo sama suami lo?” Fadli pura-pura tak tahu, padahal sebenernya dia sudah mengetahui itu dari Sahila.

“Nggak ada apa-apa, Fad,” jawab Meidina mengalihkan pandangan ke langit yang terlihat biru.

“Yuk, ke pantai!” ajak Fadli langsung berdiri, disambut tatapan sedikit berbinar dari Meidina. Mereka pun berjalan ke arah mobil Fadli.

“Ya ampun, Mei, duduk di sebelah gue! Jangan duduk di tengah.” Pria itu memijat keningnya yang terasa sakit.

“Enggak, entar timbul fitnah. Aku di tengah saja.”

“Gue kayak taksi online yang bawa penumpang, alias berasa jadi sopir,” ucap Fadli lemas, tetapi Meidina malah tertawa pelan mendengar perkataan dari sahabatnya ini.

Di tengah perjalanan, handphone Fadli bergetar menunjukkan sebuah telepon masuk. Awalnya Fadli enggan menjawab, tetapi Meidina mengingatkan barangkali itu telepon penting. Setelah beberapa menit berbicara di telepon, Fadli pun kembali menaruh handphone-nya pada dashboard.

“Siapa yang telepon kamu? Pake bohong segala, ngomong di kantor,” ledek Meidina yang mendengarkan obrolan sahabatnya.

“Rissa,” ucap Fadli singkat.

“Rissa tunangan kamu?”

“Bukan, gue mah ogah tunangan sama wanita matre ganjen kayak die. Ya, cuma biasa urusan bisnis babeh gue.” Entah mengapa Fadli bisa mengatakan hal ini dengan sangat santai.

“Tapi kata Mama kamu, kamu udah tunangan.” Kening Meidina mengernyit bingung.

“Ya gitu, males gue ngeladenin cewek yang kayak gitu. Gue juga nggak paham kenapa ortu gue ngejodohin gue sama anaknya temen babeh. Ampun, dah.” Berbeda dengan tadi, sekarang Fadli menjawab dengan nada sedikit kesal.

“Ya lagian, umur kamu udah kepala tiga masih aja jomlo.”

“Ya susah, nyari cewek sesuai keinginan gue. Sekalinya dapet, diambil orang lain atau udah ada yang punya.” Ucapan Fadli ini disambut tawa oleh Meidina.

“Emang kayak gimana sih, tipe cewek kamu? Barangkali aku punya temen jomlo yang sesuai kriteria kamu.”
“Kamu mau tahu?” Pria itu malah balik bertanya sembari melirik kaca tengah, hingga terpantul wajah Meidina yang cantik alami.

Antara Dua HatiWhere stories live. Discover now