ADH 19 ✓

22K 1.5K 129
                                    

Terimakasih untuk 80 vote dan 30 komen di bab sebelumnya! 🙏

Aku juga seneng banget, bacain DM dan komen kalian tentang cerita Antara Dua Hati, itu kayak vitamin penyemangat buat cepet update😂

😁 I'm really happy for that❤️😍

So, happy reading guys!

🌼🌼🌼

Siuman

Ambillah hikmah dari setiap kejadian. Meskipun itu hanya dari butiran debu.

(Ustazah Muna Al Munawwar)

***

Mahdia melihat ke langit ruang donor darah dan berdoa agar Hadid bisa sehat, serta sembuh seperti sediakala.

Dia lupa mengabari Zaveera karena terlalu tenggelam dalam situasu sedih. Semoga saja Khalisya jika sudah bangun tidak merepotkan Zaveera atau rewel.

Ting

Notifikasi pesan WhatsApp dari Putri Zaveera.

Zaveera:
Mbak di mana?
Khalisya sudah bangun. Dia nangis nyariin Mbak.

Baru saja Mahdia memikirkan Zaveera dan Khalisya, kini dia mendapat pesan WhatsApp dari Zavee

Mahdia:
Dalem. Ada sesuatu yang harus Mbak selesaikan. Nanti kalau udah selesai, Mbak ke sana secepatnya. Kalau kamu dan Khalisya lapar, cari makan atau jalan-jalan dulu.

Mahdia:
Di tas Khalisya ada uang 200k, kamu sama Khalisya makan duluan, ya! Mbak masih lama.

Jawaban Mahdia ini dibaca langsung oleh Zaveera. Sementara itu, tanpa sadar ada seseorang yang terus mengawasi Mahdia.

“Syifa dari mana aja?” tanya Nadia memanggil adiknya.

“Dari toilet, kebelet.” Syifa meringis dan berbohong pada kakaknya.

“Yang bener? Kok enggak basah, sih?” tanya Nadia curiga.

“Ya Allah, astagfirullah, Mbak. Emangnya aku anak kecil yang kalau ke toilet basah semua.” Syifa berubah merajuk sambil mengerucutkan bibirnya.

“Canda,” ucap Nadia memutar bola matanya malas.

“Kalian jangan berisik. Lebih baik kalian berdua berdoa agar Hadid kembali pulih.” Khadijah melerai pertengkaran kakak adik tersebut.

“Kondisi Pak Hadid sudah membaik dan akan segera siuman,” ucap salah seorang dokter dua jam yang lalu setelah Hadid keluar ruang operasi.
Baik Meidina, Syifa, Khadijah, maupun Nadia sangat tidak sabar akan hal itu.

Tanpa mereka ketahui, Mahdia masih merasa pusing dan lemas setelah mendonorkan darahnya. Dia belum kembali menemui yang lainnya karena ingin beristirahat sejenak.

***

Hadid membuka matanya perlahan. Sinar lampu yang begitu menusuk matanya benar-benar membuat silau. Untung saja ada suster yang memeriksa pasien lainnya di sebelah Hadid.

“Bu, Pak Hadid sudah siuman. Kita akan memindahkannya ke ruang perawatan,” ucap sang suster, membawa angin segar bagi keluarga Hadid.

Setelah mengurus beberapa berkas administrasi, Hadid dipindahkan ke ruang rawat biasa. Nadia, Meidina, dan Khadijah mengikuti suster itu membawa Hadid ke ruang rawat. Tak ada yang sadar jika Syifa tak bersama mereka.

“Sayang?” panggil Hadid dengan suara serak setelah mereka sampai di kamar inapnya.

“Mas Hadid,” kata Meidina memeluk suaminya dan menangis sejadi-jadinya. Dia bersyukur suaminya sudah siuman.

Nadia dan Khadijah membiarkan Meidiana dan Hadid saling meluruhkan rindu karena sudah lama terpisahkan ego masing-masing.

Tiba-tiba saja kedatangan Syifa mengagetkan mereka semua.

“Kak Hadid,” kata Syifa langsung berlari memeluk kakak laki-laki satu-satunya yang sangat disayangi.

“Syifa.” Hadid tersenyum melihat adiknya itu.

“Mama mau ke mana?” tanya Nadia saat melihat Khadijah berdiri.

“Mama mau nanya suster, siapa yang donorin darah buat Hadid. Mama mau berterima kasih padanya,” jawab Khadijah, menatap anak-anaknya.

“Mama duduk aja di sini, nanti yang donorin bakal dateng sebentar lagi.” Kata-kata Syifa mengundang tanda tanya bagi mereka. Namun, Hadid tidak memedulikan Syifa atau yang lainnya, karena sedang menikmati wajah Meidina yang sudah dirindukan selama ini.

“Sayang, kamu tahu nggak, buah apa yang kecut?” Hadid menatap Meidina dengan jail.

“Ha?” seru Meidina masih tak paham apa yang dimaksud suaminya.

“Buah kedongdong buah semangka, Meidina cantik, Hadid yang punya,” lanjut Hadid melontarkan gombalannya.

“Apaan sih, Mas.” Meidina langsung mengalihkan pandangan karena sudah dipastikan wajahnya merah merona saat mendengar gombalan atau rayuan yang diberikan Hadid.

Nadia yang masih ada di sana ikut terkekeh geli melihat keharmonisan adik dan adik iparnya. Dia juga ikut menggoda adik ipar sekaligus sahabat masa kecilnya itu.

“Mbak Nad?” Meidina menutup wajahnya malu, tetapi Nadia malah mentertawakannya dengan puas.

“Aku punya kejutan buat Mas Hadid.” Senyum Meidina ini memang penuh kode.

Kening Hadid mengernyit penasaran. “Kejutan apa itu, Sayang?”
“Dia di mana?” tanya Meidiana pada yang lainnya.

“Di luar mungkin, Mbak,” celetuk Syifa.

Meidina berjalan keluar kamar untuk mencari keberadaan Mahdia. Syifa mengikuti Meidina dan merasa heran kenapa Mahdia belum sampai sini.
Ternyata Mahdia masih berdiam diri di bangku taman rumah sakit, walau dia mendapatkan informasi bahwa Hadid sekarang sudah siuman dan sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa. Mahdia hanya merasa tidak enak untuk menjenguk Hadid.

“Hei,” kata seseorang menepuk pundak Mahdia.

“Astagfirullah.” Mahdia menoleh dengan perasaan terkejut.

“Ayo, Mas Hadid udah sadar.” Meidina lalu menarik Mahdia menuju ruangan Hadid, diikuti oleh Syifa yang setia mengekor.

“Mas, tebak aku bawa siapa!” seru Meidina saat membuka pintu kamar, mengejutkan Hadid.

“Siapa, Sayang?”

“Masuklah.” Wanita itu sedikit mendorong Mahdia agar masuk dan menunjukkan diri di hadapan Hadid. Melihat kedatangan Mahdia, Hadid membeku tidak percaya.


Holla comeback!
Terimakasih banyak untuk yang vote dan komen di bab sebelumnya, terus dukung aku ya! Biar Cepet update.
.
.
.
FYI, kalau ada Quotes diatas terus ada tulisan misalkan kayak diatas tadi tulisannya Ustazah Muna Al Munawwar berarti itu orang yang buat Quotesnya ya. Ada orangnya kok.
.
.
Jadi kalian pilih tim mana nih?
Hadid - Meidina
Atau
Hadid - Mahdia
.
.

Jangan lupa untuk tekan tombol pojok kiri bawah ⭐ dan komen Yap! Biar Cepet update:)
.
.
Btw guys, kalau aku open QnA tentang cerita Antara Dua Hati di bab selanjutnya gimana?
.
.
85 VOTES + 40 KOMEN UPDATE LAGI❤️😋
.
.
Salam Sayang
Pelita Manda❤️
IG: @Pelita_mda24

Antara Dua HatiWhere stories live. Discover now