ADH 26 ✓

24.2K 1.6K 216
                                    

Terimakasih untuk 180 vote dan 120 komen di bab sebelumnya! 🙏 Maaf telat update😭🙏

Aku juga seneng banget, bacain DM dan komen kalian tentang cerita Antara Dua Hati, itu kayak vitamin penyemangat buat update🙏🤗

😁 I'm really happy for that❤️😍

So, Happy Reading Guys!❤️

🌼🌼🌼


Bagaimana?

Jangan menyerah saat doa-doamu belum terjawab. Jika kamu mampu bersabar, Allah mampu memberikan lebih dari apa yang kamu minta.

(Umma Aminah Al Attas)

***

“Mei,” panggil Salim ketika melihat lawan bicaranya terdiam membisu.

“Eh, iya?” jawab Meidina salah tingkah. Sejak tadi, Meidina terdiam memikirkan jawaban yang tepat untuk Salim.

“Gimana?”

“Apanya?” Meidina balik bertanya.

Aish, kamu ini. Gimana kehidupan kamu sekarang?” Salim mengulangi pertanyaannya.

“Kehidupan aku kacau dan pernikahan aku di ambang kehancuran,” kata Meidina sembari tersenyum getir.

“Maaf, aku nggak bermaksud membuat kamu bersedih atau menangis.” Sekarang giliran Salim yang merasa bersalah, apalagi saat melihat Meidina meneteskan air mata.

***

“Bang ini udah nggak ada yang tertinggal?” tanya Syifa yang sibuk mengemasi barang-barang Hadid, karena hari ini Hadid akan pulang dari rumah sakit.

“Lah, mana Abang tahu. Kan kamu yang membereskan barang-barang Abang, Dek,” kata Hadid menggeleng bingung.

“Bang Hadid jangan nyebelin, deh! Aku rela nggak sekolah buat bantuin Abang, loh,” kesal Syifa.

“Lah, Abang nggak nyuruh kamu nggak sekolah. Kamunya aja yang pengen bolos.” Ucapan Hadid membuat Syifa semakin kesal dan merajuk.

***


Salim tersenyum bahagia melihat putrinya bermain bersama Meidina.

“Meidina, apakah kalian sudah puas bermain air?” tanya Salim duduk di sebelah Meidina sembari mencelupkan kakinya ke

Bukannya menjawab pertanyaan Salim, Meidina memilih mengajak Naura berhenti berenang dan bermain bola di air.

Sekitar lima belas berlalu, Meidina dan Naura pun selesai bermain air. Salim segera memberikan mereka makanan dan teh hangat setelah mengeringkan badan.

“Thank you, Daddy.”

“Terima kasih, Sal,” ucap Meidina.

“Sama-sama. Aku senang sekali Naura bisa dekat dan akrab sama kamu. Karena Naura tipe anak yang susah berkomunikasi atau bermain dengan orang yang baru dikenalnya.” Salim melirik ke arah putrinya yang asik menyantap sandwich.

“Wah, iyakah? Naura itu anak yang aktif dan menggemaskan,” komentar Meidina.

“Berarti kamu beruntung karena Naura bisa dekat dengan kamu. Aku sangat menyayangi dan siap mengorbankan apa pun untuk putri kecilku,” ujar Salim menatap Naura dan Meidina bergantian.

Antara Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang