17 : Bubur

4.6K 607 46
                                    

"LOUIS, TO-LOOOONGG...!!!"

Berusaha mengambang agar tetap bisa bernapas, Drizel berteriak meminta Louis menolongnya. Yang dipanggil berjalan santai memutari telaga, berjalan mendekati tempat Drizel tenggelam.

"Toloooooonggg...!!!"

Gadis itu bisa dengar jelas suara tawa Louis. Rasanya paru-paru Drizel hampir penuh dan panas, ia semakin kehabisan napas dan tenaga. Pergerakannya di dalam air mulai lemah.

Saat lambat laun tubuh Drizel tenggelam, ia bisa merasakan seseorang melompat dan menyelam ke dalam air, sebuah tangan meraih pinggangnya. Saat itu juga Drizel kehilangan kesadaran.

Uhukkk...

Air yang sempat tertelan berhasil keluar, Drizel membulatkan mata. Baru saja Gabriel telah memberinya napas buatan.

Segera Gabriel memiringkan tubuh Drizel. Beberapa lama kemudian Gabriel membantu Drizel duduk, melepas jaket, ia pakaikan ke tubuh Drizel. Gadis itu tak melepas pandangan tajam ke arah Louis yang juga menatapnya cemas, lelaki itu duduk di dekat kaki Drizel.

"Kan sudah saya peringati, jika tidak bisa berenang jangan coba-coba masuk ke dalam air. Pinggiran Telaga pun bisa mencapai 2 meter kedalamannya. Andai tadi hal fatal terjadi, siapa yang mau bertanggung jawab?" kesal Lucca.

Drizel diam saja, masih menatap Louis intens dengan tangan dan bibirnya yang menggigil.

"Lucca, ayo, pulang ke Vila sekarang!" ajak Gabriel.

"Ayo!"

Memapah berdiri, Gabriel melingkarkan tangan Drizel di lehernya.

"Gue bantuin!" sahut Louis hendak meraih tangan Drizel.

Seketika gadis itu menghempas tangan Louis.

"Gak perlu!"

***

Sampai di Vila, Drizel duduk di bangku meja makan. Gadis itu menatap kosong ke arah punggung Gabriel yang sedang bekutat di meja dapur, sedang membuatkannya teh hangat.

Berbalik badan, Gabriel melangkah menuju meja makan, meletakkan secangkir teh hangat di atas sana.

"Minum," suruh lelaki itu.

Meraih cangkir di hadapannya, pelan-pelan Drizel menyeruput teh buatan Gabriel.

"Makasih sekali lagi," lirih Drizel.

"Sama-sama, anggap aja kita keluarga untuk seminggu ke depan karena tinggal satu atap."

Drizel senyum. Lalu memergik begitu Gabriel menyentuh keningnya.

"Anget... mau aku kompres?"

Segera Drizel menggeleng. "N-nanti aku sendiri aja."

"Oke."

"Kamu kalo mau balik ke kamar silahkan."

"Yaudah aku ke kamar. Nanti kalo kamu udah minum teh, langsung istirahat, ya?"

"Iya."

Drizel duduk sendirian di meja makan sesekali menyesap teh, tak berselang lama seorang lelaki memasuki dapur. Dia Louis. Tidak merasa bersalah, lelaki itu membalas tatapan tajam Drizel dengan senyuman.

"Gue mau buat mie instan, lo mau gue buatin gak?" tawar Louis.

Memalingkan wajah, Drizel tidak menjawab.

"Kalo diem artinya mau."

"Gak!"

Berdiri dari duduk, Drizel membawa tehnya keluar dapur. Gadis itu kembali ke dalam kamar.

I'M BACKWhere stories live. Discover now