PROLOG

24.5K 1.8K 24
                                    

Di seberang jalan, tiga orang anak lelaki berseragam SMP tampak sedang memantau gerbang SD Pancapersada.

Satu-persatu anak-anak keluar dari gerbang itu, menandakan bahwa sudah waktunya jam pulang sekolah. Tiga remaja SMP yang rela bolos sekolah tadi bergegas menyeberangi jalan.

"Besok lagi, ya? Dadaahhh..." pamit anak lelaki itu kepada teman sebangkunya di depan gerbang SD.

"Dadaaahh!" balas Brace melambaikan tangan.

Tak seperti biasa, Ibu Brace terlambat menjemput hari ini. Menunggu Ibunya datang, Brace berdiri di tepi jalan. Tak berselang lama, dia dihampiri oleh tiga anak lelaki yang sejak tadi sudah menunggunya keluar dari gerbang.

"Lo Brace? Soalnya cuma lo anak yang pake tas gambar ironman."

"I-iya, Kakak siapa?"

"Gue Abangnya Alice."

Brace membulatkan mata begitu kedua tangannya dipegangi oleh dua anak SMP yang lain, Brace berusaha memberontak tapi tubuh mereka jauh lebih besar darinya. Sudah teriak-teriak, tapi anak-anak yang lain hanya menonton, mereka cukup takut untuk menolong.

Tak ada orang dewasa di sekitarnya kecuali kendaraan yang berlalu-lalang dan orang-orang di kejauhan. Sialnya beberapa menit lalu Security sedang dipanggil oleh Kepala Sekolah.

Tiga remaja SMP itu membawa Brace menuju tiang listrik tak jauh dari gerbang sekolah, mengikat tangan Brace menggunakan dasi di tiang itu.

"Siapa yang berani lepasin dia, kalian berurusan sama kita!" seru yang paling dominan.

Setelahnya tiga anak SMP itu melenggang pergi.

Pada sebuah bangku panjang milik penjual bakso gerobak di seberang jalan, salah seorang pembeli berdiri dari duduk, mengamati kegaduhan di ujung sana.

"Ya Tuhan, itu anak kecil diapakan? Kurang ajar sekali anak-anak SMP itu!" teriak wanita dewasa.

Sontak yang lain ikut berdiri, tak terkecuali Ibunya Brace yang sebenarnya sudah datang sejak tadi, namun karena terlalu lama menunggu, ia jadi lapar, lalu memutuskan pergi ke penjual bakso.

"Mamaaa...." Brace menangis tak karuan, tangannya sakit.

"TOLONGIIIINN...!!!"

Sesekali Brace memohon kepada beberapa anak yang melintasinya, tapi hanya diabaikan karena anak-anak itu takut terhadap ancaman tiga siswa SMP tadi.

"BRACE...!!!"

Wanita itu berteriak panik dari seberang jalan. Menyadari keberadaan Ibunya, Brace menjerit minta segera ditolong, anak itu menangis kian histeris.

"MAMAAA, TOLOOONGGG...!!!"

Tanpa pikir panjang diselimuti kecemasan, wanita itu tak memedulikan mobilnya yang ia parkir di dekat gerobak, ia lari begitu saja menyeberangi jalan. Bahkan tanpa menoleh kiri maupun kanan.

Beberapa pengendara membunyikan klakson, ada yang berhenti mendadak. Mereka berteriak penuh umpat atas kecerobohan wanita itu yang bisa saja menyelakai dirinya sendiri dan juga orang lain.

Mata Brace terbuka lebar, di waktu bersamaan dia melihat truk melaju sangat kencang.

"MAMA, AWAAAAASSS...!!!"

TIIIINN...

Supir truk kaget, ingin menginjak rem malah terpijak gas. Tentu saja bukannya berhenti truk itu melaju sangat kencang. Tak sempat menghidar, kecelakaan fatal terjadi detik itu juga.

Kaki mungil Brace lemas, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat tubuh sang ibu terseret jauh, meninggalkan ceceran darah dan daging di jalanan.

Semua orang berbondong-bondong memaksa supir truk keluar, untunglah sebelum mereka melakukan pengeroyokan massa, mobil Polisi yang berpatroli melintas. Beberapa anggota Polisi segera mengamankan lokasi dan sang supir truk yang sudah pucat seperti orang linglung.

"Loh ini kenapa ini?!" sentak Security mendapati Brace terduduk di bawah tiang listrik dengan kondisi tangan terikat.

Lelaki itu segera melepaskan ikatan pada tangan Brace, menggendong dan membawanya masuk ke gedung sekolah untuk diserahkan kepada pihak guru. Sepertinya dia sangat terguncang.

Kecelakaan itu membuat anak-anak yang menyaksikan syok dan ketakutan, ia rasa Brace salah satunya.

Berusaha ditanya-tanya, namun Brace tetap bungkam, anak itu melamun dalam waktu yang sangat lama.

Salah seorang Guru yang sempat menghampiri tempat kejadian pristiwa bergegas lari memasuki ruang guru tempat Brace berada.

"Ternyara korban kecelakaan yang meninggal di depan itu adalah Ibunya."

Hari itu Brace yang malang harus menjadi yatim piatu, karena Ayahnya sudah meninggal sejak dia masih bayi. Mau tidak mau dia harus tinggal dengan sang Nenek dari pihak Ibunya. Karena beliau satu-satunya keluarga yang tersisa.

Orang tuanya sama-sama anak tunggal, tak mendapat restu namun nekat menikah, karenanya orang tua dari pihak Ayahnya memutuskan untuk putus hubungan dengan anak lelaki mereka.

Kejadian nahas itu benar-benar telah mengguncang jiwa Brace, anak 8 tahun itu harus menjalani terapi psikologi selama bertahun-tahun, sekaligus pindah tempat tinggal untuk mengurangi rasa trauma.

••• LULLABY •••

Annyeong!!!
Selamat datang di cerita pertamaku di tahun 2023
Cerita ini dipublish pada tanggal 08 Januari 2023....

Temenin aku namatin cerita ini, yuk!

Update 2 hari sekali
Jadi jangan komen "naxt-next naxt-next" yaaaa...!!!

Mending spam komen di setiap paragraf aja😉 SELAMAT MEMBACA!🤗🧡

I'M BACKWhere stories live. Discover now