30 : Hari Yang Ditunggu

3.2K 419 0
                                    

Percikan air dingin mengenai wajah, perlahan gadis yang sudah dalam keadaan terikat dan mulut tertutup lakban itu tersadar. Mengerjapkan mata, akibat pukulan tadi kepala Drizel sangat pusing.

Setelah benar-benar membuka mata, Drizel melotot begitu melihat bahwa dia sudah berada di tempat yang sangat asing. Dinding cat merah dan meja makan serta interior lain bertema emas seperti di kerajaan.

Menyorot ke depan, di ujung kursi di depan sana sudah duduk lelaki berjas putih seraya tersenyum simpul. Lucca yang selesai menyirami wajah Drizel menggunakan air es tertawa, Lucca duduk di kursi meja makan.

Ding... Dong...

Jam antik berukuran besar berbunyi nyaring, suaranya memenuhi ruangan, reflek Drizel menoleh, dia dapati jarum pendek jam mendarat di angka 12 romawi, begitu juga dengan jarum yang panjang.

Sekarang sudah tengah malam.

Tak lama kemudian Gabriel datang dengan membawa kue tar dan menyanyikan lagu ulang tahun.

Drizel mengerang. Berusaha memberontak dan malah membuat tangan dan kakinya semakin sakit. Sungguh, gadis itu sangat panik.

"Happy birthday... happy birthday... happy birthday, Alice!" nyanyi Gabriel. "Gara-gara kamu, usia Alice gak bisa bertambah lagi."

Sepertinya Drizel sudah dapat membaca permainan dari keluarga Rodriguez ini. Eskpresi yang semula panik memudar, digantikan dengan wajah biasa saja ditambah tawa remeh.

"Gimana rasanya?" tanya Drizel.

Sammuel tersulut emosi, beringsut dari duduk menghampiri Gabriel, dia sahut kue yang dibawa Gabriel dan melemparnya ke arah Drizel. Reflek gadis itu menunduk, alhasil kue hanya mengenai kepala bagian samping.

Drizel semakin tertawa, Lucca dan Gabriel keheranan, tapi emosi Sammuel semakin memuncak. Begitu Sammuel mengangkat tangan untuk mendaratkan pukulan, Gabriel bergegas menahannya.

Sammuel kaget saat tangannya ditahan oleh Gabriel, pelan-pelan Drizel mendongak. Mengamati kakak beradik di dekatnya.

"Ck, ck, ck... begitulah harusnya seorang lekaki, dia gak akan rela perempuannya disakiti meski harus melawan kakaknya sendiri."

Ucapan Drizel sontak membuat Gabriel tersadar, Sammuel menghempas tangan Gabriel lalu mencengkeram leher lelaki itu, dia dorong sampai membentur dinding.

"Kamu jatuh cinta dengannya, ha?!"

Gabriel berusaha menyingkirkan tangan Sammuel dari leher, namun sangat sulit. Tenaga lelaki 30 tahun itu sangat kuat. Lucca bergegas memisah, menarik Sammuel untuk menjauh.

Gabriel membungkuk memegangi lehernya yang rasanya hampir patah, lelaki itu batuk-batuk, napasnya ngos-ngosan.

"Lepaskan saya!" teriak Sammuel.

"Abang mau apa?! Bunuh Gabriel?" sentak Lucca.

"Kalau dia benar mencintai pembunuh itu, artinya dia seorang pengkhianat. Saya benci pengkhianat!"

Sangat takut dengan Sammuel, Gabriel lari kemudian bersujud memegangi kaki Sammuel. Gabriel memohon maaf dan berusaha menyangkal jika dirinya telah menaruh rasa pada Drizel.

"Maafin Gabriel, Bang...."

"Lalu kenapa tadi kamu menahan saya?"

"I-itu...." Gabriel menjeda ucapannya lantaran bingung mau memberi alasan apa.

"Benar kan kamu mencintai dia?"

Gabriel menatap Lucca yang langsung diberi isyarat melalui eksrepi wajah agar Gabriel segera menjawab dan berhati-hati untuk memilih jawaban.

"Gabriel cuma reflek, soalnya Gabriel selalu mengingat kata-kata Abang kalo kita harus menghargai dan gaboleh kasar sama perempuan."

Menghela napas pelan, Sammuel menarik lengan Gabriel yang dengan mudah membuat lelaki itu berdiri. Sammuel menoyor kepala adiknya.

"Benar, tapi lihat dulu siapa perempuan itu! Dia yang sudah membunuh adik kita Alice! Nyawa dibalas nyawa, Briel! Jangan berlagak bodoh dan berpikir sok polos! Kamu sudah bukan anak kecil lagi untuk memiliki pemikiran selugu itu!"

"Bang!" seru Lucca dengan nada kaget, fokusnya ke arah meja makan.

"Apa?"

"Dia udah gak ada!"

"Apa?!"

Kontan Sammuel dan Gabriel menghadap meja makan. Tidak ada siapapun di sana.

"Cari gadis itu!" suruh Sammuel, lantas Lucca dan Gabriel menurut.

***

Beberapa saat lalu....

Rupanya pertengkaran kakak beradik tadi digunakan Drizel sebagai kesempatan emas untuk mencari sesuatu yang bisa melepas tali di tangan juga kakinya.

Di tengah meja makan ada lilin, Drizel menghampiri lilin itu dan berbalik badan agar mempermudah tangannya menjangkau api lilin, karena tangan gadis itu diikat ke belakang.

Mulut Drizel terbuka tanpa suara karena menahan panas, tak sengaja api dari lilin merah tadi mengenai kulitnya. Sesaat Drizel mengibaskan tangan, sebisa mungkin tetap tak suara.

Drizel kembali mencoba membakar tali yang terlilit di tangan. Syukurlah keberuntungan berpihak pada Drizel, tali lepas, lalu gadis itu lanjut melepas tali di kaki menggunakan kedua tangan.

Senyum miring, Drizel geleng-geleng kepala menonton pertikaian di depan sana. Mengendap keluar, dia menemukan anak tangga. Entah saat ini dia berada di lantai berapa, yang jelas tangga yang ia turuni itu sangatlah panjang.

Sampai di lantai bawah Drizel mengatur deru napas, mencari pintu utama di ruangan besar yang lebih mirip seperti istana itu.

"Mana pintu keluarnya?"

Keringat dingin membasahi tubuh Drizel, dia kebingungan dengan tempat super luas itu. Hingga matanya menemukan pintu besar, berusaha membuka tapi pintu itu telah dikunci rapat.

Tidak menyerah, Drizel mencari jalan keluar lain. Dia kembali berjalan ke dalam, begitu melintasi anak tangga, suara menggema seperti langkah lari kecil menuruni anak tangga terdengar.

Pasti Sammuel dan kedua adiknya sudah sadar jika Drizel telah melarikan diri.

Lari tergesa sampai Drizel menemukan ruangan di mana terdapat jendela kaca besar di sana. Tidak ada pilihan lain selain berbuat nekat, Drizel meraih kursi kayu di dalam ruangan itu, meski berat ia berusaha menyeretnya menghampiri jendela kaca.

Menarik napas panjang, tangan gadis itu memegangi kaki kursi dengan kuat. Sembari menghela napas, tenaga Drizel sudah terkumpul, menggunakan seluruh tenaga Drizel melemparkan kursi tadi ke arah jendela.

Prang!

Gema suara pecahan kaca seketika menghentikan langkah Sammuel, Lucca, dan Gabriel di tengah-tengah anak tangga.

"Ayo!" seru Sammuel langsung mempercepat larinya diekori Lucca dan Gabriel.

_I'm Back_

Follow IG:
@lullaby_are_wii

I'M BACKWhere stories live. Discover now