19 : Pulau Puillo

3.5K 563 30
                                    

Kembali melakukan perjalanan, Lucca membawa tiga remaja itu ke tepi pantai.

Sejak tadi Drizel sedikit heran melihat penampilan Gabriel dan Louis yang tampak selaras.

"Anne!" panggil Louis, gadis itu menoleh.

Lelaki itu menunjuk tebing di dekat pantai.

"Kemaren lo gelantungan di sana," kekeh Louis, mungkin ia merasa semua hal adalah candaan baginya.

Enggan menggubris, Drizel berbalik badan mengikuti Lucca menuju kapal. Untuk ke Pulau Puillo mereka harus menyewa kapal milik nelayan.

Tak seperti Telaga Darah kemarin, pantai ini dibuka untuk umum. Pulau Puillo pun demikian, tapi hanya sedikit wisatawan yang mau menyeberangi laut untuk mendatangi tempat itu.

Sejenak begitu sampai di Pulau Puillo, tidak ada yang menakjubkan sama sekali, hanya seperti pulau kecil biasa yang ditumbuhi banyak pepohonan yang dirimbuni aneka buah-buahan.

Lucca berjalan mendahului, diiringi Drizel, lalu Gabriel dan Louis berjalan di belakang mereka.

"Kita jalan kurang lebih 2 kilometer untuk melihat bangunan seperti Kastel, tempat tinggal Putri Inora dan Willio."

"Siapa mereka?" tanya Drizel.

"Pulau Puillo memiliki banyak jejak atas kisah cinta Putri Inora dan Willio. Konon pada jaman dulu seorang raja mengasingkan putrinya di sebuah Pulau karena ketahuan menjalin kasih dengan pengawalnya sendiri yang bernama Willio. Sedangkan Willio sendiri dibawa ke tengah laut lepas menggunakan kapal kecil atas perintah Raja. Dia dilempar begitu saja, namun Raja lupa jika Willio adalah perenang yang sangat handal," jelas Lucca.

"Terus?" timpal Louis ikut bertanya.

"Willio berenang jauh, saat tenaganya hampir habis dia menemukan Pulau ini. Karena sepertinya takdir memihak kisah cinta mereka, ia bertemu kembali dengan Putri Inora. Mereka hidup bahagia. Sayangnya sampai akhir hayat mereka tidak memiliki keturunan."

"Apa gak kesepian cuma tinggal berdua?"

"Keramaian itu sekedar formalitas, sebenarnya kita cuma butuh satu orang yang bisa melengkapi daripada seribu orang yang cuma bisa jadi figuran di kehidupan kita," sahut Gabriel.

"Nahh...." Lucca mengacungkan jari jempol tanda sependapat.

Asik mengobrol sampai tak sadar jika mereka telah berjalan sangat jauh. Kastel besar dengan desain menyeramkan berdiri kokoh di depan sana.

"Woaaahhh... gokil!" seru Louis langsung mengeluarkan ponsel dan memotret heboh.

"Serius ini bukan negeri dongeng? Keren banget, anjir! Baru kali ini gue liat Kastel secara langsung, biasanya cuma dari kartun," imbuh Louis.

Louis berusaha membuka gerbang, namun dikunci menggunakan rantai besar. Saat lelaki itu hendak memanjat pagar, Lucca langsung berteriak menahannya.

"Jangan masuk! Cukup dilihat dari luar saja!"

"Kenapa?"

"Kamu gak pernah tahu apa yang ada di dalam sana. Sudah menurut saja."

Louis patuh, kembali pada teman-temannya yang lain.

Di dekat pagar pula Drizel fokus melihat tumpukan botol bening yang tutupnya terbuat dari kayu, di dalam botol itu banyak sekali kertas dengan berbagai macam tulisan yang tintanya sudah meluber.

"Lucca, apa ini?" tanya Drizel.

"Harapan. Kamu tulis harapanmu di dalam kertas, gulung, kemudian masukkan ke dalam botol. Menurut rumor, harapan itu akan segera menjadi nyata. Mau coba?"

"Mau-mau!" timpal Louis langsung menyahut kertas dan pena yang dibawa Lucca.

"Dih... apaan banget, sih, lo," lirih Drizel mendengkus pelan.

"Orang mau nulis harapan!"

"Gak nyerobot juga kali!"

"Biarin, wle!"

"Gue lagi gak becanda, ya!"

"Udah, malah berantem!" lerai Gabriel.

Lucca senyum kecil. "Silakan gantian. Ini satu-satunya hal menarik di Pulau Puillo. Makanya banyak wisatawan yang kurang tertarik berkunjung di sini, menganggap bahwa semua yang ada di Pulau ini hanya dongeng dan rumor semata. Tempatnya pun biasa saja."

Drizel, Louis, dan Gabriel mulai menulis harapan mereka untuk dimasukkan ke dalam botol.

"Jika sudah ayo segera kembali ke pantai," kata Lucca.

Gabriel selesai, lalu disusul Louis. Lucca dan Gabriel berjalan mendahului, karena buru-buru Louis hanya melempar gulungan kertasnya begitu saja di antara tumpukan botol.

Giliran Drizel yang memasukkan, gadis itu terlihat santai. Melihat kertas Louis membuatnya ingin memasukkan kertas itu ke dalam botol. Drizel meraihnya, sekejap ia merasa penasaran dengan isi harapan lelaki itu.

Menoleh belakang, orang-orang berjalan cukup jauh. Drizel membuka kertas Louis kemudian berakhir terkejut.

"ANNE!" teriak Lucca.

Tersentak kaget, Drizel berbalik badan segera menghampiri Lucca dan yang lain.

Di atas kapal wajah Drizel pucat, dia terus melamun saat yang lain mengobrol. Isi kertas Louis masih terbayang di pikirannya.

"Lo kenapa? Awas kesurupan," kekeh Louis menyenggol tubuh Drizel sambil cengengesan.

"Oh iya lupa lo kan setannya!" lanjut Louis semakin tertawa.

Lelaki itu terlalu aneh. Sekarang Drizel baru menyadari itu. Tatapan antusias serta tawanya terlihat sangat tidak natural. Ya, seperti dibuat-buat.

Drizel berdecak, agak menjauh, bahasa tubuhnya seolah memberi tahu jika ia tidak mau dekat-dekat dengan Louis.

Turun dari kapal, Louis yang selalu terlihat ceria langsung menggandeng Gabriel, menarik Gabriel menuju barisan pohon kelapa.

Lucca dan Drizel fokus pada apa yang dilakukan mereka.

"Katanya tadi bisa manjat? Cepet buktiin! Ambilin gue kelapa muda!" suruh Louis.

Gabriel mengerutkan kening.

"Ngibul kan lo, haha... gapapa-gapapa."

"Gak gitu, emang boleh asal ngambil kelapa?"

"LUCCA!" teriak Louis. "Boleh gak ambil kelapa?"

"Boleh, tapi lebih baik beli saja. Saya takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Apalagi kalian dari Kota, saya yakin tidak terbiasa dengan aktivitas memanjat seperti itu!"

Louis menoleh Gabriel lama, yang dipandangi jadi canggung.

"Yaudah demi lo," putus Gabriel.

"Gapapa, Lucca! Pohonnya gak terlalu tinggi, kalo jatoh Gabriel gak akan mati."

Beberapa orang di sekitar pantai sontak tertawa mendengar ucapan lelaki itu. Lucca hanya geleng-geleng kepala.

"Kamu tidak mau ikut mereka?" tanya Lucca pada gadis di sampingnya.

Drizel menggeleng.

"Sakit, ya? Wajahmu pucat."

Gadis itu diam saja.

"Mau pulang ke Vila saja? Ayo, saya antar."

"Makasih, tapi gapapa kok."

_I'm Back_

Follow IG:
@lullaby_are_wii

I'M BACKWhere stories live. Discover now