22 : Balas Dendam (H -3)

3.2K 526 60
                                    

Pak Sam, Lucca, dan Gabriel masuk ke dalam kamar Drizel. Menggeledah seluruh tempat yang dicurigai bisa digunakan untuk menyembunyikan seseorang. Dari kamar mandi, lemari, sampai kolong tempat tidur.

Menunggu di depan kamar dengan jantung berdebar, pandangan Drizel menatap Louis penuh kecurigaan. Louis dan Pak Irwan berdiri di hadapannya, dua lelaki itu tidak ikut memeriksa kamar Drizel.

"Harusnya lo gak ada di sini," ucap Louis penuh penekanan.

"Harusnya juga lo gak belok!"

Sontak Louis mengerutkan kening oleh jawaban Drizel.

"Gak ada siapa-siapa di sini," papar Gabriel keluar dari kamar bersama Pak Sam.

"Mungkin kamu hanya salah liat," sambung Pak Sam.

"Gak mungkin saya salah liat. Bapak harus adil, dia harus pergi dari sini!"

"Louis, jangan buat keributan di sini."

Saat Pak Sam dan Louis berdebat, Drizel malah fokus mengamati satu persatu wajah di hadapannya. Tanpa sadar bibirnya mengulas senyum smirk, Drizel rasa dirinya sudah tahu siapa saja impostor sesungguhnya di sini.

Dalam hati Drizel membatin, "Gue akan buktiin kecurigaan gue."

Semua orang kembali ke kamar masing-masing, begitu juga dengan Drizel yang langsung mengunci pintu lalu membasuh wajahnya di dalam kamar mandi.

Menatap lama pantulan wajahnya di kaca, gadis itu senyum. Usai membersihkan wajah, Drizel membuka seprai, meraih sebuah koper dari dalam kasur yang telah ia robek.

Duduk di depan meja rias, gadis itu mengeluarkan cairan serta alat suntik dari dalam koper. Mata Drizel memejam begitu jarum suntik dia tusukkan ke leher, gadis itu menahan sakit.

Memberesi semua kembali, Drizel menaruh koper berisi alat suntik ke tempat semula lagi. Selain alat suntik, di dalam koper juga terdapat senjata api.

***

Hari ini Drizel tidak ikut bersama Lucca lagi, dia memilih tetap di rumah. Di Vila hanya ada dirinya seorang, karena Pak Sam pamit keluar rumah pagi tadi dan akan pulang nanti malam.

Tidak menyiakan waktu, saat Vila sudah sepi, Drizel segera menuju lantai bawah. Dia menyusuri tiap ruangan yang ada di Vila, barangkali menemukan sesuatu yang akan memperkuat kecurigaannya.

Sudah menjelajah ke semua ruangan, tapi Drizel tidak menemukan apapun. Semua ruangan hanya terdapat barang-barang biasa. Gudang pun cuma berisi perabotan usang.

Hanya kamar Lucca, Louis, dan Pak Sam yang belum Drizel masuki, karena dia yakin bahwa kamar mereka pasti dikunci. Sebenarnya kamar Gabriel juga, tapi Drizel tidak memiliki niatan masuk kamar Gabriel, tidak ada yang mencurigakan dari lelaki itu.

"Ada kemungkinan kamar mereka gak dikunci. Apa salahnya mencoba?"

Melangkah cepat, Drizel berusaha membuka pintu kamar Louis, namun terkunci. Begitu juga kamar Lucca yang ada di sebelahnya.

"Kamar Pak Sam di mana?"

Mata Drizel menelisik ke sekitar, dia ingat, ada satu kamar yang belum dia datangi, yaitu kamar yang berhadapan dengan gudang.

Menuju ke sana, gadis itu menyentuh gagang pintu. Siapa sangka jika sekali putar pintu langsung terbuka, Drizel memergik.

"Serius gak dikunci?" Drizel membulatkan mata.

Gadis itu masuk ke dalam ruangan yang sangat luas, sekitar tiga kali lebih besar dan megah dari ruangan-ruangan yang lain. Tidak salah, ini adalah kamar Pak Sam. Terlihat dari banyak bingkai berisi piagam dan beberapa piala serta tanda penghargaan yang disusun layaknya koleksi.

Pada dinding di atas tempat tidur juga terdapat sebuah bingkai foto besar. Empat orang anak lelaki serta seorang balita perempuan yang duduk dipangku oleh anak lelaki yang paling besar. Sedangkan di belakang mereka ada sepasang suami istri yang Drizel yakini bahwa itu hanya editan.

Lewat tahi lalat di bawah mata sebelah kanan, Drizel bisa mengenali bahwa balita itu adalah Alice. Didukung dengan tulisan pada bingkai yang bertuliskan "The Rodriguez familiy" Drizel semakin yakin bahwa keberadaannya di sini merupakan jebakan dari kakak-kakak Alice yang ingin balas dendam atas kematian adik mereka.

Yang perlu ia ketahui sekarang adalah siapa saja dari orang-orang di Vila ini yang merupakan Kakak-Kakak Alice?

Karena Stefan tidak ada di sini, berarti hanya tersisa tiga. Luar biasa sekali akting para lelaki itu, sampai-sampai Drizel ragu untuk menentukan. Namun yang jelas Louis patut dicurigai, sejak awal dia yang paling aneh. Sok akrab dan beberapa kali berusaha membunuhnya.

Tapi Drizel rasa Louis adalah sosok yang menyimpang. Jika rencana sudah disusun dengan matang, kenapa dia harus terburu-buru untuk mengeksekusi Drizel? Kecuali jika dia tidak suka melihat Drizel terlalu dekat dengan Gabriel.

Menurut Drizel sepertinya Louis menyukai Gabriel.

Tiba-tiba tawa Drizel memecah, gadis itu sakit perut membayangkan hal menyimpang itu.

"Cowok homo sialan! Kamu yang mana di antara anak lelaki ini, hm?" kekeh Drizel.

Berjalan menuju laci, gadis itu menggeledah isi di dalamnya. Banyak sekali map yang membuat Drizel pusing, hingga dia menemukan berkas yang di dalamnya berisi identitas Sammuel.

Nama panjangnya Sammuel Jayden Rodriguez. Dia lahir pada tanggal 30 Maret yang menunjukkan bahwa usianya di tahun ini adalah 30 tahun.

Fokus mencari tahu apa saja yang ada di kamar, Drizel tidak sadar bahwa kegiatannya saat ini sedang dipantau melalui CCTV yang ada di kamar. Sudut bibir Sammuel terangkat.

"Ternyata tidak secerdas yang terlihat," lirih lelaki itu.

Keluar dari kamar Sammuel, Drizel kembali masuk ke kamarnya. Berdiri di depan jendela, Drizel menyorot lurus sembari kepalanya terus berpikir.

"Lucca," lirih Drizel.

"Gak salah lagi, Lucca adalah kakak Alice. Menurut artikel di internet, harusnya Lucca kakak ketiga Alice."

Kemarin Drizel telah mencari tahu tentang keluarga Rodriguez. Karena kehidupan mereka yang sangat privasi, artikel hanya membahas tentang perusahaan dan usaha yang didirikan keluarga Rodriguez serta tahun lahir tiap anggota keluarga tanpa mencantumkan foto mereka.

"Jika Sammuel 30 tahun, Stefan 27 tahun, Louis 23 tahun, harusnya Lucca berusia 25 tahun."

_I'm Back_

Follow IG:
@lullaby_are_wii

I'M BACKWhere stories live. Discover now