21 : H -4

3.3K 530 78
                                    

Karena suara jeritan nyaring Drizel tadi, seisi Vila berkumpul di kamarnya. Pak Sam, Lucca, Louis, dan Gabriel.

Setelah mendengar penjelasan Drizel, mereka mengamati kaca rias yang terdapat foto Drizel dengan tulisan:

“MATI”

Pak Sam mengendus tulisan berwarna merah itu.

"Ini darah."

Lucca dan Gabriel ikut mengendus, mereka mengangguk setuju dengan ucapan Pak Sam.

"Siapa yang sudah melakukan ini? Saya yakin orang itu ada di sini," ucap Pak Sam.

"Memang di sini tidak ada CCTV, Pak?" tanya Gabriel.

"Kami tidak memasang CCTV demi menjaga privasi pengunjung kami."

Mendekati Drizel, Gabriel merangkul bahu gadis itu.

"Aku yakin gak akan terjadi apa-apa."

"Jika terjadi sesuatu, saya yang akan bertanggung jawab. Kalau kamu mau, saya bisa perintahkan Pak Irwan untuk berjaga sepanjang malam di depan kamar kamu," tutur Pak Sam.

"Ah, g-gak usah, Pak. Saya gapapa," tolak Drizel spontan.

Cukup lama berdiskusi memutuskan bagaimana baiknya untuk kenyamanan bersama, Drizel memilih untuk melupakan saja hal mengerikan ini.

Dibantu Gabriel, Drizel membersihkan kamar.

"Akhirnyaaa... selesai juga," ucap Gabriel.

"Makasih, ya, kamu boleh pergi."

"Biar aku di sini aja sama kamu."

Drizel senyum, lalu melemparkan tubuh di atas kasur. Gabriel ikut duduk, pelan-pelan ia menidurkan diri di samping Drizel untuk mengusir rasa penat.

Lelaki itu menghadap samping, dia pandangi wajah Drizel dengan hidung mancungnya itu. Sadar ditatap intens oleh Gabriel, Drizel menoleh, balas menatap Gabriel.

Aksi saling berpandangan berlangsung cukup lama.

"Cantik," gumam Gabriel.

"Ha?!"

Beberapa saat kemudian suara langkah kaki terdengar mendekat. Di tengah rasa kaget atas pernyataan Gabriel, gadis itu langsung berdiri begitu juga dengan Gabriel yang kini malah seperti orang gugup.

"Gue sama Lucca udah masak. Yok, turun!" seru Louis di ambang pintu.

Di meja makan Louis paling semangat, ia meletakkan piring di depan Drizel, Gabriel, dan Lucca yang sudah duduk di kursi masing-masing.

"Pak Sam gak ikut makan?" tanya Drizel.

Lucca senyum, kemudian menggeleng.

"Kenapa?"

"Saya juga tidak tahu, yang jelas Pak Sam tidak pernah mau makan bersama orang lain."

"Kalo diliat-liat Pak Sam emang agak misterius, sih," kekeh Louis sambil mengambilkan Gabriel nasi tanpa diminta.

Semua mata menatap Louis.

"Yaelah becanda doang gue!"

Sudut bibir Lucca terangkat, ia menyodorkan piring kepada Louis.

"Saya juga mau diambilkan nasi."

"Ambil sendiri!"

Gabriel tertawa. Namun hal aneh dirasakan Drizel. Jika dipikir-pikir perlakuan Louis terhadap Gabriel terasa janggal.

"Nanti kita mau ke mana lagi?" tanya Gabriel pada Lucca.

"Mau ke perkebunan stroberi milik Pak Sam? Jaraknya sekitar 10 kilometer dari sini."

I'M BACKWhere stories live. Discover now