32 : Wig

2.4K 364 10
                                    

Mengejar cukup jauh, Lucca menahan tangan Gabriel. Mereka berhenti sejenak, Gabriel menatap Lucca bingung.

"Ayo, Bang, sebelum dia tambah jauh!"

"Sebentar."

Keduanya mengatur deru napas, menoleh Gabriel, tatapan Lucca seperti memberitahu sesuatu yang aneh. Tapi Gabriel tetap tidak sadar.

Suara langkah yang semakin mendekat terdengar samar karena bunyi-bunyian dari hewan malam mendominasi. Untunglah Lucca cepat sadar dan berbalik badan sebelum orang di belakangnya mendaratkan kayu ke tubuhnya.

Beberapa saat lalu Drizel bersembunyi di semak belukar, membiarkan Lucca dan Gabriel lari melintasinya. Namun sial, Lucca sangatlah sensitif dan cerdas, dua lelaki itu berhenti tak jauh di tempat Drizel bersembunyi.

Tak bisa berlama-lama, Drizel meraih potongan kayu di dekatnya, berjalan mengendap kemudian lari ke arah dua lelaki itu.

Bugh

"Argh!" teriak Drizel.

Berbalik badan cepat, kontan Lucca menendang perut Drizel sampai Drizel terdorong mundur hampir terjatuh, untung saja masih bisa menjaga keseimbangan.

Gabriel hanya memperhatikan begitu Lucca mendekati Drizel.

Melayangkan pukulan, Lucca tak menyangka jika Drizel bisa menangkis tangannya. Gadis itu menyambut tangan Lucca seolah sudah memperkirakan pergerakan Lucca lalu memutarnya ke belakang.

Lelaki itu tersuruk setelah Drizel menendang punggungnya. Tidak tinggal diam, Gabriel lari mendekat, secara tak terduga Drizel merauk tanah dan melemparnya ke wajah Gabriel.

"Aaahhh...."

Gabriel mengusap matanya yang terasa perih. Tidak menyiakan waktu, Drizel bergegas lari. Namun dengan reflek Gabriel menarik rambut Drizel masih dalam mata tertutup.

"Shit!" umpat Drizel saat rambut panjang itu terlepas dari kepalanya.

Kulit kepalanya terasa hampir ikut lepas saat rambut aslinya juga tertarik, rambut palsu itu selalu terpasang kuat di kepalanya dan dengan sekuat tenaga Gabriel menariknya.

Lucca yang masih terduduk memegangi pinggang membulatkan mata, bibirnya ikut terbuka mendapati pemandangan di hadapannya.

Drizel tertawa. "Yah, ketahuan."

Gadis memakai celana pendek dan hoodie hitam itu sudah bukan seorang gadis cantik lagi sekarang, melainkan seorang lelaki tampan dengan perawakan langsing dan kaki jenjang seperti perempuan.

Drizel melanjutkan lari. Sambil lari dia meraba ke dalam hoodienya, membuang sesuatu ke bebatuan yang ditumbuhi rumput menjalar.

Sammuel dengan noda darah di bajunya sampai, dia mengerutkan kening melihat Gabrie dan Lucca sudah dalam keadaan berantakan.

"Rambut siapa ini?" tanya Sammuel meraih wig di tangan Gabriel.

Lucca masih bengong, pelan-pelan Gabriel membuka mata.

"Ada apa?!" sentak Sammuel menepuk pipi Lucca.

"D-dia lelaki atau perempuan?"

"Siapa?"

"Drizella Annelies."

"Apa maksud kamu?!"

"Bang, ngomong apa, sih?" timpal Gabriel.

Kemudian mereka bertiga kompak menatap wig di tangan Sammuel.

"Oh... jadi pelacur itu pakai wig? Apakah gaya rambut aslinya seperti lelaki?" tanya Sammuel terkekeh.

I'M BACKWhere stories live. Discover now