03 : Will U Be My GF???

9K 1.2K 12
                                    

Malam ini Drizel sangat bersemangat melayani para pengunjung Kafe. Tak dia sadari, sebuah bibir indah berwarna merah alami mengukir senyum tipis, sejak tadi Stefan mengamati Drizel lewat CCTV di ruangannya.

"Cantik," puji lelaki itu tanpa sadar.

Setelah menunggu dari siang, akhirnya pelayan paruh waktu yang ia tunggu-tunggu di kafenya datang juga. Tempat yang tadinya sangat membosankan sekarang jadi tempat yang paling ingin Stefan kunjungi setiap hari usai kehadiran Drizella.

Gadis itu berhasil membuat Stefan penasaran.

"Selamat malam... duluan, ya?" pamit Drizel pada beberapa pelayan lain yang juga sedang bersiap pulang.

"Hati-hati, Drizella!" balas mereka.

Sembari menunggu bus di halte, sesekali Drizel mengusap-usap lengannya yang kedinginan. Apakah hujan akan datang lagi?

"Mau saya antar pulang?" tawar Stefan yang tiba-tiba melingkarkan jasnya di pundak Drizel.

Kontan gadis itu berbalik badan.

"Sepertinya bus terakhir sudah lewat," kata lelaki itu.

"Saya naik taksi aja, Pak. Terima kasih atas tawarannya," jawab Drizel melepas jas milik Stefan dan mengembalikannya.

"Kamu kedinginan, pakai saja."

Lelaki itu kembali menyampirkan jasnya ke tempat semula. Drizel cukup tak enak hati menolak kebaikan Stefan untuk kedua kali.

"Besok saya kembalikan."

"Terserah kamu. Tapi jika mau ambil saja."

Drizel hanya tersenyum canggung.

"Kalau tidak mau saya antar pulang, biar saya temani menunggu bus saja. Malam-malam begini rawan orang jahat. Tidak apa-apa, 'kan?"

"I-iya."

"Kamu sudah punya pacar?"

Sial!

Pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Stefan. Lelaki itu langsung menutup bibir rapat. Kenapa tiba-tiba sekali, sih?

"Enggak, Pak," jawab Drizel malu-malu.

"Oh...."

Sesaat hanya sunyi yang menemani. Meski kikuk, percayalah, entah kenapa hati Stefan langsung girang mendengar pernyataan Drizella. Tapi ini tidak seperti biasanya. Kenapa Stefan jadi begini?

Untuk pertama kali ia merasakan getaran aneh karena satu gadis bernama Drizella.

"Eumm... saya boleh minta nomor hp kamu?" tanya Stefan.

"Untuk apa?"

"Hanya ingin menyimpan nomor kamu saja, sih."

"Maaf, Pak, saya tidak bisa memberikannya."

Lagi?!

Seorang Stefan mendapat penolakan lagi? Rasa tertarik Stefan semakin menggebu-gebu terhadap Drizella. Gadis itu semakin menarik di mata Stefan dan berbeda dari perempuan-perempuan lain yang telah Stefan temui sebelumnya.

"Tapi saya Bos kamu, siapa tau nanti ada hal penting yang mengharuskan saya menelepon kamu?"

Setelah dipikir-pikir, masuk akal juga perkataan Stefan. Mau tak mau, akhirnya Drizella memberikan nomor ponselnya. Dari kejauhan sebuah taksi tampak mendekat, Stefan langsung berdiri menghentikan taksi, membukakan pintu untuk Drizel.

"Selamat malam," ucap Stefan.

"Malam."

Rasa suka tumbuh begitu saja. Pulang dari kafe Stefan tak henti-hentinya mengulas senyum dengan hati berbunga-bunga. Lelaki itu sedang kasmaran.

I'M BACKWhere stories live. Discover now