08 : Rekaman Suara

6.4K 906 22
                                    

Menyilangkan kaki duduk pada sebuah bangku panjang yang ada di taman, Drizel menunggu kedatangan lelaki yang siang tadi telah mengajaknya bertemu di sini.

Berjalan mendekat, Stefan langsung duduk di samping Drizel. Lelaki itu mengulurkan sebotol susu pisang ke arah Drizel.

"Makasih."

Stefan mengangguk, membenarkan posisi duduk lalu fokus ke depan.

"Udah nunggu dari tadi?"

"Enggak, baru dateng," jawab Drizel sembari membuka susu dan meneguknya.

"Saya kangen kamu," ungkap Stefan tanpa menoleh.

Kontan gadis itu terbatuk. Segera Stefan memijat panik tengkuk Drizel, menyuruhnya agar minum lebih banyak lagi.

Drizel tertawa. Stefan ikut tertawa.

"Coba ulangi!" pinta gadis itu.

"Lupakan... nanti kamu malah tersedak lagi."

Wajah Drizel merah bersemu malu.

"Saya dengar ada pasar malam di dekat sini. Mau ke sana?" tawar lelaki itu.

"Iyaa!" jawab Drizel antusias.

***

Alice berdiri di depan toilet sembari menggigiti kuku. Dia sedang menunggu Drizel yang tengah membersihkan wajah di dalamnya.

Seorang gadis melintas, spontan Alice mengikutinya, ia menghadang langkah Drizel.

Satu alis Drizel naik.

Alice mengukir senyum miring. "Gue mau kasih tau lo sesuatu."

"Apa?"

"Bukti kalo lo cuma dibuat mainan sama Abang gue."

Mengeluarkan ponsel dari tas, Alice memutar rekaman suara Stefan yang semalam telah ia ambil diam-diam dan diedit sedemikian rupa.

"Abang cuma sayang sama kamu. Tolong ngertiin Abang, saat ini Abang sekedar lagi tertarik sama Drizel. Pegang Omongan Abang, beberapa waktu lagi setelah Abang bosan sama Drizel, Abang akan buang dia seperti Abang buang perempuan-perempuan Abang yang sebelumnya."

Begitulah bunyi dari rekaman suara berdurasi 14 detik itu.

Tak ada ekspresi apapun dari wajah Drizel, dia tampak biasa saja mendengar rekaman suara yang diberikan oleh Alice. Sungguh, Alice sangat heran dengan respon Drizel.

"Lo denger apa kata Bang Stef? Jadi gausah berlagak sok paling berharga."

"Udah?" tanya Drizel sontak Alice merasa heran dengan respon yang ia dapat.

"Kalo lo diem, gue anggep udah selesai. Urusan gue yang lebih penting masih banyak soalnya." Drizel menabrak bahu Alice, gadis itu pergi begitu saja.

"Hah?" Alice melongo, membeku pada posisi berdiri.

***

Selesai mengikuti jadwal mata pelajaran di kampus, sore ini Alice memutuskan langsung pulang. Dia sengaja tak menelepon Stefan dan memilih pulang naik taksi.

Sampai di rumah, Alice menaiki anak tangga ingin segera sampai kamar. Tubuhnya sudah lengket oleh keringat, Alice ingin cepat-cepat mandi.

Suara aneh seperti desahan mengagetkan Alice saat dia melintasi kamar Stefan, karena penasaran ia mengendap, melangkah mundur mengintip dari celah pintu yang ternyata tidak ditutup rapat. Alice menutup mulut begitu pandangannya mendapati sang Abang tengah bercumbu dengan perempuan lain di dalam kamar.

"Itu siapa lagi?" monolog Alice lirih, bibirnya mengulas senyum tipis.

Tanpa pikir panjang gadis itu mengeluarkan ponsel dan merekam perbuatan Kakaknya.

Dia tidak sabar ingin memberi tahu Drizel. Entahlah, mulai sekarang Alice seperti memiliki hobi baru, yaitu berusaha membuat Drizel putus dengan Stefan.

Alice sangat benci kepada Drizel, selain merasa jika gadis itu telah mencuri perhatian dan kasih sayang Stefan darinya, Alice kesal sebab gara-gara Drizel sekarang dia dikucilkan oleh warga kampus.

Setelah misinya membalas perbuatan Drizel selesai, Alice akan pindah kuliah di Universitas lain.

Masuk ke dalam kamar, gadis itu merebahkan tubuh di atas ranjang. Alice langsung mengirimkan foto Stefan kepada Drizel. Beberapa menit kemudian tampak Drizel telah melihat foto itu, tapi... dia tidak membalas sama sekali.

Alice berusaha menelepon, dan Drizel berulang kali menolak panggilan itu.

"Bangsat!" teriak Alice kesal, dia lempar ponselnya ke atas ranjang. "Sebenernya dia kenapa, sih? Mustahil dia gak marah dan gak putusin Bang Stef setelah liat foto itu!"

"Oke, kita liat besok."

Alice menghela napas panjang lewat mulut sembari mengusap dada, berusaha menetralisir emosinya.

***

Hari ini Stefan menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Karena mengejar Drizel habis-habisan dia kehilangan banyak momen menjalani rutinitas.

Malam ini Stefan tidak pulang, dia ingin bersama wanitanya yang baru ia ajak kenalan dua jam lalu. Wanita berbeda dengan yang sore tadi dia ajak pulang ke rumah.

"Saya suka aroma parfum kamu," bisik Stefan menghirup punggung perempuan di pangkuannya.

Melingkarkan tangan di leher Stefan, perempuan itu mendekatkan bibir ke telinga Stefan.

"Jangan hanya menghirup aromanya saja, kamu bisa mencicipinya," bisik sensual perempuan berpakaian terbuka itu.

Memiringkan wajah, perlahan tapi pasti jarak mulai terkikis, dua bibir itu bertemu. Di dalam club yang ramai, orang-orang tak perduli satu sama lain. Stefan dan wanitanya berciuman penuh gairah di antara lampu warna-warni dan musik DJ yang membuat orang-orang berjoget.

Tangan perempuan itu mengusap perut Stefan, sontak Stefan menghentikan kegiatan mereka begitu tangan nakal mulai menjamah adiknya di bawah sana.

"Mau pindah tempat sekarang?" tanya Stefan.

Menggigit bibir bawah, perempuan itu mengangguk. Mereka beranjak pergi, namun baru berjalan dua langkah, kontan Stefan berhenti, dia terperanjat kaget.

Lelaki itu mendapati Disc jockey cantik di depan sana sedang lompat-lompat asik memainkan musik sembari menatap ke arahnya. Tak terbayangkan di benak Stefan bahwa Disc jockey itu adalah Drizel. Dia benar-benar Drizel, yang untuk pertama kalinya Stefan melihat gadis itu memakai dress pendek elegan, dengan rias wajah yang mempertegas wajah cantiknya.

Di tengah kebingungan serta perasaan campur aduk Stefan, dari kejauhan Drizel malah melempar senyuman aneh kepada Stefan. Senyuman yang sama sekali tak bisa diartikan.

Setelah memergokinya bercumbu dengan perempuan lain, akankah Drizel marah? Stefan belum siap jika harus ditinggalkan oleh Drizel. Sebab rasa penasarannya masih besar kepada gadis itu.

_I'm Back_

Follow IG:
@lullaby_are_wii

I'M BACKWhere stories live. Discover now