10 : Setimpal

5.1K 777 60
                                    

Pulang dari Kafe, Stefan membawakan pizza kesukaan Alice. Setelah mencari ke sepenjuru ruangan, Stefan tak kunjung menemukan batang hidung sang Adik.

Lelaki itu pun pergi ke dapur.

"Bik, Alice mana?"

"Belom pulang, tuh, Mas."

Stefan melihat jam yang menunjukkan pukul 17.30 sore.

"Harusnya Alice udah pulang dari siang tadi, apa dia main sama temennya? Tapi biasanya ngabarin, 'kan?" gumam Stefan.

Mengeluarkan ponsel, lelaki itu berniat menelepon Alice. Stefan panik begitu mengetahui nomor Adiknya tidak dapat dihubungi.

"Ke mana, sih, itu anak?!"

Meletakkan pizza di atas meja, Stefan kembali menuju mobil. Lelaki itu melajukan mobilnya bagai lesatan angin dengan perasaan khawatir. Tidak seperti biasanya Alice tak memberi kabar saat akan pulang telat seperti ini.

"Awas aja kalau sampai ketahuan pergi sama laki-laki," monolog Stefan.

Mobil Stefan memasuki gerbang kampus, ia parkirkan bersama barisan mobil lain. Suasana kampus jauh lebih sepi dari biasanya, mungkin karena sedikit mahasiswa yang mengikuti kelas sore.

Masih berusaha menghubungi Alice, tapi gadis itu tetap mengabaikan panggilan.

Sedangkan di atas rooftop sana, seulas senyum tipis menghiasi wajah. Dua gadis duduk di tepi rooftop, Drizel merangkul bahu Alice yang masih pingsan.

Sebenarnya warga kampus tidak diperbolehkan naik ke atas rooftop, itulah sebabnya hanya Drizel dan Alice yang berani dengan nekat berada di tempat itu.

Ponsel Alice tak berhenti berdering, akhirnya Drizel menyahut benda pipih itu dari dalam tas Alice. Dengan berani Drizel mengangkat telepon dan mengalihkannya ke panggilan video.

Saat bukan wajah Alice yang ia dapati, Stefan sempat tersentak. Dia mengernyitkan dahi.

"Drizel? Kenapa ponsel Adik saya bisa ada pada kamu?" tanya Stefan.

Meletakkan jari telunjuk di depan bibir, Drizel memberi isyarat agar Stefan diam. Dia mengarahkan kamera ponsel pada area sekitar.

"Kamu di mana?" Di bawah sana Stefan sedang mencoba menganalisis lingkungan kampus.

Terus melangkah agak menjauh dari parkiran, perlahan lelaki itu mendongak. Benar saja perkiraannya, ia melihat Drizel dan Alice ada di atas sana. Dari pandangan Stefan tak ada yang aneh, malah ia melihat dua gadis itu saling merangkul.

"Ngapain kalian di sana?" tanya Stefan lewat panggilan video.

Hanya senyum-senyum tanpa menjawab, Drizel membuat Stefan merasa aneh.

Mengerjapkan mata, Alice mulai sadar dari pingsannya. Perlahan gadis itu mengangkat kepala, ia cukup kaget saat sadar bahwa sekarang berada di tepi rooftop yang sangat tinggi. Alice takut ketinggian.

Teriak takut mencoba beringsut mundur, dengan cepat Drizel mengeratkan rangkulannya. Gadis itu tetap menatap layar ponsel, dan mengarahkan kamera pada mereka berdua.

I'M BACKOn viuen les histories. Descobreix ara