40 : Belum Selesai

2.9K 419 29
                                    

Meski terseok-seok, Brace menggendong tubuh tak bernyawa Louis di punggungnya. Terlihat dramatis, Brace berjalan sembari menitikkan air mata dengan wajah tanpa ekspresi. Pandangan Brace lurus ke depan.

Ponselnya ada di Vila, dia harus menelepon Selena untuk meminta bodguard mereka menjemput.

Berjalan jauh tanpa merasakan lelah, Brace meletakkan jasad Louis di teras Vila. Saat berusaha membuka pintu, ternyata pintu telah dikunci.

Menoleh di dekat teras, Brace mendapati Pak Irwan menatapnya dengan pandangan seperti orang bingung. Dia adalah orang yang pernah memperingati Brace, Brace sangat yakin jika Pak Irwan merupakan orang baik.

Lelaki itu menghampiri Pak Irwan.

"Pak Irwan, ternyata selama ini Bapak udah tau rencana keluarga Rodriguez kepada saya?"

"Kamu siapa?" tanya Pak Irwan terang-terangan menunjukkan suaranya.

"Bapak bisa bicara?"

"Kamu siapa? Dan dia kenapa? Kalian sangat menakutkan."

"Saya Anne. Keluarga Rodriguez berusaha membunuh saya, dan Louis jadi korbannya."

"Lalu di mana Pak Sam dan yang lain?"

Brace diam sesaat. "Mereka sudah mati."

Pak Irwan terperanjat kaget.

"Lalu kamu? Di mana rambut panjangmu?"

"Sebenarnya saya bukan perempuan. Saya lelaki yang sama, yang Bapak lihat waktu malam itu. Saya hanya menyamar menjadi perempuan untuk mempermudah tujuan balas dendam saya."

Sontak Pak Irwan tercengang akan penjelasan Brace.

"Tolong bukakan pintu ini untuk saya, Pak. Saya harus mengambil ponsel saya yang tertinggal di dalam."

Tanpa basa-basi Pak Irwan menyerahkan kunci Vila. Berkali-kali Brace mengucapkan terima kasih terhadap Pak Irwan, lantas segera masuk ke dalam.

Brace menghidupkan semua saklar lampu, lari menaiki tangga dan mengeluarkan kotak dari ranjangnya. Kotak yang berisi alat suntik serta caira hormon yang bisa mengubah suaranya, dan juga terdapat pistol milik Selena.

Melihat layar ponsel, batrai tersisa dua persen. Brace harus segera menelepon Selena sebelum ponselnya mati.

"Hallo, Tuan? Saya Lee."

Lee adalah asisten sekaligus orang kepercayaan Brace dan Selena.

"Di mana Selena?"

Tidak terdengar sahutan dari seberang telepon.

"Mana Selena?" ulang Brace nadanya meninggi karena khawatir.

"N-nyonya Selena sedang tidak ada, Tuan."

"Saya bertanya, di mana istri saya? Saya tau dia tidak ada. Kalau dia ada pasti sekarang sudah berbicara dengan saya!"

Suara bisik-bisik tidak jelas terdengar, Lee seperti sedang berdiskusi dengan seseorang.

"Bukannya itu suara Selena? Kenapa suaranya seperti bergetar? Selena kenapa?"

"Tidak, Tuan. Nyonya Selena sedang berlibur untuk menenangkan diri. Nyonya meminta jangan ada yang mengusiknya untuk beberapa waktu ke depan. Untuk urusan lainnya, Nyonya minta sementara saya yang handle."

"Baiklah... saya sudah kirimkan alamat. Segera jemput saya dan bawa sebagian bodyguard yang ada."

Lampu mati, di waktu bersamaan ponsel juga mati. Brace harap Lee telah mendengar semua yang tadi dia katakan.

Menggenggam pistol di tangannya erat. Brace keluar dari kamar dengan hati-hati, suasana cukup gelap, namun masih sedikit bisa digunakan untuk melihat sekitar. Brace turun dari anak tangga dengan hati-hati.

Sampai di lantai bawah menghampiri pintu utama, perasaan Brace semakin tidak enak begitu menyadari pintu telah dikunci. Sialnya tadi Brace telah meninggalkan kunci pada pintu.

Brace menggedor pintu.

"PAK IRWAN! TOLONG, SAYA TERKUNCI!!!"

"Saya di sini."

Kontan Brace balik badan.

Brugh

Kemudian langsung tidak sadarkan diri karena lelaki yang selalu menyampirkan sarung di pundak itu memukulnya menggunakan kayu balok.

Beberapa menit kemudian Brace sadar karena sorot senter yang sangat terang sengaja diarahkan ke matanya. Brace memejamkan mata.

"Sadarlah! Menghabisi nyawa orang dalam keadaan tidak sadar sangat membosankan, jadi cepatlah sadar!"

Lelaki itu menendang-nendang kursi yang diduduki Brace, tangan Brace terikat ke belakang. Sekarang mereka berada di kamar Brace. Lampu pun sudah hidup.

Membuka mata, Brace mendapati seorang lelaki duduk di atas meja menghadapnya.

"Akhirnya bangun juga," kekeh Pak Irwan, suaranya sudah berubah, sangat familiar.

"Pak Irwan?" parau Brace.

"Bukaaann."

Lelaki itu membuka beanie hat di kepalanya, mengelupas kumis palsu yang terlihat nyata. Serta mengusap wajahnya menggunakan kapas dan cairan di dalam botol kaca. Seketika kerutan di wajah menghilang, kulit kusam berubah jadi putih terawat.

Seketika Brace bisa mengenali siapa lelaki itu. Pak Irwan adalah Stefan yang menyamar.

Plak

Dengan kasar Stefan menampar wajah Brace.

"Berani-beraninya kamu membohongi saya! Sangat menjijikan saat saya mengingat pernah berpacaran dengan lelaki keparat sepertimu!"

Napas Brace tidak teratur, dia melihat mesin gergaji di bawah kaki Stefan. Lalu di atas ranjang sana ada pistolnya.

"Sekarang apa yang kamu lakukan? Menghabisi saudara-saudara saya? Maka bayarlah kesalahan itu dengan nyawamu!" lanjut Stefan kembali memukul Brace sampai jatuh dari kursi.

Stefan hendak menghidupkan gergaji mesinnya, menarik handek starter sampai mesin hidup. Dia angkat alat yang biasanya untuk memotong kayu itu.

Bunyi nyaring mesin gergaji sangat nyaring, Brace teriak ketakutan. Hal itu malah membuat Stefan tertawa.

"Semua belum selesai, Bung."

Stefan menendang tubuh Brace lalu menginjak lehernya sampai Brace kesakitan dan hampir tidak bisa bernapas. Tertawa mengerikan, perlahan Stefan mendekatkan gergaji mesinnya ke kepala Brace.

"Menjauhlah, sialan!" umpat Brace.

"Sudah melihat kematian di depan mata tetap bisa marah, ya? Boleh juga keberanianmu, haha...."

Semakin dekat alat menakutkan itu, Brace memejamkan mata rapat, dia teriak sekencang mungkin saat dirasakan mesin itu hampir menyentuh keningnya.

Tiba-tiba sunyi.

Stefan menarik lengan Brace sampai terduduk.

Brace bisa merasakan tetesan cairan kental dari kening mengaliri hidung mancungnya, perlahan dia buka mata dan mendapati Stefan berdecak karena mesin gergajinya mati akibat kehabisan bahan bakar.

_I'm Back_

Follow IG:
@lullaby_are_wii

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 13 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'M BACKWhere stories live. Discover now