12 : Liburan

4.3K 667 46
                                    

Beberapa hari berlalu, tak ada lagi panggilan dari pihak Polisi untuk Drizel. Kasus yang sudah terdengar sampai di pelosok negeri itu telah dinyatakan sebagai tindak bunuh diri yang tidak diketahui alasannya.

Mobil mewah berwarna merah itu berhenti di rumah duka. Hari ini jasad Alice akan dikremasi, dengan berani Drizel menghadiri upacara pemakaman itu dengan membawa setangkai bunga tulip putih yang selaras dengan gaun elegan yang ia kenakan.

Drizel terlihat mencolok karena yang lain hanya memakai pakaian hitam.

Di dekat peti sang Adik, Stefan menangis penuh sesal. Matanya bengkak karena tak berhenti menitikkan air mata. Sampai suasana yang tadinya berisik tiba-tiba menjadi hening.

Menaikkan wajah, dia dapati seorang gadis berjalan ke arahnya membawa setangkai bunga. Drizel mendekati Stefan.

"Gimana rasanya?" tanya gadis itu berbisik ke telinga Stefan.

Emosi Stefan memuncak, ia tak bisa mengendalikan diri. Lelaki itu menerjang tubuh Drizel, menduduki perut dan mencekik gadis di bawahnya dengan kalap.

"Manusia sampah seperti kamu pantas mati!" teriak Stefan.

Semua orang teriak panik, sedangkan Drizel biasa saja, hanya terlihat sedikit ringisan dan wajah kemerahan. Drizel terlihat tenang meski kesulitan mendapat oksigen.

Seorang pelayat lelaki menabrak tubuh Stefan menggunakan bahunya sampai lelaki itu terpental. Seakan memancing yang lain untuk berani memisah, sebagian membantu Drizel berdiri, mengiring gadis itu keluar dari tempat pemakaman.

"Kita tau niat kamu baik, tapi lebih baik sekarang kamu pulang daripada hal tak diinginkan terjadi," saran teman sekampus Drizel yang mengantar Drizel sampai parkiran.

Masih batuk-batuk, Drizel memegangi lehernya yang terasa sakit. Dengan wajah kecewa ia mengangguk lantas masuk ke dalam mobil.

Dalam hitungan detik setelah mobil meninggalkan rumah duka, senyum smirk terukir di bibir Drizel. Dia menyalakan musik kencang sembari berjoget kecil menikmati lagu yang asik, Drizel sangat senang telah memberikan pembalasan setimpal untuk Stefan.

***

Gadis memakai hoodie hitam itu tak berhenti bersenandung. Di depan layar laptop ia sibuk mencari tempat berlibur yang tenang untuk memperbaiki kesehatan mentalnya.

"Kira-kira aku harus berlibur ke mana untuk merayakan keberhasilan ini?"

Masih belum menemukan tempat yang cocok, Drizel meletakkan laptopnya saat tak sengaja pandangannya mendarat pada paperbag yang menyembul keluar dari laci.

Sebentar dia pandangi kalung di lehernya, Drizel melepas kalung pemberian Stefan. Memasukkannya ke dalam paperbag berisi boneka panda, kemudian gadis itu membawa dua benda di dalam paperbag tadi keluar.

Drizel membuang kalung dan boneka di tempat sampah dengan enteng, lalu kembali masuk rumah.

Menaikkan kedua alis, notifikasi email diterima oleh Drizel. Gadis itu membukanya, ia tersenyum saat membaca isi pesan. Ternyata email itu dikirim dari penyedia jasa traveling yang cukup terkenal, berisikan bahwa dirinya menjadi salah satu orang terpilih yang memenangkan undian acak tiket eksklusif berlibur di Vila megah pada daerah perbukitan.

"Menarik," kekeh Drizel membalas email dengan format yang sudah diberlakukan.

Setelah mengirim sejumlah uang sesuai perjanjian, jadwal langsung ditentukan. Pihak penyedia jasa traveling akan langsung menjemput Drizel dari rumah pada besok hari.

Beranjak dari depan laptop, Drizel melangkah menuju jendela besar yang tirainya belum ia tutup. Gadis itu mendongak, menatap lekat bulan purnama yang bersinar terang menjadi lampu indah untuk langit.

I'M BACKΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα