25 : Rencana

3.5K 498 38
                                    

"Kemasin barang-barang kamu!" suruh Drizel. "Kita akan pulang besok."

"Kenapa? Kita masih punya batas liburan tiga hari di sini. Aku suka di sini, Anne."

"Di sini bahaya, Briel. Kita dijebak. Cowok yang udah kamu caci itu Louis."

Gabriel tertawa.

"Jangan ngaco! Mana mungkin Louis."

Meraih kedua bahu Gabriel, gadis itu menatap mata Gabriel dalam.

"Liat aku! Apa aku keliatan bercanda?"

Gabriel menggeleng.

"Pak Sam, Lucca, dan Louis. Mereka keluarga, marga keluarga mereka Rodriguez. Masing-masing dari kita punya masalah sama mereka, makanya sekarang kita bisa ada di sini. Aku bisa aja tetap di sini dan ikutin alur mereka, tapi kamu akan dalam bahaya."

Pandangan Gabriel jadi sayu, wajah khawatir Drizel terlihat sangat tulus dalam mencemaskannya.

"Ayo, pergi sama-sama! Aku janji akan bawa kamu keluar hidup-hidup dari sini."

"Anne," lirih Gabriel melepas tangan Drizel dari pundaknya. "Kamu terlalu ngelantur, kamu harus tidur."

"Enggak, aku serius!"

Gabriel berdiri, dia gandeng tangan Drizel menuju pintu.

"Kalo Pak Sam tau kamu ada di kamarku, dia bisa usir kita beneran. Cepet balik ke kamar kamu."

"Gabriel, aku mohon kali ini percaya. Aku gak ngelantur! Kamu bolak-balik nyelametin aku. Aku hutang nyawa sama kamu, ini saatnya untuk aku balas budi dan jagain kamu. Kamu harus pulang dengan keadaan baik-baik aja dari tempat ini."

Beberapa kali disuruh keluar, tapi Drizel tetap menolak. Sampai akhirnya Drizel membalik posisi mereka, gadis itu menyudutkan Gabriel di tepi pintu dan mengunci pergerakannya.

"A-anne? Kamu harus keluar, gak sepantesnya kamu ada di kamarku selarut ini," gugup Gabriel.

"Tapi aku gak bohong, kita dalam bahaya."

Menatap gerak bibir Drizel, entah mengapa Gabriel terdorong untuk mendekatkan wajah mereka. Menyipitkan mata akan gerak-gerik Gabriel, gadis itu sempat membeku.

Begitu bibir mereka hampir menempel, segera Drizel menjauh mundur. Gabriel gelagapan. Kemudian Drizel membuka pintu segera keluar dan kembali ke dalam kamar.

***

Lucca masuk ke dalam kamar Sammuel, belum lama tadi Sammuel memanggil Lucca untuk menemuinya.

"Bang?" panggil lelaki 25 tahun itu.

Sammuel yang sedang menatap bingkai foto keluarga mereka seketika berbalik badan, menghampiri Lucca dan memukulnya dengan kuat sampai Lucca tersungkur di lantai.

Lelaki itu berusaha berdiri, sudut bibirnya terluka. Lucca tahu, pasti dirinya sudah melakukan kesalahan.

"Kamu tau kesalahannya?"

"Maaf, Bang, tadi aku buru-buru dan lupa gak kunci pintu kamar Abang lagi."

"Bodoh!"

Sammuel kembali melayangkan pukulan tepat ke wajah sang adik.

"Mereka sudah sadar sebelum waktunya! Sekarang saya mau kamu urus Louis."

Lucca mengangguk paham, lantas bergegas menjalankan perintah Sammuel.

________________________________________

Beberapa waktu yang lalu....

BRAK!

I'M BACKWhere stories live. Discover now