56 - Family Trip

197K 14.8K 1.3K
                                    

VZ kangen banget 😍😍

Kalian gimana kabarnya selama liburan ini??

Merry Christmas buat saudara/i yang merayakan🤗

Selamat menyambut tahun baru semua🥰

VZ udah lama bat ya gak update🙈
Maafken yaak, wkwk

Ini Bab terpanjang kayaknya....

VZ mau kalian komen yang banyak di bab ini, biar VZ makin semangat update bab selanjutnya.

Selamat menikmati dan selamat membaca😍😍

*****

Sarah Annara

Setelah mendapat kabar baik dari Mama Ana, aku langsung bersemangat menyusun baju-bajuku ke dalam koper. Sebagai penikmat gratisan dan liburan, tentu aku tidak menolak ajakan Mama mertua untuk liburan.

Tapi setelah urusan menyusun baju selesai, aku baru sadar. Aku lupa sesuatu. Aku tidak minta izin kepada suamiku, Mas Ares. Kadang aku lupa, kalau saat ini statusku adalah istri.

Aku mengetuk kepalaku berkali-kali. Bisa-bisanya aku lupa itu. Tidak dianugerahi otak yang mudah mengingat alias cepat lupa, jadi beginilah akibatnya. Lupa sama status sendiri.

Mama Ana juga gak bilang apa-apa soal Mas Ares. Dan kalau Mas Ares sudah tahu, aku pasti dikabarinkan. Apa aku aja ya yang ngomong.

Ceklek!

"Lagi ngapain?" tanya Mas Ares.

"Rebahan," jawabku.

Ini sudah tiga hari sejak kami menikah, dan kami hanya mendekam di apartemen. Jauh dari ekspektasiku pokoknya.

Harusnya sih, kami udah di villa Bogor hari ini. Tapi, ada pekerjaan yang gak bisa dilewatkan oleh Mas Ares, sehingga kami batal menyusul kesana. Kalaupun pergi sekarang, udah sia-sia waktunya, karena besok mereka akan balik. Nggak papalah, semoga liburan family trip yang Mama Ana bilang, kami bisa ikut.

"Itu badan kamu gak sakit rebahan mulu?"

Badan gue sakit juga karena lu bambang.

"Sakit sih, apalagi di apartemen terus," ucapku sekaligus mengode. Aku menoleh, ingin tahu reaksi Mas Ares, tapi ia hanya menatapku sekilas dan kemudian lanjut membaca bukunya.

Kesel banget gue. Waktu masih pacaran, serunya bukan main, romantis, tapi sekarang udah jadi suami, eh, gak boleh, gak boleh. Stop membandingkannya Nara!

Satu menit, dua menit.....setengah jam.

Fix! Mas Ares tidak peka. Ia masih membaca buku tebal itu. Aku memukul-mukul bantal yang ada di atas perutku. Kesal sama Mas Ares, tapi kesal juga sama diri sendiri.

"Hei, kamu kenapa?" Aku mengangkat bantal dari atas wajahku, dan mendapati Mas Ares yang duduk dan menatapku heran.

"Gak papa, lagi malas aja, gak ada kerjaan."

"Mau keluar?"

Tuk!

"Aduh," keluhnya.

Aku tidak tahu kalau jarak kami sedekat itu. Hingga saat aku bangun dari posisi tidurku, kepalaku langsung menabrak wajahnya.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz