12 - Bang Rafael

264K 27.6K 1.3K
                                    

Thanks buat kalian yang sudah menyempatkan waktunya untuk membaca....

Happy reading😇😇

*****

Setelah melalui berbagi rintangan, akhirnya aku bisa menyelesaikan bab dua. Sebelum menuju bab tiga, terlebih dahulu aku harus mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) di hari Senin dan Selasa.

Saat ini aku sedang bersantai di kamarku. Weekend yang ceria. Ini adalah hari Sabtu. Hari paling enak dan paling malas untuk bangun. Kalian juga gitu nggak?

Tok tok tok.

"Siapa?" teriakku saat mendengar pintu kamarku diketok.

"Buka dulu dong?"

"Loh loh...Bang Rafael kok disini," ujarku saat membuka pintu kamarku dan mendapati Bang Rafael disana.

"Rumah, rumah gue," sewotnya.

"Nggak kangen sama Abang gantengmu ini? Sini peluk." Akupun berhambur ke pelukannya.

Bang Rafel ini adalah anak pertama Om Haris dan Tante Renata. Bang Rafael adalah seorang dokter. Tapi, ia sedang melanjutkan studinya di Singapura untuk mengambil spesialis.

"Bang Rafael tiba jam berapa?" tanyaku saat kami sudah tiba di meja makan.

"Tadi malam pokoknya. Kamu sih tidurnya nyenyak banget, sampai nggak dengar pintunya diketok."

"Masa sih," ucapku heran.

"Bawa apa dari negara lion? Aku nggak mau gantungan kunci, kaos-kaos. Udah sering soalnya."

"Abang bawa patung singanya, puas kamu?" sahutnya yang mengundang tawaku. Pasalnya, setiap Bang Rafael pulang dari Singapura, oleh-olehnya tidak pernah bervariasi. Hanya gantungan kunci dan kaos doang. Pelit banget emang.

"Daripada patungnya, mending bawa teman Abang terus kenalin buat aku."

"Emangnya kamu masih jomblo? Kasihan banget kamu, Dek."

"Iya deh iya yang punya pacar."

"Hahahahaha. Biasa aja dong mukanya," sahut Bang Rafael sambil memoleskan selai coklat di rotinya.

"Tante kemana, Bang?" tanyaku karena tidak melihat Tante Renata. Padahal inikan hari Sabtu. Biasanya juga di rumah.

"Tahu. Tadi berangkat sama Papi."

"Loh, Om udah pulang juga? Kok aku nggak tahu," ucapku terkejut.

"Baru tadi pagi nyampenya."

"Bang, jalan-jalan yok..."

"Nggak. Gue mau jalan sama Siva. Lo sendirian aja sana," katanya dengan santai. Kak Siva adalah pacar Bang Rafael sejak mereka masih SMA.

"Pelit banget," ujarku kesal.

*****

Dan disinilah aku terdampar. Di cafe milenial yang ada di tengah-tengah mal ini. Dengan segenap kuasa, Bang Rafael mengizinkanku untuk ikut asal tidak mengganggu mereka pacaran.

Bang Rafael dan Kak Siva sedang nonton di Cinema XXI. Sial banget emang, adiknya nggak diajak. Tapi mending deh, aku dikasih kartu gesek sama Bang Rafael.

"Kamu nggak boleh ikut."

"Kak Sivaaaa...."

"Sayang jangan dengerin dia," ujarnya pada Kak Siva. "Ini Abang kasih kartu ATM Abang. Tapi awas ya, kalau isinya..." ancam Bang Rafael kemudian mengelus rambutku dengan sayang.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang