18 - Supermarket

275K 27.2K 1.3K
                                    

Hai semuanya, malam minggu nih...
Bolehin Pak Gian yang nemenin kalian yaakk malam ini.

Aku boleh dong minta kalian VOTE. Vote nya gratis kok. Dukung cerita ini dengan vote + comment kalian.

Aku sayang kalian
💜💜💜

Happy reading🥰🥰

*****

Ini sudah seminggu berlalu sejak aku datang menjenguk bayi Kak Neta di rumah sakit, tentu dengan ajakan Pak Gian. Dan entah kenapa, sejak saat itu pula aku semakin akrab dengan keluarga Pak Gian. Seperti akhir pekan ini, Tante Ana mengundangku untuk datang ke acara barbeque yang diadakan di rumah mereka.

Awalnya aku menolak, karena aku bukanlah siapa-siapa, bukan juga bagian dari keluarga mereka. Tapi Tante Ana tak pernah lelah mengajakku hingga aku mengatakan iya. Dan yang membuatku terkejut sekarang ini adalah bahwa yang menjemputku bukanlah supir Tante Ana melainkan anaknya, Pak Gian.

Aku sedang sibuk merias diri di kamarku lebih tepatnya mencari baju apa yang cocok dipakai, sementara Pak Gian sedang berbincang dengan Omku, Om Haris. Salahkan Pak Gian yang datang kecepatan.

Setelah selesai, akupun turun dan menuju ruang tamu. Mereka sedang asyik membahas miniatur rumah koleksi Om Haris. Ujung-ujungnya pasti bisnis nih.

"Sudah selesai, Ra?" tanya Om Haris ketika menyadariku sudah duduk di sofa.

"Lama ya, Om?"

"Memang ada sejarahnya kalau perempuan dandan cepat siap?"

"Aku nggak dandan ya..."

"Ya udah, kita pergi dulu ya Om," ujarku pamit.

"Jaga keponakan saya ya. Keponakan satu-satunya ini. Perempuan pula," kata Om Haris kepada Pak Gian. Aku bisa jaga diri kali Om.

"Pasti Om. Kalau begitu kita pergi dulu ya Om."

*****

"Hmm tadi saya lama ya, Pak? Maaf sudah membuat bapak menunggu."

"Nggak papa. Saya anggap aja itu ujian."

"Ujian? Bapak ada-ada aja."

"Iya, ujian kesabaran menunggu perempuan dandan."

"Saya nggak dandan loh pak," ucapku tegas. Lihat saja pakaianku sekarang. Hanya memakai kaos abu-abu dan jaket jeans serta celana jeans dipadu sepatu kets. Aku juga nggak ada make-up. Rambutku juga kuikat satu.

"Please lah, Bapak aja yang datangnya kecepatan. Saya kan belum mandi tadi, makanya agak lama."

"Masa sih? Jadi, bukan karena mencari baju yang cocok untuk dipakai?"

Blusshh. Aku yakin wajahku pasti memerah. Sebisa mungkin aku menenangkan diri agar tidak ketahuan.

"Perempuan kalau lama-lama saat diajak ke pesta atau diajak kencan hanya ada dua kemungkinan. Lama karena berdandan atau lama karena memilih baju," tuturnya yang membuatku memalingkan wajahku.

"Kita nggak kencan. Dan nggak ke pesta juga," sangkalku.

"Nggak usah malu untuk mengaku."

"Iya iya deh. Saya ngaku Pak. Tapi kalau boleh jujur saja, sebenarnya saya kurang nyaman Pak."

"Kenapa nggak nyaman?"

"Ini kan acara keluarga Bapak. Dan saya bukan keluarga Bapak tapi saya ikut."

"Ya udah, anggap aja latihan jadi keluarga saya."

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang