34 - Interogasi 2

209K 22.1K 2.8K
                                    

Jumpa lagi 🤩🤩🤩🤩

Selamat membaca🤗🤗

Silahkan divote dan komen sebanyak banyaknya.

*****

"Ra, tumben lo rapi amat?"

"Napa? Ngiri lo?"

"Iuh.... Wait, lo make-up an?"

"Dikit."

"Ini nggak dikit kali, Ra. Rambut juga dibikin curly gini. Mau nyari cowok ya, Ra?" tanya Zara kepo.

"Kagaklah."

"Udah punya cowok gue," lanjutku dalam hati.

"Za, kita duduk di depan aja yah," ajakku saat kami tiba di kelas yang sudah mulai ramai.

"Tumben, kesambet apa lo pagi ini."

"Nggak kesambet apa-apa," sahutku menjawab.

"Gue mencium bau-bau keanehan pagi ini, lo beda dari biasanya deh, Ra," ujar Zara dan aku memutar bola mata.

Pagi ini kami ada kelas Toefl bersama Pak Gian, dan kelas Toefl akan dimulai sekitar lima belas menit lagi. Bisa dibilang hari ini aku cukup berbeda, seperti kata Zara. Mungkin aku terlalu dandan kali ya.

Aku jarang sekali memoles diri kalau ke kampus, dan hari ini entah dapat pencerahan darimana, aku justru bangun lebih pagi dari biasanya agar bisa berdandan.

Sebelum kelas dimulai, aku lebih dulu mengeluarkan catatan dan modul yang akan dipakai pagi ini. Beberapa kali aku mengetuk tanganku di atas catatanku, mencoba mencerna topik yang akan dibahas hari ini.

"Za, boleh minta-lo kenapa, Za?"

"Lo pake cincin?"

"Ah itu, iya. Pengen aja," sahutku. Ternyata Zara terbengong karena melihat cincin di jariku.

Semoga Zara tidak curiga apa-apa. Dan semoga juga aku bisa menjawab.

"Kita temenan dari semester satu. Dan gue baru lihat lo pake cincin. Aneh aja gitu," kata Zara.

"Biar tampil beda aja Za," sahutku. Syukurlah Zara tidak curiga akan keberadaan cincin yang melekat di jariku.

"Ini cincin lama. Baru dipakai lagi," ujarku berbohong.

"Masa? Cantik loh ini cincinnya," sahut Zara sambil melihat-lihat cincin di jariku.

"Mana bentuknya love lagi," ucap Zara dan setelahnya kelas pun dimulai.

*****

Aku mencuri-curi pandang saat Pak Gian telah selesai menjelaskan materi. Sesekali mata kami bertemu, dan aku langsung mengalihkan mataku seperti sekarang ini.

Tiba-tiba ponselku bergetar saat aku mulai mengerjakan latihan soal. Dengan hati-hati aku membukanya, agar tidak ketahuan oleh Dosen yang mengajar pagi ini. Sekalipun itu Pak Gian, aku tetap waspada juga.

Ada empat pesan yang masuk ke WhatsApp ku. Siapa gerangan yang mengirim pesan sepagi ini?

Mataku langsung terbuka lebar saat melihat siapa kontak yang mengirimiku pesan. Aku melirik ke depan, dan Pak Gian tersenyum ke arahku.

Kalian benar, Dosen yang lagi duduk di depan sana, Pak Gian, dia yang mengirimiku pesan.

Dosen Pak Gian Alvares

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang