43 - Selesai

215K 20.6K 3.1K
                                    

Nih, VZ kasih satu chapter lagi. Double up kan buat hari ini😉

Jangan lupa spam komennya yahh

Happy reading😍

*****

Sarah Annara

Kini aku memilih berserah atau mungkin sudah menyerah. Dua minggu sudah setelah kejadian Pak Gian menurunkanku di pinggir jalan, dan sudah selama itu pula aku tidak bertemu dengannya.

Pak Gian seperti menutup akses untukku. Revisiku juga dikirim lewat Email. Untuk meminta tanda tangannya pun harus melalui asistennya.

WhatsApp ku juga gak pernah dibalas. Dan itu makin membuatku uring-uringan. Aku juga tidak pernah melihatnya di kampus. Padahal aku ingin memberitahu tanggal wisudaku, agar ia bisa ikut menemaniku. Tapi ini, dia malah hilang tanpa jejak, pergi tanpa alasan, cih.

"Kenapa, Ra?"

"Gak papa," jawabku ngasal saat Hana bertanya. Ini juga Hana kenapa jadi sering ke rumah dah. Padahal saat di rumah lama gak pernah kayak gini.

"Ra, Abang lo si Refan, lagi jomblo ya?"

"Lo,,,kenapa tanya gitu?" Mataku bergerak menelisik wajahnya yang tiba-tiba berubah merona. Apa ada sesuatu yang aku lewatkan diantara Bang Refan dan Hana.

"Gak papa, pengen nanya aja," sahutnya lalu berbaring di kasurku sembari menatap langit-langit kamarku.

"Gue gak tau sih. Tapi, Bang Refan itu playboy. Pacarnya ada dimana-mana. Gue bukannya mau menjelekkan Abang gue ya, tapi memang faktanya begitu," balasku dan Hana malah menutup wajahnya dengan bantal.

"Han, lo suka sama Abang gue? Atau jangan-jangan-"

"Jangan-jangan apa Ra?" tanya Hana yang sudah duduk bersandar di headboard.

"Jangan bilang Abang gue nembak lo."

"Hmm."

"Hhmm apa Han? Yang bener dong?"

"Iya."

"WHAT THE....Han, dengerin gue. Kalo lo mau hati lo aman, jangan jadian sama playboy kayak Abang gue. Lo juga tau sendiri kan pergaulan polisi itu kayak apa."

"I don't know, Ra."

Sepertinya Hana sedang galau, sama sepertiku. Tapi dalam situasi yang berbeda. Kalo Hana mungkin senang, beda denganku yang bernasib malang. Aku menghela napasku panjang lalu berbaring di kasur.

"Hubungan lo sama Pak Gian gimana, Ra? Pak Gian nya udah ada kabarin lo?"

"Belum."

"Gak lo susul ke ruangannya?"

"Gue aja mau minta tanda tangannya mesti lewat asistennya."

"Ke apartemennya?"

"Gak ah."

"Lo gak coba hubungin?"

"Udah gue chat berkali-kali. Gak dibales juga. Biarin ajalah, gue juga udah bodo amat, capek tau diginiin, mau nangis aja udah gak bisa karena capek."

"Lo bilang lo udah kenal sama keluarganya Pak Gian, Ra. Kenapa gak coba tanya aja sama mereka?"

"Gak ah. Gue gak mau bego karena cinta."

"Nanya doang gak bakal bikin lo bego, Ra."

"Malas. Gue mau tidur, jangan ganggu."

Aku memejamkan mataku walau sepenuhnya aku tidak dalam keadaan tidur. Pikiranku selalu berkelana tentang Pak Gian. Aku cemas, takut, tapi juga marah karena sikapnya yang mungkin sedikit kekanak-kanakan.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Kde žijí příběhy. Začni objevovat