48 - Bandara

217K 20.7K 1.9K
                                    

Baru bisa update hari ini, malam ini, ada yang nungguin??

Sebelum baca, jangan lupa vote dan siapin komennya yah,

Selamat membaca AresNara🥰

*****

Sarah Annara

Aku menatap malas sepiring nasi goreng yang tersaji di depanku. Sejujurnya mataku masih ingin menutup, namun waktu yang berjalan begitu cepat memaksaku harus bangun lebih pagi pada hari ini.

Ini sudah seminggu setelah hari wisudaku, dan kabar baiknya aku masih di Jakarta, tapi kabar buruknya adalah aku masih pengangguran dan hari ini Mas Ares akan berangkat ke Belanda. Entahlah, aku masih bingung apakah itu jadi kabar baik atau buruk untukku, untuk kami.

Aku menghela napasku kasar. Nasi goreng buatan Mbak Sasa yang biasanya kusantap dengan lahap kini mendadak jadi hambar tidak berasa.

Aku melirik jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Mas Ares akan menjemputku setengah jam lagi. Padahal jadwal penerbangannya pukul 22.50 nanti malam dari bandara Halim, tapi ia ngotot aku harus menemaninya seharian hingga mengantarnya ke bandara.

Drrt drrt

Mas Ares is calling...

"Halo Ra."

"Iya."

"Saya udah di jalan, bentar lagi nyampe," ucapnya.

"Iya."

"Mau dibawain apa?"

"Enggak usah Mas."

"Oke. Kalo gitu saya matiin ya."

"Iya. Hati-hati nyetirnya."

"Siap."

Aku menutup mataku sejenak, tarik napas dalam-dalam, lalu kembali memakan nasi goreng yang sudah dingin sejak tadi. Semoga hari ini menjadi hari yang panjang untuk kami sebelum enam bulan tanpa bertemu terjadi.

Lima belas menit kemudian, Mas Ares tiba di rumah Om Haris. Wajahnya nampak segar sekali, tampilannya hari ini juga sangat berbeda dari biasanya. Ia memakai celana pendek selutut berwarna coklat susu serta kaos oblong berwarna hitam. Dan jangan lupakan jam tangan mahal yang selalu tersemat di tangan kirinya.

Sementara aku memakai kaos putih bergaris-garis dengan celana kulot tali polos. Untuk mempercantik penampilanku, aku menguncir rambutku menjadi satu dan memakai sneakers putih kesukaanku.

"Pagi Sayang," sapanya begitu sampai di depanku.

Perlahan tapi pasti, ia maju hingga bibirnya mengecup keningku singkat. Sungguh sapaan yang indah di pagi hari yang cerah.

"Om sama Tante ada di dalam?" tanyanya. Aku memang menunggunya di teras depan.

"Udah berangkat ke kondangan," jawabku.

"Aku udah izin kok tadi," lanjutku dan ia mengacak rambutku sembari tersenyum.

"Berangkat sekarang?" Aku mengangguk dan ia meggandeng tanganku hingga masuk ke dalam mobil hitamnya. Perlakuan manisnya makin menambah rasa cintaku padanya. Kalau manis begini, aku jadi gak rela ia berangkat hari ini.

"Sebenarnya kita mau kemana?"

"Kamu maunya kemana?" tanyanya balik dan aku mengedikkan bahuku.

"Jakarta Aquarium?"

"Boleh."

Aku memilih bersandar di kursi mobil sembari memperhatikan wajahnya yang serius menatap jalanan yang ramai.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang