27 - Begadang

250K 26.2K 2.6K
                                    

Selamat malam Minggu guys...

Maafin aku yah, kemarin aku nggk update dikarenakan suatu hal ☹️☹️☹️ Makanya baru bisa hari ini update nya.

By the way, Selamat Idul Adha buat pembaca Ares dan Nara yang merayakannya ♥️♥️♥️

Okay, sekarang kita mulai membaca zona AresNara.

Happy reading semuanya🥰🥰🥰

*****

Aku duduk berdampingan dengan Pak Gian, ada Tante Ana dengan Feli yang duduk di sebrang. Kami telah menyelesaikan makan malam kami beberapa menit yang lalu.

Mata Tante Ana menatap tajam kepada kami secara bergantian. Apa Tante Ana juga tahu kalau aku menginap disini, lebih tepatnya tinggal disini? Aku meringis dalam hati.

"Mama nggak tahu apa yang telah terjadi diantara kalian berdua, tapi boleh tolong kalian jelaskan apa maksud dari perkataan Feli tadi," pinta Tante Ana dengan mata tajamnya.

"Ma, nggak ada apa-apa antara aku dengan Sarah," jelas Pak Gian yang sedikit mengusik hati dan pikiranku. Nggak ada apa-apa ya. Duh, kok aku mendadak melow gini ya. Sadar Ra, sadar. Aku yang sedari tadi menunduk, mengangkat kepala untuk melihat Tante Ana.

"Nara tinggal disini padahal," ujar Tante Ana. Oke, ternyata selain Feli, ada Tante Ana yang mengetahui keberadaanku disini. Tapi kenapa Tante Ana nggak marah ya?

"Mama nggak pernah ajarin kamu yang nggak nggak. Tapi ini... Gian Alvares Mahastama. Jawab Mama!" bentak Tante Ana sedikit mengeraskan suaranya di akhir ucapannya.

"Tante, ini hanya salah paham. Saya dengan Pak Gian memang tidak ada apa-apa," kataku dengan cepat.

"Ma, jangan---"

"Terus kok ada ngidam-ngidam?" bentak Tante Ana.

"Ma..."

"Apa? Mau jawab kamu?"

"Sarah ngidam bukan karena hamil."

"Terus?"

Aku menatap Pak Gian yang menggaruk kepalanya. Sepertinya ia sungkan memberitahu.

"Tante, ini bukan seperti yang Tante bayangkan. Tadi kita beli lauk di rumah makan, karena saya kepengen perkedel, Pak Gian jadi menyimpulkan kalau saya sedang mengidam," jelasku tanpa memberitahu cerita aslinya. Malu banget kalau mesti cerita tentang kebohongan tadi.

"Benar?"

Aku mengangguk. Kulihat Pak Gian yang hanya diam saja. Ini pak Gian nggak niat mengonfirmasinya apa. Udah aku bantu juga. Aku sedikit menyikut kaki Pak Gian karena tidak berkomentar apa-apa.

"Iya Ma, yang dibilang Sarah benar," gumamnya.

Aku kembali menatap Tante Ana dan tersenyum tidak enak. Aku kira hanya Feli yang datang kesini. Sepatu yang di depan juga cuman satu. Eh ternyata, ada Tante Ana yang bersembunyi di ruang kerja Pak Gian. Pak Gian saja kaget pas lihat Tante Ana, apa lagi aku.

"Kalau ada apa-apa juga, nggak papa sih," ujar Tante Ana santai yang langsung membuatku tersedak ludahku sendiri.

"Oh ya, Nara Mama bawa ke rumah aja ya."

"Ma!"

"Kenapa? Dari pada disini sama kamu, nanti beneran ngidam lagi."

Tunggu. Kenapa obrolan ini makin ngaur. Aku ini bukan barang yang bisa dioper-oper. Tapi mengingat kejadian di kampus tepatnya di ruangan Pak Gian serta rumah makan tadi, makin membuatku semakin terjaga akan sikap Pak Gian kepadaku. Tapi kalau aku ke rumah Tante Ana urusannya akan semakin berabe. Om Haris dan Tante Renata akan bertemu, no no no.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang