4 - Jadi Asisten

315K 27.3K 1.7K
                                    

Hello good people.......
Bagaimana kabarnya???
Kuy lanjut baca ceritanya
Hope you enjoy......

*****

Kebanyakan orang bilang, kuliah malam itu menyeramkan. Selain karena waktunya malam hari, rasa lelah juga menghantui. Seperti aku saat ini, rasa kantukku sudah tak tertahankan, bagaimana bisa terelakkan, dosennya saja belum datang.

"Ini udah lewat dua puluh lima menit loh. Nggak ada gitu yang mau hubungin," ucapku pada Zara dengan malas.

Sebelum Zara menjawab, tiba-tiba suara cempreng dari belakang kelas bergema.

"Guys-guys, gue mau bilang, kalau dosennya bentar lagi sampai katanya," ucap lelaki itu, yang tak kutahu namanya.

"Siapa?" tanyaku pada Zara.

"Rian. Ketua angkatan kita tuh. Masa lo nggak tahu sih Ra, kurang-kurangin tuh kupu-kupu lo," ejek Zara.

Ya, aku akui. Aku memang mahasiswi kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Malas banget tahu harus ikut organisasi apalagi jadi panitia. Nggak banget deh.

Cklek.

Hening pun melanda. Suara suara ribut pun berhenti. Dan tatapanku juga berhenti pada sosok laki-laki di depan sana yang baru datang.

"Gue lagi mimpi ya?" tanyaku pada diri sendiri.

"Ini real Ra, no mimpi-mimpi. Jangan-jangan beneran jodoh euyy," sahut Zara dengan jahilnya.

"Nggak mau," ucapku spontan dengan suara cukup kuat, yang membuatku menjadi pusat perhatian tanpa terkecuali laki-laki di depan sana yang sibuk dengan laptopnya.

"Ada apa disana? Ya, kamu? Maju ke depan!" tunjuknya padaku.

"Ra, sadar. Lo dipanggil tuh," panggil Zara.

"Okay, sebelumnya saya minta maaf karena terlambat datang," ucapnya setelah layar di depan kelas menampakkan berbagai tulisan.

"Tadi yang saya suruh maju mana? Kenapa belum maju?" tanyanya lagi.

Tidak mau menyulitkan urusan ini, akhirnya aku maju. Rasa kantukku mendadak hilang sejak ia datang.

"Nama?"

"Sarah."

"Nama lengkap!"

"Sarah Annara, Pak."

"Kamu jadi asisten saya di mata kuliah ini. Kalian setuju kan?" tanyanya pada semua yang hadir di kelas tanpa bertanya dahulu padaku.

"Setuju Pak. Setuju." Begitu jawaban yang kudengar dari mereka yang hadir malam ini.

"Kenapa harus saya Pak? Tadi kan sudah ada Rian yang Bapak kabari, saya kira Rian lebih baik, Pak," protesku padanya.

"Rian, mau jadi asisten saya?" tanyanya pada Rian tanpa menjawab pertanyaanku lebih dulu.

"Ini beneran dosen nggak sih, baru jumpa model dosen begini," batinku berbicara.

"Janganlah Pak, Bapak kan tahu saya ketua angkatan dan anak BEM, banyak urusannya Pak," jawab Rian.

"Yang lain gimana? Ada yang mau menggantikan Sarah untuk jadi asisten saya?"

"Ada dong, please, please," sorakku dalam hati.

"Sarah aja Pak, Sarah terbaik Pak," ucap seorang laki-laki yang duduk paling depan.

Yah, gagal sudah aku melarikan diri dari dosen satu ini. Tapi iya juga ya, mana ada mahasiswa yang sukarela menjadi asisten dosen atau komting (ketua mata kuliah) kalau nggak diiming-imingi nilai A.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now