54 - Marry Your Daughter

246K 19K 4.4K
                                    

Updatenya ngaret sekali yak🙈🙈
Selamat bermalam mingguan kamu😉

Let me tell you:

1) Bab ini berisi 4700+ kata

2) Saran VZ: putar lagu Marry Your Daughter saat bacanya, Stuck With You (karena VZ dengarin lagu itu waktu nulis bab ini)

‼️‼️‼️

3) Apapun yang tertulis di bab ini, tolong hargai keputusan VZ 🙏, baik itu terkait acara pernikahannya, dimana, apa, bagaimana, dll. VZ akan senang jika kamu mampu menerima dengan baik, memberi komentar yang baik, tidak menyudutkan apapun, dan tolong tahan untuk tidak memberi komentar buruk dan sensitif. Semua yang ada disini beragam suku dan agamanya, so, VZ mohon terima aja yaa dengan lapang dada☺️

‼️‼️‼️

4) Selamat buat yang bisa tebak arti 20 Nov nya, ada satu orang wkwkwk....

5) Bab ini bab terpanjang, jadi bacanya yang sabarr yahhh. VZ belum nikah, jadi mungkin ada kesalahan dalam urutannya, maybe....(kalo ada typo, bilang yak)

Selamat membaca😍😍

*****

Gian Alvares Mahastama

"Grogi?"

"Dikit."

"Banyak juga gak papa," balas Papa dan aku terkekeh pelan.

"Selamat ya," ucap Papa sambil menepuk pundakku.

"Belum sah, Pa," sanggahku dan dibalas kekehan oleh Papa.

Ya, hari ini adalah hari bahagia kami, 20 November. Kujelaskan sedikit, mengapa kami memilih tanggal ini. 20 berasal dari jumlah huruf di namaku, dan 11 berasal dari jumlah huruf di nama Nara. Itu semuanya datang dari ide cerdasnya Nara, calon istriku.

"Jadi suami yang bertanggung jawab, mengayomi istri, tegas, memimpin. Papa doakan yang terbaik buat kamu sama Nara. Maaf kalo Papa belum bisa jadi Papa yang baik buat kamu."

"Makasih, Pa. Papa the best kok."

Ceklek!

"Wih, ganteng banget kamu, Bang," ujar Mama yang sudah dirias make-up dan memakai kebaya gold sehingga mempercantik penampilannya.

"Thanks, Ma," sahutku sambil membalas pelukannya.

"Rasanya baru kemarin deh, Mama lahirin kamu, gendong kamu, tau-taunya sekarang udah mau nikah aja ya. Waktu terlalu cepat berjalan."

"Iya, Ma. Makasih, Ma." Mama mengelus punggunggku, sesekali menepuknya, dan perlahan-lahan isakan kecil terdengar dari Mama. Kemudian, Mama melepaskan pelukannya dan menerima tisu dari Papa.

"Awas aja kalo kamu masih jarang ke rumah," ancam Mama.

"Iya, gak lagi kok, Ma. Kan udah ada Nara," sahutku dan malah mendapat pukulan dari Mama.

"Dari tadi Papa kamu diam aja. Sariawan kamu, Pa?" celetuk Mama dan Papa hanya memutar bola matanya. Kalau Mama sudah begini, biasanya Papa akan malas meladeninya. Terlalu berlebihan katanya.

"Bang."

"Iya, Ma?"

"Kamu mau punya anak berapa sama Nara?"

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang