55 - Stimulus-respons

229K 17K 3.3K
                                    

Kamu bacanya pagi, siang, sore, malam, dini hari? 🥰

Kita periksa dulu.
Kalau mau baca yang ini, harus tunjukin identitas dulu 😜

KTP mana KTP??😆🤭

Yang belum punya KTP, dilarang masuk‼️
(Canda ✌️ tapi beneran, 🙈)

Thank u guys sudah setia menunggu AresNara

Kali ini VZ kasih yang uwu uwu deh,💏

Hati-hati loh ya, bahaya ini😝😝

Selamat membaca💛

*****

Sarah Annara

Aku terbangun ketika merasakan embusan menerpa wajahku. Pelan-pelan aku membuka mataku dan wajah Mas Ares berada tepat di depanku.

"Selamat pagi, Sayang," sapanya dengan bibir terangkat.

"Pagi," balasku pelan dan kembali menutup mata. Aku butuh istirahat banyak hari ini. Rasanya badanku tidak bisa bergerak, remuk, sakit, ya begitulah.

"Kenapa tidur lagi?"

"Masih ngantuk."

"Sini aku peluk."

Aku mengabaikan ucapan Mas Ares, mataku udah ditarik banget saat ini. Aku lupa kami tidur jam berapa. Oke, itu tidak penting sekarang, mari tidur lagi, kembali ke dunia mimpi.

Aku sedikit membuka mataku saat Mas Ares mencium keningku. Tanpa sengaja, pemandangan liar terpampang nyata di depan mataku.

Astaga, sejak kapan dada itu tidak pakai baju?

Mataku mendadak terbuka lebar, rasa kantuk yang tadi datang kini pulang dengan sayang. Aku menggigit bibirku dalam-dalam, jangan bilang kami-

Cup!

"Makasih buat yang tadi pagi. You're so sexy and incredible. I like it so much, baby."

Aku mencelos mendengar bisikannya, suaranya yang berat terdengar seksi di telingaku. Terlebih tangannya yang kini sudah merayap ke belakang tubuhku, kian membuat jantungku berdegup kencang.

An*im! Kenapa tangannya terasa sekali di kulitku? Tidak-tidak. Tapi, ini, kok? Aku berusaha mengingat kejadian apa yang sudah terjadi tadi malam atau tadi pagi sehingga aku bisa, benar-benar dalam keadaan naked begini.

Sekelibat bayangan horor nan panas muncul di depan wajahku. Secepat itukah? Itu nyata? Kenapa kami bisa melakukan itu? Siapa yang mulai? Kenapa aku-yah, kamu biangnya, Ra.

Ganggu suami tidur itu bahaya. Sekali lagi aku bilang. BAHAYA!

Mas Ares menarikku ke dalam dekapannya. Bukannya tidur, mataku makin melek. Aku bisa mendengar detak jantung Mas Ares yang ternyata berdetak cepat juga sepertiku. Aku mulai tidak nyaman saat kulit kami bersentuhan, tapi ini bikin penasaran.

Wajahku kian panas mengingat apa yang telah kami lakukan, tidak, tapi apa yang dilakukan Mas Ares padaku, eh, pokoknya begitulah.

Sepertinya rasa kantukku tadi berpindah tempat ke Mas Ares. Embusan napasnya yang teratur sudah membuatku paham, kalau ia tengah tertidur.

Lalu bagaimana denganku? Apa aku harus jadi manusia kaku seperti ini? Tidak bisa bergerak kemana-mana.

"Rileks, Sayang. Aku udah kayak meluk patung dari tadi."

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu