Last Extra Chapter

75.5K 4.9K 250
                                    

Halo teman-teman 😍😍
Senang banget bisa update di lapak ini🥰🤭
Apa kabar kalian?
Pada kangen Dosen Bucin gak nih?🤣

Selamat berlibur ya semuanya.
Selamat Natal untuk teman-teman Kristiani✨
Enjoy this last extra chapter🤩

‼️Cek info di bawah‼️

*

Gian Alvares Mahastama

Kami baru saja pulang dari rumah sakit untuk memeriksa jenis kelamin anak pertama kami. Tapi hingga saat ini pun, kami belum bisa mendapat hasilnya, karena si janin tidak terlihat ingin memberitahu kami. Sudah dua kali kami memeriksanya pada dokter Ina. Dan dua kali itu pula si janin tidak memperlihatkan jenis kelaminnya.

Perutnya sudah kian membesar dan tengah memasuki bulan ketujuh. Perlengkapan-perlengkapan bayi sudah dibeli dan dibantu oleh Mama. Warna-warna yang dibeli juga warna-warna netral karena kami memang belum tahu jenis kelaminnya.

"Kamu gak bosen baca buku terus?" tanyaku ketika Nara mengambil ensiklopedia yang baru kami beli minggu lalu.

Kegiatan yang sering dilakukan Nara selama hamil adalah membaca, membaca, dan membaca. Ia mengaku bahwa dulu ia lebih sering membaca novel. Tapi semenjak hamil, novel berada di urutan terakhir yang ia ingin baca. Buku-buku yang sekarang justru diminatinya adalah ensiklopedia, buku biografi orang-orang ternama dan sukses, intinya buku yang termasuk buku nonfiksi.

Buku-buku yang pernah kubeli dan memang sudah pernah kubaca juga dibaca sama Nara. Aku tidak tahu apakah itu efek dari janin, keinginan janin, atau memang keinginannya sendiri.

"Bacanya kan nggak langsung semua. Dua halaman per hari kok, jadi nggak akan pernah bosan," jawabnya seraya bersandar di kursi putar.

"Kamu memang baca dua halaman per hari. Tapi ada berapa buku yang kamu baca? Lihat, meja aku sampai penuh sama buku bacaan kamu," terangku sambil menunjuk tumpukan buku yang ada di meja.

"Santai aja kali, Mas," sahutnya santai.

"Kamu harus banyak gerak. Jangan duduk-duduk aja." Aku masih ingat pesan dokter Ina.

"Kan tadi udah olahraga," sahutnya dengan wajah kesal. Aku memang mengikutkannya pada komunitas olahraga khusus ibu hamil.

"Jangan ngomong lagi! Aku mau baca." Ia sudah membangun benteng walau aku belum berbicara.

"Nara, kamu beneran nggak capek kan baca buku terus?" tanyaku dengan suara selembut mungkin takut ia akan kesal karena aku bertanya terus.

Aku menggeser salah satu single chair untuk bisa duduk di dekat kursinya. Oke, Nara tampak kesal dan meletakkan buku yang dibacanya di meja. Ia menatapku dan wajahnya tampak menahan emosi.

"Aku sudah berapa kali bilang sih sama kamu. Aku suka membaca. Aku menikmati buku yang aku baca," tukasnya sama seperti kemarin-kemarin.

"Beneran? Kamu gak merasa lelah?" tanyaku khawatir.

"I'm fine, Mas! Tolong jangan berlebihan."

"Satu jam dalam sehari aja ya baca bukunya," bujukku sambil mengelus perutnya.

"Satu jam? Kok dikit?" tanyanya protes. Aku bukannya tidak suka ia membaca, tapi aku khawatir dengan kondisinya. Buku yang dibacanya itu juga pasti membuatnya berpikir. Mata yang terus menatap buku pasti akan membuat lelah kan?

"Jadi mau berapa?" tanyaku.

"Tiga jam deh."

"Janji ya," ucapku dan ia mengangguk.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now