24 - New Normal

249K 26.1K 2.3K
                                    


Mana nih suaranya...yang minta up

Happy reading ya guys
Salam dari Ares & Nara

Jangan lupa vote dan komen yahh♥️♥️

*****

Mataku seperti ditarik dan dipaksa untuk terbuka saat cahaya matahari menembus gorden kamar yang kutempani ini. Dan seketika aku sadar dan terbangun, kalau saat ini aku tidak berada di kawasanku.

Aku segera melihat ponsel baruku. Eits, hanya untuk melihat jam saja kok.

07.05

Aku melakukan stretching ringan. Badanku rasanya pegal semua, mungkin karena menyusun barangku semalam. Pagi ini, tepatnya jam sembilan pagi aku ada kelas Toefl bersama Pak Gian. Dan hari ini sepertinya kelas akan masuk.

Karena aku masih merasa canggung berada di apartemen Pak Gian, kuputuskan lebih dulu untuk membersihkan tubuhku. Mandi pagi memang paling enak. Segar.

*****

Setelah selesai beres-beres aku sedikit membuka pintu kamar dan mengintip seluruh penjuru ruangan. Takut kalau ada Pak Gian disana.

"Ngapain disitu?"

"Aduhhh...isss." Aku mengaduh kesakitan saat kepalaku tidak sengaja terjedot ke pintu. Suara Pak Gian masih saja mengejutkanku.

Aku menatap cengo Pak Gian yang berdiri di depan pintu kamarnya. Kenapa tadi aku tidak melihatnya disana? Pak Gian sudah rapi dengan pakaian formalnya. Kemeja berwarna navy yang digulung hingga sikunya, celana hitam berbahan kain yang melekat pas di tubuhnya juga sepatu pantofel hitam yang kutaksir harganya pasti mahal.

"Pagi Pak," sapaku dengan memberikan senyumku.

"Bisa tolong siapkan saya sarapan?"

HAH? Sarapan?

Ah iya. Aku kan cuman numpang disini.

Aku kembali menetralkan wajahku yang tadinya sedikit tidak terima dengan perkataannya.

"Bapak mau sarapan apa?" tanyaku.

"Apa yang kamu masak, saya makan," sahutnya lalu berlalu ke ruang kerjanya.

Aku menghela napas pelan. Biasanya, pagi-pagi begini aku tidak perlu bikin sarapan. Karena sudah ada Mbak Sasa yang menyiapkannya. Tapi ini, aku justru harus turun tangan untuk membuat sarapan buat orang lain.

"Welcome to your new normal Sarah Annara," desisku dalam hatiku.

Semoga cepat berlalu. Biar aku nggk perlu lama-lama tinggal disini. Om Haris juga, mesti banget aku ditinggal disini. Padahal kan, aku bisa tinggal di rumah sahabatku. Ada Zara, Hana, Reni.

Ehh. Kok aku nggak kepikiran kesana ya?

Sepertinya aku perlu berbicara dengan mereka nanti siang, setelah kelas Toefl tentunya.

*****

Aku menyantap roti panggangku dalam diam. Karena aku memang tidak mau repot, aku hanya membuat roti panggang untuk sarapan. Sedangkan Pak Gian asyik dengan ponselnya juga rotinya.

Aku tidak tahu apakah ini perasaanku saja atau bagaimana. Pagi ini terasa canggung juga kaku. Mungkin karena Pak Gian tidak banyak ngomong kali ya.

"Pak, saya udahan. Kalau gitu saya permisi ya Pak," kataku pamit setelah rotiku kandas tak bersisa.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now