Tiga Puluh Lima

274 51 24
                                    

Ken menyengir lebar setelah melontarkan sebaris pertanyaan yang membuat jantung Cindy hilang kendali.

"Bercanda," katanya setelah beberapa detik menyadari kesalah tingkahan Cindy. Tidak tega dia membuat Cindy malu seperti itu.

Sementara Cindy hanya melengos, pura-pura cuek. Tentu saja hal itu membuat Ken kembali tertantang untuk menggoda Cindy.

"Cin," panggil Ken.

"Makanan lo nggak abis-abis kalau lo ngomong terus," ketus Cindy, berjaga-jaga agar Ken tidak lagi mengeluarkan kalimat-kalimat yang berdampak hebat bagi jantungnya.

"Iya sengaja, biar makin lama bareng elonya."

TUH KAN!

***

Detik-detik memasuki area parkir rumah sakit membuat Cindy merasa gelisah. Berkali-kali dia melirik spion untuk melihat raut wajah Ken, tapi gagal. Helm topong lengkap dengan kaca visor hitam yang Ken gunakan membuat seluruh kepala cowok itu terbungkus sempurna.

Cindy tahu hal yang membuat Ken mengulur-ulur waktu untuk sampai di rumah sakit sebenarnya bukan karena ingin bersamanya. Ken hanya berusaha mengulur waktu agar tidak cepat sampai di rumah sakit.

Cindy ingat betul kalau Ken tidak pernah mengunjungi rumah sakit lagi semenjak mamanya meninggal. Meski mengatakan dengan nada sesantai mungkin, tapi Cindy paham kalau Ken masih belum sepenuhnya baik-baik saja. Terlebih saat sakit kemarin, Ken sempat mengigau dan memanggil mamanya.

Tak lama setelah berputar di halaman parkir, akhirnya Ken menemukan tempat yang kosong. Dia segera menghentikan motornya di ujung barisan parkir yang tersisa. Tanpa berpikir lama, Cindy turun dan membuka helmnya, lalu berdiri di sebelah Ken yang masih berusaha melepaskan kaitan helmnya sendiri.

"Makasih udah nganterin sampai sini, kalau lo mau balik nggak apa-apa kok," ucap Cindy sungkan.

"Ha?" Ken tidak mendengar karena baru saja berhasil membuka helm.

Cindy menghela napas sejenak. Sebenarnya tak enak hati menyuruh Ken pulang. Tapi rasanya lebih tak nyaman lagi kalau Ken harus menemaninya ke dalam rumah sakit.

"Makasih, udah nganterin gue ke sini, kalau lo mau pulang sekarang .. nggak apa-apa kok," ucap Cindy lagi. Kali ini lebih sungkan karena dia harus mengatakannya sambil menatap wajah Ken langsung.

Ken hanya tersenyum samar, dia paham maksud Cindy sebenarnya. Ken meletakkan helm di atas tangki motor, lalu menumpukan kedua tangannya di sana dan menatap mata Cindy lamat-lamat. "Gue juga nggak apa-apa kok kalau lo minta ditungguin sampai selesai."

Tatapan Ken mengunci indera penglihatan Cindy. Tanpa terasa dia telah menahan napasnya sendiri dalam waktu beberapa detik. Beruntung sisa-sisa kesadaran Cindy membuatnya lekas mengalihkan pandangan dan berusaha untuk terlihat sesantai mungkin.

"Y-yaudah kalau gitu."

Sial. Cindy malah gagap jadinya. Memang tidak sepatutnya dia terlalu khawatir dengan cowok itu.

Tidak mau terlihat salah tingkah, Cindy langsung berbalik dan berjalan duluan meninggalkan Ken yang hanya bisa terkekeh pelan di belakang.

Unperfect PrincessWhere stories live. Discover now