Lima Puluh Tiga

50 5 0
                                    

Cindy tidak langsung menjawab ketika Tio memperkenalkan diri sekaligus meminta nomer ponselnya. Dia melirik Dini, tapi sahabatnya itu hanya mengangkat bahu.

"Sori, gue nggak bisa kasih nomer gue buat orang asing," pungkas Cindy lalu menarik Dini agar pergi dari hadapan Tio.

Tio tidak memaksa. Dia membiarkan Cindy pergi melewatinya.

"Terus novelnya gimana dong?" tanya Dini.

"Gue yakin, ini pasti ulah cowok itu. Pasti dia yang ngumpetin semua stok novelnya. Mending kita tanya aja ke petugas," kata Cindy.

Mereka pergi ke meja kasir yang kebetulan sudah sepi. "Maaf Kak, aku mau tanya, serial novel bumi yang ke sepuluh masih ada nggak ya?"

"Mohon maaf, untuk novel itu semuanya sudah terjual habis. Baru aja dibeli sama anak laki-laki yang pakai seragam tadi. Nah, itu orangnya."

"Hah?" Cindy dan Dini kompak terkejut saat kasir itu menunjuk Tio yang sedang duduk santai di luar toko buku. Seragam yang dimaksud rupanya adalah seragam SMA Nusantara karena Tio masih memakasi seragam sekolahnya.

"Dia beli semua? Di satu judul novel yang sama? Memang stoknya ada berapa?" tanya Dini bertubi-tubi untukmemastikan.

Petugas kasir mengangguk. "Stok kami ada 300 buku ya dan akan segera dikirimkan ke alamat rumah pelanggan barusan, tapi kalian jangan khawatir, cetakan berikutnya mungkin akan datang lagi hari minggu."

Cindy dan Dini menunjukkan raut kecewa setelah mendengar penjelasan petugas toko. Mereka akhirnya melangkah gontai sambil menjauh dari meja kasir.

"Orang gabut macam apa yang beli 300 novel sekaligus?" kesal Cindy. "Gue tau dia orang kaya, tapi nggak begini juga dong."

"Udah udah, hari Minggu nanti kan udah liburan semester, kita bisa kok datang ke sini lagi." ucap Dini berusaha menenangkan.

Cindy tetap kesal. Padahal dia sudah mengorbankan jam belajarnya demi datang ke toko buku untuk mendapatkan novel itu, tapi semua tidak berjalan sesuai harapannya.

Mereka akhirnya keluar dari toko buku dengan tangan kosong. Cindy menyempatkan diri untuk melempar tatapan sinis pada Tio, meski cowok itu sama sekali tak menoleh. Tio sendiri sedang asik membaca buku incaran Cindy.

"Ayo, kita pulang." Dini yang menyadari kekesalan Cindy terus berusaha mengalihkan perhatiannya. Hingga angkot yang mereka tunggu pun datang mendekat dan mereka pergi meninggalkan tempat itu.

Tio melirik angkot yang membawa Cindy dan Dini barusan. Tio tersenyum tipis sambil meletakkan novel di meja. Tidak salah lagi. Tio akhirnya ingat siapa gadis itu. Tio sudah ingat mengapa dulu saat pertama bertemu di toko buku ini, dia merasa familiar dengan wajah Cindy. Untungnya waktu itu Tio sempat melihat badge name yang tersemat di seragam Cindy. Sehingga ketika kemarin dia membaca nama Cindy di novel yang Ken bawa, Tio perlahan teringat padanya.

Kemarin sore di balon kamar Clay.

"Gue balik dulu sebentar ya, lo jagain Clay dulu." Tio langsung pergi menuruni anak tangga yang berada di samping balkon tanpa menunggu jawaban dari Ken. Dia berlari masuk ke dalam rumahnya.

Tio buru-buru menuju kamar dan membongkar sebagian isi kamar bahkan hingga ke bagian atas lemarinya. Aksi itu berakhir ketika Tio menemukan salah satu album foto yang berukuran tidak terlalu besar.

Tio duduk bersila di atas karpet kamarnya lalu membuka album foto itu. Tio tersenyum saat menemukan satu foto yang sebenarnya telah disobek menjadi dua bagian, tapi sebenarnya diam-diam sejak dulu foto itu disambung kembali dengan isolasi dan Tio simpan hingga saat ini.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Oct 29, 2023 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Unperfect PrincessDonde viven las historias. Descúbrelo ahora